Trio gamon

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam pun berlalu, ketiga pria dengan penampilan rumahan duduk bersantai di rumah salah satu dari mereka.

Tak lama mereka duduk bersantai, tercium bau parfum yang semerbak memenuhi ruang tamu saat ini.

Ketiga pria itu melihat ke arah yang sama. Salah satu sahabat mereka tersenyum tak bersalah saat di tatap.

"Lo mandi minyak wangi apa begimana?" tanya salah satu dari ketiga pria itu.

"Ini biar saya lewat, yang cium langsung klepek-klepek!" jawabnya tak bersalah. Ketiga temannya hanya bisa menghela napas dan membuang pandangan mereka ke arah lain.

"Yang ada sesak napas orang gara-gara nyium parfum lo," Aidan menatap Rajidan–orang yang menyebabkan satu ruangan ini menjadi wangi sekali–yang dari tadi tersenyum lebar.

"Lo kenapa dah?" tanya Devan, yang pertama kali menanyakan pertanyaan pada Rajidan semenjak ia hadir di depan ruang tamu.

"Saya mau kencan." Ucap Rajidan menunjukkan gigi rapihnya, juga menghilangkan bola matanya yang terhalang oleh tulang pipinya yang naik.

"Emang punya pacar? Katanya gak pacaran!" Attariq yang sedari tadi tidak membunyikan suaranya, akhirnya bersuara juga.

"Heh jomblo, brisik! Diem aja. Anteng aja di rumah. Aa' Rajidan mau kencan dulu." Ucap Rajidan yang terdengar menjengkelkan oleh ketiga temannya.

"Gue doain malah di putusin." Doa Aidan dengan penuh khitmat.

"Amin..." Kedua temannya–Attariq dan Devan–mengaminkan doanya dengan khitmat pula.

Rajidan membulatkan matanya tak percaya melihat ketiga temannya saat ini. Tapi tak di perdulikannya setelah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 18.45 WIB.

Rajidan segera belari. Tak lupa ia meneriakkan sesuatu pada teman-temannya. Khususnya Devan.

"DEVAN SAYA PINJEM MOBIL KAMU YA? APA DEV? OKE SAYA KEMBALIIN KOK TENANG AJA." Teriak Rajidan bermonolog sendiri.

"OGAHH!"

Mengapa Rajidan bisa memakainya? Karena Devan selalu meletakkan kunci mobilnya pada gantungan dekat pintu. Jadi, hal itu membuat Rajidan leluasa untuk mengambil alih mobilnya.

'Hap'

Dengan sigap Rajidan mengambil kunci mobil Devan, dan segera berlari menuju garasi. Tentu saja di ikuti oleh ketiga temannya.

"Ya Tuhan, bantulah hamba mu ini yang hendak berkencan. Sesungguhnya bahagiaku adalah bahagiamu. Janji deh ga bakal pegang-pengang. Amin." Doa Rajidan saat tiba di garasi rumah Devan.

'Brak'

Rajidan membanting pintu mobil dengan kuat dan segera menguncinya. Devan yang mendengar itu langsung meringis.

"Mobil gue..." teriaknya lirih. Pasalnya, Rajidan suka sekali memakainya dengan tidak hati - hati.

"Kalian sih!" Kesal Devan saat tak bisa mencegah mobilnya meluncur ke jalan.

"Lah kok kita." Ucap Aidan kesal. Apalagi saat melihat Rajidan bebas dengan mudahnya.

"Yang sabar ya, paling dia kembaliin pas tinggal rangka doang. Tapi itu lumayan dari pada engga." Ucap Attariq dengan tak berdosanya dan tertawa keras.

'Bugh'

Devan membogem pipi Attariq pelan. Sangking kesalnya dia dengan Attariq. Dan Attariq masih saja tertawa kencang. Senang dengan keadaan Devan yang setengah mati mengkhawatirkan mobilnya.

Aidan? Dia hanya dapat menggelengkan kepalanya saat melihat kedua temannya, yang malah sibuk dengan dunia mereka sendiri.

Aidan sangat penasaran, bagaimana Babanya berkencan. Dan apa kata-katanya untuk membuat Tiffani tertawa ataupun memerah.

'Pletak'

Attariq menjitak dahi Aidan ketika Aidan tak menyahut panggilannya. Dengan sabar, Aidan menatap Attariq sambil mengusap dahinya yang panas.

"Abisnya.. abisnya lu, gua panggil.. eh gua panggil ga nyaut sih!" Attariq berusaha menghilangkan kegugupannya, Saat di tatap Aidan dengan tatapan membunuh.

"Yang nyuruh lu jitak gue siapa?!" geram Aidan. Attariq hanya hanya menunjukkan senyum tiga jari andalannya.

"Hehe. Soalnya, tadi gua panggil ga nyaut. Ngelamun jorok ya?" tanya Attariq sedikit menyipitkan matanya. Namun tak lupa dengan cengirannya.

Aidan yang mendengar itu hanya membulatkan matanya. Ingin sekali dia memukul Attariq dengan besi panas agar melepuh. Namun apa daya? Attariq merupakan salah satu orang terpenting dihidupnya.

"Kalo gatau tuh. Jangan sok tau. Dasar kepo!" ucap Aidan sinis dan meninggalkan Devan serta Attariq di depan bagasi rumah Devan.

"Dia ngambek, gara - gara lu pokoknya!" Tuduh Devan yang membuat Attariq sedikit kesal.

"Salahin gua aja terus. Sampe nenek depan ke gelincir di aspal. Salahin aja gua ntar." Attariq berguman sebal. Devan hanya menggelengkan kepalanya lelah.

***

Mereka bertiga berdiam diri dengan masing masing tangan sedang memegang camilan. Dan mulut penuh dengan makanan.

Mereka bertiga sedang memikirkan cara agar pergi menemui Rajidan. Alasannya ialah 'takut Rajidan kena putusin'. Walaupun mereka bertiga tahu mereka cuma penasaran dengan kencan yang Rajidan lalui.

"Kudu bisa!" Ucap Aidan dengan semangat yang membara.

"Iya pokoknya kita harus nemuin dia! Gimanapun caranya!" Attariq menimpali. Sembari mengepalkan kedua tangannya ke udara.

Devan hanya menggelengkan kepalanya. Menyadari kebodohan kedua temannya ini. Tak kebiasan akal, dia memesan Mobil rental beserta supir sebagai kendaraan mereka ke tempat Rajidan.

"Gausah lebay. Dari tadi juga kita udah tau dia di mana. Tinggal nunggu Grab dateng doang. Gausah alay. Udah kaya mau perang aja." Ucap Devan kesal. Attariq dan Aidan hanya dapat tersenyum tak jelas.

Tingkah Devan saat ini, lebih mirip dengan wanita yang sedang mengalami masa - masa periodenya. Sangat sensitif.

"Mampus. Devana keluar." Bisik Aidan. Attariq hanya menatapnya kesal.

"Maksud?" Tanya Attariq dan dihadiahi sebuah jitakan oleh Aidan.

"Devana tuh, sisi cewe dalam tubuh Devan." Ucap Aidan yang di balas anggukan oleh Attariq.

"Emang bisa?" tanya Attariq lagi. Aidan hanya dapat menghela napasnya, berat.

"Kaga lah, bodoh! Itu umpama aja." Aidan sedikit mendorong pelan kepala Attariq kebelakang.

"Ayo, mas grabnya dah dateng." Ucap Devan sambil mendahului mereka berdua.

***

Saat ini, mereka bertiga berlomba untuk sampai ke meja Rajidan duluan. Semua yang ada pengunjung disana, menatap mereka dengan berbagai tatapan.

'Ganteng sih, tapi sarap! Amit-amit punya cowo atau suami kaya mereka.'
'Kasihan ya pacarnya, masa punya pacar ganteng tapi kelakuannya kaya gitu.'
'Dek, kalo mau cari cowo. Gausah yang ganteng deh! Yang penting normal aja. Ga kaya mereka itu,'

Banyak bisikan - bisikan yang terdengar karena tingkah konyol mereka bertiga. Rajidan yang mendengar kegaduhan itupun, akhirnya menoleh ke sumbernya.

Dan terlihatlah, teman - teman yang dicintainya sedang berlomba menuju kearahnya.

"Rusak udah.." lirih Rajidan. Dan Tiffani menggelengkan kepalanya lelah.

"Ngapa ngundang tiga anak saiton itu ke sini sih?" Tiffani hanya mendengus sebal. Rajidan menatap Tiffani tanpa berkata - kata.

"Lain kali, kita ngedate, aku ga bakal muncul depan mereka. Sedetikpun." Rajidan mencoba menghibur Tiffani.

"Ahhh omongan lo, kea nasi di pendem dua hari. Basi!" Tiffani menyilangkan kedua tangannya ke dada, dan memalingkan wajahnya dari Rajidan.

Mereka bertiga, masih saja berlari menuju ke arah Tiffani dan Rajidan.

"Gue dulu.." teriak Aidan yang sudah berada di depan.

"Ga bisa, harus gue dulu karena Devan selalu di depan." Devan membalap Aidan dengan cepat.

'Brukk'

Devan tersungkur, tepat di depan Tiffani. Dan membuat Tiffani sedikit terkejut.

"Eh Mas Devan, Ngapain nyium lantai? Gue tau kok, lo kangen nyium orang. Tapi gausah nyium lantai juga." Ucap Tiffani sambil tertawa. Devan menatapnya sebal.

"Heh sipit. Tau yang namanya jatoh engga? Makanya mata tuh dilebarin. Jangan disipitin." Devan mengumpat kesal. Tiffani hanya menatapnya sinis.

"Ah bilang aja, pengen nyium orang. Ehh kecium lantai. Jones!" Tiffani tetap saja belum mau mengalah. Karena Devan juga, acara romantisnya kacau balau.

"Lu putusin Rajidan kek! Biar kita jadi jomblo squad." Sambung Aidan tiba-tiba. Tiffani yang mendengar itu hanya membulatkan mata.

"Eh jomblo! Kalo jomblo tu jangan ngajak - ngajak. Salah sendiri ngapa jomblo. Malah ngajakin orang jomblo." Tiffani menatap ketiga pria ini dengan tatapan sebal. Rajidan hanya menggelengkan kepalanya lelah.

"Udah Tif. Yaudah kalian pesen aja mau makan apa. Tapi jangan ganggu kita." Rajidan menjadi penengah dan langsung menarik Tiffani duduk.

Ajaibnya, ketiga temannya ini malah mengangguk setuju.

Sembari menunggu makanan datang, kita pria ini malah menatap Tiffani dan Rajidan sebagai tontonan mereka.

Tiffani sedang menyuapi Rajidan dengan mesranya. Rajidan hanya tertawa bahagia saat Tiffani menggodanya dengan guyonan.

"Garing ah!" Ucap Rajidan sambil mengusap kepala Tiffani pelan.

"Tapi senyum juga." Tiffani mengerucutkan bibirnya. Rajidan hanya tertawa melihat kelucuan Tiffani ini.

"KALIAN KALO MAU MESRA - MESRAAN JANGAN DI DEPAN KITA DONG!" Teriak Devan, Aidan, dan Attariq bersamaan. Tiffani dan Rajidan menatap ketiga teman mereka bingung.

"Ga tau apa kita baru aja putus. Bukannya bela sungkawa atas kematian harapan dan hati kita! Malah kencan berduaan." Cerocos Aidan sebal.

"Tau! Harusnya pas kita dateng tuh, biasa aja. Gausah mesra - mesraan. Serasa dunia milik berdua aja." Ucap Attariq sebal. Tak lupa dia memalingkan wajahnya ke samping.

Devan menatap kedua temannya yang sedang berkencan ini dengan tatapan tajam.

"Liat aja, kalo gua kencan. Gua livein." Ucap Devan tajam.

"Heh trio gamon! Coba liat sekeliling kalian deh!" Suruh Tiffani dan mereka bertiga mengikuti suruhannya.

"Liat. Semua yang ada di sini tuh, berduaan bukan berlima kaya kita. Ini lagi, udah datengnya ngerusuh, sekarang marah - marah. Kasian gue sama kejiwaan kalian." Tiffani menggelengkan kepalanya. Dan benar saja. Semua yang ada di cafe hanya berpasangan.

"Kalian bertiga, keluar!" Usir Rajidan tajam. Ketiga temannya itu hanya menatapnya sebal.

Namun, mereka keluar juga, karena tak tahan dengan kondisi, di mana para jomblo di kelilingi oleh pasangan bahagia.

***

"Gua baru sadar kalo temanya itu emang ngedate." Ucap Aidan saat sampai di taman dekat dengan komplek perumahan Devan.

"Iya, gua juga. Sangking asiknya sama dunia sendiri." Ucap Attariq sambil membetulkan ucapan Aidan di dalam hatinya.

"Gua masa ngerasa, kaya di kelilingi monster bahagia. Terus kita monster kesepian." Ucap Devan miris. Mereka bertiga saling pandang dan akhirnya hanya menunduk lesu.

"Kapan ya gua bahagia?" tanya Attariq sambil menatap ke langit kelam.

"Kayanya, ga bakal bahagia Riq," ucap Devan menjawab pertanyaan Attariq.

"Kenapa?" tanya Attariq lagi.

"Karena gua belum bahagia. Jadi lu gabakalan bahagia." Ucap Devan polos. Attariq yang tadinya serius langsung menunjukkan ekspresi sebalnya.

"Kita udah bahagia, sama temen, sama keluarga. Mungkin pas udah gede, baru ketemu doi ehh langsung nikah. Kan lebih enak. Halal." Ucap Aidan memotivasikan dirinya sendiri. Devan Dan Attariq hanya mengangguk tanpa menyanggah ucapan Aidan.

"Iya juga ya, semoga deh!" Ucap Attariq sambil tersenyum tipis.

"Enak kan, ngapa - ngapain halal. Udah terwatermark." Ucap Aidan sambil tertawa.

"Iya Dan iya."

Devan hanya diam, sambil menatap ke depan.

"Selama itu kah? Gue harus nunggu lu Ryl? Kalo jawabannya iya. Gue pasti nunggu lu. Pasti. Tapi gue juga ga bisa ngejanjiin apapun, saat hati gue berkata lain."

***

Sorry buat typo, garing, gajelas dan lain lain.

Terimakasih sudah mau membaca dan vote.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro