Part 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seoul, September 2011.

Hyun Ae tengah asyik dengan kegiatannya memasak makanan untuk sarapan. Terlihat dari cara dia memotong bahan dan mengambil bahan masakan dari satu meja ke meja lain.

Eomma!!” teriak seorang anak kecil yang memaksa Hyun Ae untuk menghentikan aktivitas memasaknya.
Hyun Ae melihat anak semata wayangnya itu berlari kecil menuju tempatnya berada saat ini.

Waeyo, Ae Kyo?” Hyun Ae berlutut di hadapan Ae Kyo agar tinggi badannya sejajar dengan anaknya yang baru berusia tujuh tahun.

Eomma, aku merindukan Appa.” Gadis kecil itu terlihat sedih.

Appa pasti akan segera pulang.” Hyun Ae mencoba untuk menghibur malaikat kecilnya.

Dia tahu betul apa yang dirasakan oleh Ae Kyo. Ae Kyo benar-benar merindukan ayahnya, pikirnya.

Jinjja? Tapi, kenapa sudah satu minggu ini Appa belum pulang? Apakah Appa tidak merindukan Ae Kyo?” tanya Ae Kyo dengan nada khas anak-anaknya.

Eoh? Siapa yang bilang seperti itu? Appa pasti sangat merindukanmu. Eomma akan menghubungi Appa. Sekarang Ae Kyo mandi, ya? Setelah itu, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Eomma harus menyiapkan sarapan untuk kita berdua. Lalu, Eomma akan mengantarmu ke sekolah.” Hyun Ae lalu mengusap-usap pucuk kepala gadis kecilnya itu.

Eumm ... arraseo, Eomma.” Ae Kyo berjalan menuju kamar mandi yang terletak bersebelahan dengan kamar Ae Kyo dan kedua orang tuanya. Hyun Ae menatap punggung anaknya yang sudah menghilang di balik kamar mandi.

Setelah semuanya selesai, Hyun Ae masuk ke kamar anaknya.

“Ae Kyo-ya. Dilihatnya Ae Kyo sedang memakai seragam sekolahnya sendiri. “Aigoo, anak Eomma memang pintar. Cah, sekarang biarkan Eomma yang menata rambutmu.” Hyun Ae mendekati Ae Kyo.

Eomma, aku ingin rambutku dibiarkan tergerai saja,” ucap Ae Kyo sambil memamerkan deretan giginya yang putih.

“Siap, Tuan Putri.” Hyun Ae pun dengan cekatan menata rambut malaikat kecilnya. Tak butuh waktu lama untuk Hyun Ae menata rambut Ae Kyo.

“Sekarang, ayo kita makan.” Hyun Ae menggenggam tangan anaknya itu menuju meja makan.

MWO?! SUP?!” Ae Kyo terkejut bukan main.

“Apa ada masalah, Chagiya?” Hyun Ae memamerkan seringaian jahilnya kepada Ae Kyo.

Eomma!! Kenapa harus sup, eo? Eomma ingin membunuhku, kah?” Ae Kyo menatap horor ke arah sup tersebut.

Yak! Kau ini berani sekali berteriak kepada Eomma-mu yang cantik ini. Siapa yang mengajarimu bertingkah seperti ini?” Hyun Ae langsung mencubit pipi chubby anaknya.

Appo, Eomma.” Gadis kecil itu mengusap kedua pipinya. “Aku ‘kan tidak suka sayur. Dan Eomma tahu akan hal itu,” jelas Ae Kyo pada sang ibu.

“Baiklah. Baiklah.” Hyun Ae menyerah. “Makanlah roti yang ada di tasmu.” Wanita itu terlihat putus asa menghadapi anaknya.

“Eh? Kapan Eomma memasukkan roti isi dan susu coklat ke dalam tasku?” Ae Kyo terlihat heran melihat sudah ada bekal makanan di dalam tasnya.

“Kau mirip dengan seseorang, Kyo-ya.” Alih-alih menjawab pertanyaan Ae Kyo, Hyun Ae justru melontarkan pernyataan yang tak seharusnya ia ucapkan.

Ae Kyo menoleh ke arah ibunya. “Siapa, Eomma? Apakah itu Appa?”

Hyun Ae tersenyum. “Bukan. Appa-mu menyukai sayuran. Orang itu adalah—” Hyun Ae terdiam lantas menggeleng pelan. “Tidak penting, Kyo-ya. Sudahlah. Eomma akan mengantarmu ke sekolah.”

Hyun Ae berjalan menuju wastafel. “Kau masuk ke mobil terlebih dahulu, Kyo-ya.”

“Baik, Eomma.” Gadis kecil itu menuruti perkataan Hyun Ae. Ia berjalan menuju garasi rumah.

Setelah memastikan bahwa Ae Kyo sudah menuju garasi, Hyun Ae menangis. Ia merasakan sesuatu yang menyakitkan dalam hatinya yang kembali mencuat ke permukaan.

“Kenapa aku mengingat orang itu lagi?” Wanita itu membasuh wajahnya, menyamarkan jejak air mata. “Tapi, semua hal yang ada di diri Ae Kyo mengingatkanku padanya.” Hyun Ae mengacak rambutnya frustrasi.

Hei, kau dimana? Aku merindukanmu.

***


AE KYO'S SCHOOL

Hyun Ae turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Ae Kyo. Gadis kecil itu keluar dari mobil. Hyun Ae berjongkok agar tubuhnya sejajar dengan Ae Kyo.

“Belajar yang rajin, ya?” Hyun Ae menepuk-nepuk pucuk kepala anaknya.

“Baik, Eomma.”

Hyun Ae langsung mencium kedua pipi Ae Kyo. “Anak pintar.”

Ae Kyo langsung berlari kecil menuju gerbang sekolah. Hyun Ae tersenyum melihat cara Ae Kyo berlari. “Kau benar-benar mirip dengan Appa-mu.” Hyun Ae lalu masuk ke mobil untuk segera berangkat ke tempat kerjanya.

***

CHO CORPORATION

Seorang pria tengah duduk di sebuah ruangan dengan kacamata bertengger di hidungnya yang mancung. Kulitnya berwarna putih susu serta bibirnya yang tebal. Tak lupa rambutnya yang dibiarkan berantakan menambah nilai plus untuk pria yang satu ini. Ditambah jabatannya sebagai seorang CEO membuatnya benar-benar terlihat sempurna di mata para wanita maupun para karyawannya.

Cho Kyuhyun. Pria dengan sejuta pesona. Dia merupakan anak tunggal dari pasangan Cho Young Hwa & Kim Hana. Dengan begitu, seluruh aset kekayaan Keluarga Cho jatuh ke tangan seorang pria dingin yang bernama Cho Kyuhyun. Walaupun dia terlihat dingin tapi bisa dibilang sikap dia seperti anak kecil. Bisa dilihat dari kebiasaan dia membawa benda berwarna putih yang ia sebut sebagai ‘kekasih abadi’-nya yaitu PSP. Selain itu, dia juga terkenal sangat menyukai game. Salah satu game kesukaannya adalah Starcraft. Dia memliki seorang istri yang setia menemaninya selama kurang lebih 14 tahun.

Tok. Tok. Tok.

“Masuklah,” seru Kyuhyun dengan mata tetap sibuk ke arah dokumen-dokumen yang belum terselesaikan di atas mejanya.

“Kyuhyun Oppa.”

Kyuhyun langsung mengetahui siapa pemilik suara itu tanpa harus melihatnya. Dia adalah Kang Hee Yeon. Istri dari seorang CEO Muda, Cho Corporation.

“Apa kau sibuk?” Hee Yeon berjalan ke arah suami yang sangat disayanginya.

“Menurutmu?” Kyuhyun masih saja asyik bergulat dengan berkas-berkas yang membingungkan itu.

“Seharusnya kau beristirahat terlebih dahulu,” ujar Hee Yeon sambil memeluk Kyuhyun dari arah belakang. Tetapi, tak lama kemudian, Kyuhyun melepaskan pelukannya itu.

Wae?” Hee Yeon terlihat kecewa atas sikap Kyuhyun akhir-akhir ini.

Eopseo.” Kyuhyun melihat sekilas ke arah Hee Yeon sebelum akhirnya dia kembali berkutat dengan berkas-berkas yang ada di mejanya sambil membenarkan letak kacamatanya. Yeon Eun lalu duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.

“Apa Oppa masih memikirkan dia? Ini sudah 15 tahun berlalu dan sekarang kau sudah memilikiku, Oppa. Kumohon, Oppa. Berhentilah memikirkan wanita lain selain aku.”

Hee Yeon menundukkan kepalanya. Bulir-bulir cairan bening berhasil meluncur dari kedua matanya yang berwarna hitam pekat melalui pipinya yang chubby. Dan tentu saja itu menimbulkan isakan-isakan kecil keluar dari mulut seorang Kang Hee Yeon.

Lalu, bagaimana reaksi Kyuhyun?

Kyuhyun bukannya tidak paham atas apa yang dirasakan oleh istrinya. Akan tetapi, itu semua memang harus ia lakukan. Karena istrinya lah dia merasakan sebuah penyesalan selama belasan tahun lamanya. Sebuah penyesalan yang akan terus ia bawa entah sampai kapan.

“Berhentilah menangis, Hee Yeon-ah. Kyuhyun memasukkan kacamatanya ke dalam tas kerjanya dan mengambil jas yang bertengger di kursi kebesarannya.

Kyuhyun berjalan ke arah Hee Yeon dan memberikan sekotak tissue kepada Hee Yeon. “Jika kau ingin menangis seperti itu, sebaiknya menangislah di rumah. Jangan di kantor.”

Hee Yeon mengangkat kepalanya. “Kau mau kemana, Oppa?”

Kyuhyun berjalan ke arah pintu ruangan. “Aku ada urusan. Sebaiknya kau pulang ke rumah.”

BLAM!

Kyuhyun menutup pintu dengan sangat kasar, sedangkan Hee Yeon? Dia hanya terpaku menatap kejadian tadi.

“Kenapa kau seperti itu, eoh?! Begitu berharganya kah perempuan itu bagimu?! SEBEGITU SEMPURNA KAH PEREMPUAN ITU DI MATAMU, CHO KYUHYUN?! AARRRGGGHHHHH!!!!!” Hee Yeon membanting vas bunga yang ada di ruangan itu. []

Revisi: 07-03-2018 || 19-07-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro