Chapter 17 : Pengorbanan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Anastasia melotot dan memegangi kepalanya. Ia mengerang kesakitan. Lalu jatuh pingsan dengan kepulan asap hitam menyelimuti tubuhnya.

Agen L bertanya pada Eye, apakah Eye berhasil menyadarkan Anastasia. Dengan anggukan Eye menjawab dengan keraguan dan berharap ia sedikit menyadarkan mantan istrinya.

Eye menoleh ke Anastasia yang mulai siuman kemudian menghampirinya. "Ana, kau tak apa?" Dengan pelan Eye menanyakan keadaan mantan istrinya.

Anastasia tersenyum kecil. Lalu secepat kilat ia mengayunkan pukulannya ke dagu Eye dan menendang perutnya. Tubuh Eye terlempar ke arah Face. Sehingga keduanya berguling beberapa meter.

"Kau telah membuatku sakit kepala. Kau harus kubunuh."

Kilat menyambar ketiga agen yang sedang mendekati Eye. Pukulan kilat Anastasia membuat ketiganya terlempar. Rasa linu menjalar di sekujur tubuh. Asap mengepul dari tubuh mereka. Seperti daging yang baru saja dipanggang.

Anastasia kembali fokus pada Eye. Angin dingin tiba-tiba berhembus dari tubuhnya. Lalu butiran salju berputar di sekelilingnya dan membuat pusaran angin dingin yang dahsyat.

"Jika ketiga temanku terkena jurus itu, mereka akan membeku dan pecah sepeti potongan es. Aku tak kan membiarkannya."

Eye mengepalkan tangannya sambil memasang kuda-kudanya. Darah yang entah dari mana asalnya mulai berputar menyelimuti tubuhnya. Tidak lama kemudian api muncul, membakar butir-butir darah yang beterbangan. Api menyelimuti tubuhnya.

Eye dan Anastasia berhadapan satu sama lain. Api dan Es saling beradu. Suara gemuruh membuat retakan lantai gedung semakin menganga, pertanda gedung itu siap runtuh. Lalu keduanya terpental satu sama lain.

Eye menghisap darahnya sendiri untuk memulihkan diri. Tetapi sikapnya justru membuat  tawa Anastasia. Ana menyebutnya vampir bodoh yang tidak melihat ada banyak darah segar di sekelilingnya.

Eye melihat kedua temannya berdiri. Dia merasa ada yang aneh dari dua temannya itu. Keduanya tidak seperti biasanya.

Sebuah peluru melesat mengarah padanya. Eye menyadari peluru itu milik agen L. Lalu seekor kucing besar menerkamnya dari samping. Eye dan kucing itu berguling beberapa kali.

"Cat! Apa yang kau lakukan? Lalu tidak pernah sekalipun kau berubah menjadi kucing sebesar ini," ucap Eye sambil menahan cakar kucing besar yang ada di atasnya.

"HABISI DIA!" teriak Anastasia dari kejauhan.

"Anastasia menyerahlah kau!" ucap Agen L. "Cat tahan tubuhnya semampumu. Aku akan menembak kepalanya."

"Agen L, jangan! Hentikan dia Eye bukan Anastasia." Agen Facer berlari menghampiri Ella. Tangannya meraih pistol yang dipegang L. Namun dengan cekatan L menahan tangan Face dan memutar tubuhnya. Sehingga Agen L berada di belakang Face sambil mengunci kedua tangan Face.

"Sekalipun membelah dirimu, meskipun kau kloningan atau bayangan atau dirimu sendiri, kau tetap akan kubunuh dengan pistolku ini."

"Aku ini Face!"

"Jelas-jelas kau perempuan yang bernama Anastasia."

Face dengan cepat berkamuflase dan menghilang dari kuncian Agen L. "Kau bersembunyi? Pengecut!"

Suara lirih berbisik di telinga Eye. "Pegang tanganku Eye. Kau akan aman dalam kamuflaseku. Tapi hanya beberapa detik saja. Kita harus menjauh dari kedua teman kita."

Eye mengangguk dan mengulurkan tangannya. Eye menghilang dari penglihatan Cat yang saat itu sedang mengayunkan cakarannya pada Eye.

Beberapa detik kemudian Face dan Eye mulai terlihat. Tetapi ada yang aneh dengan Eye. Face berusaha membangunkan Eye. Sepertinya Eye pingsan.

Seorang wanita agak centil memanggil Face. "Hei Face ini aku Eye. Aku meminjam tubuh ini sementara tubuh asliku memulihkan diri."

Face terheran, "ta-tapi kenapa kau harus. Tidak mungkin itu kau kan? Jangan mengaku-aku temanku."

"Aku juga tidak mengerti kenapa masuk ke tubuh gadis bernama Yuma ini."

Agen L dan Cat terkejut melihat musuhnya yang bernama Yuma itu hidup kembali. Lalu dengan kecerdasan Cat menyimpulkan, "Ana pasti telah membangkitkan Yuma kembali untuk melawan kita. Seperti Eye pada Pembantu itu."

Agen L mengeluarkan pistolnya lagi. Kembali menembak ke arah Eye dan Face. "Kalian telah membunuh Eye."

Cat memenuhi puncak amarahnya. Setelah menatap lekat tubuh Eye lemas dan tak bernyawa. Cat mengubah tubuhnya menjadi kucing besar. Lalu menerkam agen Face.

"Perisai!" Sebuah perisai menggagalkan terkaman Cat. "Maaf Cat."

"Thank's."

"Ternyata sulit sekali mengendalikan tubuh ini. Berat sekali tubuh ini. Sebenarnya dia makan seberapa banyak si?"

"Eye, bukan makan yang banyak. Tapi camilannya yang banyak."

Agen L kehabisan pelurunya. Ia melesat dan menyerang Face dengan tangan kosongnya. Sementara Cat masih berusaha merobek perisai milik Yuma yang sedang dikendalikan Eye.

"Face! Kita kepung saja mereka. Aku akan mencoba membuat perisai ini ada gunanya lebih. Jika berhasil kau harus segera menotok tengkuk mereka."

"Baik!"

Agen Eye dan Face berpencar dan mengelilingi kedua temannya. Agar keduanya berada di tengah.

"KUNCI PERI," Eye belum menyelesaikan rapalan jurusnya.

Agen Cat dan L segera menghindar. Agen Eye dan Face bertabrakan. Lalu keduanya tersungkur dengan luka benjolan di kening mereka.

"Cara yang sangat amatir!" gumam Agen L.

"Tidak jika seperti ini!" teriak Eye yang muncul tiba-tiba di belakang L. Begitu juga Face yang dibelakang Cat.

Agen Cat dan L melotot tak percaya. Ternyata yang berbenturan bukanlah Eye dan Face, melainkan perisai yang dilapisi kulit Face.

Segera Eye dan Face menotok tengkuk kedua temannya. Sekejap keduanya roboh dan lemas. Eye dan Face menangkap mereka. Lalu membaringkannya berdampingan.

Namun ada yang aneh dengan wajah Face. Eye melihatnya dengan tetesan darah mengalir dari tubuh Face. Face terjatuh dan berbaring di lantai.

"Teknik itu termasuk teknik pengorban. Terima kasih Fang. Aku sebenarnya telah lama mati. Jika kau tidak selalu menolongku. Kali ini biarkan aku." Face berkata lirih dan sesekali batuk.

"Tidak Face, kau harus bertahan!" Agen Eye mengangkat tubuh Face ke pangkuannya.

Agen Face tersenyum untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun di wajah aslinya. "Fang. Satu permintaanku." Agen Face menyerahkan sebuah foto pada Eye. "Jaga dia Fang. Dia adikku. Walaupun dia adik angkatku. Aku sudah menganggapnya seperti adik kandungku sendiri. Sebenarnya dia anak dari sepupuku yang mati saat melahirkannya. Aku mohon jagalah dia. Aku tak bisa bertahan lagi. Malaikat maut telah membentakku agar tidak menahan rohku dari tubuh ini."

Face terbatuk-batuk lagi. "Sering-seringlah tersenyum. Supaya banyak gadis yang mendekatimu."

"Aku terlihat buruk jika tersenyum Face. Kau tau kenapa? Gigi taringku yang membuatnya jelek."

Face memejamkan matanya. Lalu ia menghembuskan napas terakhirnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro