Chapter 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Disini, kalian akan kembali memutar ke malam itu—bukan memutar kembali kenangan bersama mantan ya, malam dimana ditemukannya sebuah rahasia, yang hanya mereka yang tau.

"Ru, bangun woi elah."

Tsusa mengguncang pelan pundak milik Aru. "Emh..."

Terdengar erangan kecil dari Aru karena merasa tidurnya terganggu. "Bangun, anjir. Kemana hilangnya diri kalong-mu itu, hah?"

Aru menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya, "berisik nee~" igau Aru. Tsusa langsung menyingkap selimut itu dari Aru, membuat perempuan itu langsung membuka mata karena sensasi angin malam yang sedingin kutub utara.

"HEH, TSU SYA—"

Tsusa langsung membekap mulut toa milik Aru, "sst, dah tau dah malam, malah teriak si anjir ini."

Tsusa melepaskan dekapannya setelah memastikan Aru tidak akan teriak untuk kedua kalinya, "ada-apaan emangnya, gilak?"

"Masih jam 2 malem loh ini," lanjut Aru setelah melirik jam dinding yang ada di dinding depannya. "Hehe, aku nemuin ruang rahasia, njir. Mao liad ga?"

Aru langsung terbelalak kaget, "hah? serius, Tsu?"

Tsusa menunjukkan seringai licik, dan menarik tangan kanan Aru, "sini makanya liad, sebelum Fanta bangun!" ucap Tsusa agak semangat, tapi tetap menjaga volume-nya agar dalam suara kecil.

Tsusa dan Aru berjalan dalam diam melewati ruangan-ruangan.

Mereka melewati dapur, ruang tamu, dan ruang keluarga dalam keadaan gelap-gulita tanpa penerangan sedikitpun. "Heh, anjir, ngapain coba gelap-gelap gini," protes Aru sambil celingak-celinguk di balik badan Tsusa.

"Nih, liat!"

Mereka sampai di sebuah dinding yang luasnya kira-kira sebesar 7m×5m. Kalau tak di perhatikan, memang tidak akan tau, kalau sebenarnya, ada sebuah tombol tak kasat mata di pojok bawah kiri dinding itu. Tombol itu sendiri berwarna sama seperti dinding itu dan seperti menyatu dengan dinding itu.

Tsusa berjongkok di depan tombol itu dan menekan tombol itu perlahan.

Psshh...

Muncul sebuah lingkaran yang kira-kira berdiameter 50cm itu dari tengah tengah dinding. Lingkaran itu maju—berpisah dari dinding— sekitar 5 cm, lalu berhenti dengan sebuah gagang(?) yang ada di samping kiri bulatan itu.

Aru mengusap-usap kedua matanya karena ragu dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Tsusa langsung berdiri dan menarik gagang itu, membuat sebuah lubang sedalam kira kira 5m di dalam dinding. "Kita bisa jadiin ini tempat persembunyian dari Fanta. Kayaknya dia sendiri gak tempe tentang ini tempat," usul Tsusa sambil menoleh ke Aru yang terlihat kagum sendiri dengan teknologi ini.

Emang dasar, orang kaya, rumahnya berteknologi tinggi semua, untung aja gak ada robot.

"Woah, Om Nemi sama Tante Kanae emang de bes, ya," ucap Aru. Tsusa terkikik pelan, "iya, Om codetan sama Kanae-nee emang de bes!" ucap Tsusa sambil kembali menutup lubang itu dengan lingkaran tadi.

Sekedar info, Tsusa memang memanggil emacc-nya Fanta, alias Shinazugawa Kanae, itu dengan panggilan "Nee-san," dan yah, Kanae sendiri tidak keberatan. Well, aura ke-kakak-annya itu berasa gitu loh ye kan ye kan.

"Dah, ah, yuk, balik tidur," ajak Tsusa setelah menguap sekali. Aru yang melihat itu jadi ikutan nguap juga, "bhaks, reaksi refleks?" tanya Tsusa yang melihat Aru ikut-ikutan menguap. "Nguap aja nular, anjir, kuylah, tidur."

Ceklek!

"Fan?"

Fanta yang lagi setengah membuka pintu gudang yang ada di dalam apartemennya itu menoleh, "kenapa, Ru?"

"Ngapain kao?" tanya Aru yang lagi mengelap rambut basahnya dengan handuk berwarna yang membungkus rambutnya, yah, jadi kayak kerudung(?)

"Oh, itu, nyari golokku, kok bisa hilang sih?" tanya Fanta sambil kembali mencoba mencari kehadiran sang golok lejen tercintah.

"Mau ngapain sampe nyariin golok, anjir. Mau bunuh orang kao?" tanya Aru sambil duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. "Ga gitu, bangshad, cuma nyari doang, tadi perasaan pas kita sarapan, itu golok masih ada loh," jawab Fanta sambil mendekat ke Aru dan duduk di sampingnya.

"Oh ya, Tsu mana?" tanya Fanta.

"Mana ku tau, di kamar mungkin bareng Kai," jawab Aru sambil menyandarkan punggungnya yang encok.g. ke badan(?) sofa. "Dia gak keluarkan? takutnya malah ketemu villain itu lagi, njir, entar malah dia jadi bocah juga gimana."

Aru menengadah dan menutup matanya perlahan, "Tsu-senpai jadi bocah? Kayaknya seru," ucap Aru.

"Seru pala kao peang," ucap Fanta. "Kalo Tsu-senpai jadi bocah, kita yang repot, njir. Aku ngurus 4 bocah ni aja udah repot, kalo kamu yang ngurus Tsu sih, gapapa."

"Ghibahin aja tros," potong seseorang dengan suara yang agak berat dan dewasa—berhasil membungkam mulut Aru yang baru saja ingin membalas ucapan Fanta.

Aru dan Fanta saling melihat satu sama lain, "Déjà vu, anjir."

🔽

"Oke, jadi, habis darimana, Tsu?"

Tsusa berjalan menuju ruang keluarga dengan Kaigaku dalam gendongannya, "oh, dari kamar," jawab Tsusa sambil mendudukan diri di lantai dengan Kaigaku bocah yang terlihat sangat imut.

"Kaigaku udah makan?"

"Udwah," jawab Kaigaku sambil mengangguk.

"Sekarang mau ngapain?"

"Mawu mhain tama tatak Tuta."

Tsusa tertawa kecil sebelum akhirnya menggendong Kaigaku kembali—sambil berdiri—dan membuat Kaigaku seperti dalam pose pesawat terbang(?)

Iris turqouis Kaigaku berseri-seri karena senang, dan dia tertawa.

Tsusa yang melihat Kaigaku bocah yang sangat-sangat-sangat berbeda dengan Kaigaku remaja yang terlihat lebih tsundere dan sok cool, yah, walau emang cool sih.

"Hitoshi, Kaminari, Hatz, Kageyama, sama Ilpyo mana?" tanya Tsusa yang sudah menurunkan Kaigaku dan memberikan Kaigaku mainan robot.

"Oh, kalau mereka sih, tidur siang," jawab Aru. "Keringin dulu tuh rambut, entar demam baru tau rasa," ucap Tsusa sambil mengelus pelan surai hitam milik Kaigaku.

"Dih, Tsu-senpai sok perhatian," celetuk Fanta. "Nyeh, perhatian salah, ga perhatian salah, mau kao apa, hah?" tanya Tsusa. "Ciee, Tsu-senpai perhatian—" goda Aru sambil cekikikan.

"Tch, berisik, shut up your mouth."

"Cieee—"

Buagh!

Balok mainan untuk main susun-susunan rumah itu mendarat di dahi Aru lagi, "HEH, UDAH CUKUP YA, DAHIKU MULU JADI KORBAN, ANJIR."

"YA, MAKANYA JANGAN NGESELIN, BANGSAD. DIPERHATIIN SALAH, GA DIPERHATIIN JUGA SALAH," balas Tsusa dengan 1 perempatan siku di dahinya.

"CIE, TSU PERHATIAN—""BERISIK! DIEM GAK, RU?!"

"GAK!"

"DIEM!"

"GAK!"

"DIEM!"




"BERISIK KALEAN, WOEE. BANGON SEMUA BOCAH-BOCAH JADINYA KAN!" pekik Fanta marah.

Aru dan Tsusa langsung terdiam dan menoleh ke pintu kamar para bocah yang terbuka, menampakkan seluruh bocah-bocah berambut warna-warni dengan tangan yang mengusap kedua mata mereka, tanda bahwa mereka terbangun karena adu mulut Tsusa dan Aru. Aru dan Tsusa hanya menyengir pelan dan menggaruk tengkuk kepala mereka yang tidak gatal.

"Hah... punya sobat gini amat sih," eluh Fanta sambil menghela napas lelah.

Author = Tsuyuri_sa

Yo! Tsusa disini!
Jadi, harusnya ini chapt itu Fanta yang buat, tapi dia minta tukar, jadi, yah sudahlah, inilah jadinya.

Kayaknya sih gaada bahan lawak di chapt ini—
yah, garing kriuk kress ye kan

so—

520 buat kamu yang udah vote ini
Cu in next chapt!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro