“Kousei! Kousei!”

Tsubaki tak tahan untuk memarahi sahabatnya, tetapi ia sudah diluluhkan wajah linglung Kousei begitu mengangkat kepalanya. Pria itu ditemukan di trotoar depan sekolah menengahnya dulu. Entah apa yang dilakukan Kousei di sana.

“Kau dari mana saja? Tiba-tiba menghilang di hari pernikahanmu.” Tsubaki mengernyit khawatir, ia dapati kulit Kousei yang memucat.

“Aku ....” Jawaban Kousei menggantung, rasa sakit mendera kepalanya.

Tak jauh dari mereka, Watari Ryouta berseru, “Tsubaki! Apa itu Kousei?”

“Ya! Dia di sini!”

Ryouta memegang lengan kanan Kousei, sembari pria itu mengusap kepalanya yang memberat. Pandangannya berputar-putar tidak jelas.

“Ck, masalahnya kita tidak bawa kendaraan apa-apa! Biar aku gendong ke apartemennya!”

“Tsuba—”

Tsubaki mengabaikan ketidaksetujuan Ryouta dan menggendong Kousei di punggungnya. Kaki perempuan bersurai cokelat pendek itu mengayun cepat, diikuti Ryouta di belakangnya.

Kesadaran Kousei lenyap sepenuhnya, ia tak ingat apa yang terjadi padanya tadi. Batas ingatannya ia berhenti di depan sekolahnya. Setelah itu semuanya gelap.

Ingatan Kousei selama beberapa jam ke belakang menghilang dari otaknya.

[]