3 : Perjalanan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah melalui perdebatan dengan Zayn dan Liam tentang siapa duluan yang berhak mandi, akhirnya Dira sudah siap dengan setelannya, kaos merah maroon berbahan tebal dengan celana jeans hitam dan sepatu Converse All Stars. Simpel. Ia mengikat rambutnya kuncir kuda, lalu memakai topi merah gelap yang bertulisan Adventure Timetopi couple-an dengan teman seekskulnya.

Dira menatap ke luar jendela, terlihat dua orang sedang berjalan menuju rumahnya. Ia tersenyum, segera memakai tas selempang dan menyambar tas ransel serta tas tenda yang sudah dipaknya kemarin malam, kemudian turun ke bawah, menuju ruang tamu.

Ia menaruh barang-barang miliknya di samping meja, lalu menghampiri pintu. Tepat saat tangan Dira menyentuh gagangnya, suara seorang perempuan terdengar.

"Nadhi ... raa!" Panggilannya di akhir meninggi ketika melihat orang yang dipanggilnya telah berada tepat di depan.

"Ra, orangnya udah di depan, nggak usah teriak," ketus Dira sembari bertos ala mereka dengan Dara. Dara terkekeh. Perempuan itu tampak cantik dengan kemeja biru pastel yang di bagian paling atas kancingnya terdapat pita berwarna biru, dipadu dengan jeans putih dan flat shoes putih.

"Bang Louieh!" Dira menyapa laki-laki berjaket jeans yang berdiri di belakang Dara, Louis Tomlinson. Sepupu Dara dari Inggris yang pindah ke Indonesia sejak SMP. Dira cukup mengenalnya, walaupun tidak begitu akrab.

"Hei," sapa Louis balik. Ya, laki-laki itu memang agak cuek, juga sedikit sarkas. Walau begitu, Louis adalah orang yang cukup menyenangkan.

"Masuk dulu, gih." Dira berujar, membuka jalan.

Mereka berdua masuk dan duduk di ruang tamu, sementara Dira pergi ke atas, menuju kamar Zayn dan Liam. Dira mengetuk pintu kamar mereka.

"JEN! LIYEM!" teriaknya.

"Ya ya ya." Zayn sudah mengetahui apa yang dimaksud Dira. Dia segera membuka pintu, menatap Dira sambil tersenyum.

Dira menatap Zayn yang memakai sweater biru keabu-abuan. Laki-laki itu membawa tas ransel dan tas pinggang. Di belakangnya ada Liam yang memakai baju kaos hitam dengan kemeja abu-abu yang tidak dikancing. Dia hanya membawa tas ransel saja.

"Ayok, udah ada temenku di bawah," ucap Dira. Zayn mengangguk, dan mereka segera turun ke bawah.

Di ruang tamu, ternyata sudah ada Disha yang mengobrol dengan Dara. Dira mengambil empat botol minum dan termos dari dapur, membawanya ke ruang tamu, lalu ikut duduk mendengarkan obrolan sebentar.

"Udah, nih, mau berangkat?" tanya Disha.

"Yap." Dira mengangguk. Dia menatap arloji di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam 07.50 pagi.

Disha dan Nanda tidak ikut, katanya, sih, biar menjadi pengalaman baru bagi mereka. Biar benar-benar menjadi liburan mereka para remaja. Meskipun alasan dibaliknya juga karena mereka ingin menghabiskan waktu berdua saja, lebih tepatnya quality time mereka berdua.

Dira dan kawan-kawan sudah menaruh barang-barang mereka di bagasi belakang mobil. Hanya tas selempang atau tas-tas kecil dan makanan yang berada di bagian tengah mobil. Louis yang menyetir, karena dia mau-mau saja. Sebenarnya, Liam yang akan menyetir, tapi kata Dara, Louis lebih pro.

Mereka berpamitan dengan Disha dan Nanda–yang baru saja keluar rumah untuk mengantar. Mereka berdua menaruh kepercayaan pada Zayn dan Louis, sebagai yang tertua.

Zayn duduk di depan, di sebelah kursi pengemudi di mana Louis berada. Dira dan Dara di bagian tengah, dan Liam di bagian belakang sendirian.

Louis mulai men-starter mobil, mendiamkannya beberapa detik, hingga ia berucap, "Y'all ready for a long ride?"

"OH YEAHH!" seru mereka semangat.

Louis mulai menjalankan mobil MPV Mobilio abu-abu itu menjauhi rumah Dira. Dira, Dara, dan Zayn melambai pada kedua orangtua Dira yang masih menunggu di depan rumah dengan tangan yang terjulur keluar jendela.

"Hati-hati ya!" seru Nanda. Dira mengacungkan jempol, memasukkan kembali tangannya dari luar jendela dan menutup jendela itu.

Tujuan pertama, Kawasan Wisata Coban Rondo. Mereka memutuskan ke Bromo saat pulangnya saja.

Dira mulai berdoa agar perjalanan mereka lancar. Perjalanan yang akan ditempuh cukup jauh dan lama. Semoga saja, mereka semua selamat selama perjalanan.

---------

Mobil melaju dengan cukup cepat. Dira menatap pemandangan di luar jendela, tersenyum kecil. Dara di sebelahnya sedang mengobrol dengan Liam sembari mengacungkan kamera, nge-vlog. Sementara Zayn dan Louis sepertinya sedang menemukan kesamaan diri.

"So you are from England, right?" tanya Zayn.

"Yup," jawab Louis, matanya masih menatap lurus jalanan di depan. "Kau juga?"

"Yeah, by the way I'm from Bradford." Zayn memberi tahu.

"Emang dia nanya Zayn?" sahut Dira, membuat Zayn mendengkus kesal.

"Well ... I was from Doncaster." Louis membalas. Zayn mengangguk.

Percakapan berlangsung cukup menyenangkan bagi mereka, terutama ketika mengetahui dulu ternyata mereka pernah bertemu. Dira memilih menyalakan lagu dari USB yang dicolokkan di radio mobil. Lagu pertama yang terputar adalah 2002-Anne-Marie. Lagu itu menyelimuti percakapan manusia-manusia yang sedang berada di dalam mobil. Dara sudah mematikan kameranya.

"I never expected that we have ever known each other." Zayn terkekeh.

"So was Liam, right? Dia satu sekolah juga dulu?" tanya Louis.

"Iya." Zayn tersenyum.

"Lucu juga ya, rasanya dunia ini sempit." Dira menimpali sambil tertawa.

Perjalanan sudah berlangsung sejam. Dira sibuk memakan snack sambil bersenandung, Dara sudah siap terlelap dengan posisi kepalanya bersender di jendela. Liam sudah tertidur, sedangkan Zayn sibuk melihat maps di handphone-nya. Louis? Tentu saja menyetir.

"And the dream you left behind you didn't need them ... like every single wish we ever made." Dira terhanyut dengan lagu yang mengalun mengarungi mobil mereka.

"I wish that I could wake up with amnesia ... and forget about these stupid little things."

"Dir ... does it seriously take five hours to arrive?" tanya Zayn sedikit heran.

"Namanya juga keluar provinsi, emang lama, Zayn." Dira menjawab.

"Banget." Zayn menambahkan

"Selama perjalanan nonton Avengers: Endgame plus Infinity War bisa kelar," sahut Louis, membuat Dira tertawa kecil.

"Nonton dua film lamanya kayak perjalanan dari Semarang ke Malang." Dira menyahut. Louis mengangguk sambil tersenyum kecil.

Tak lama, Dira tertidur saat telinganya mendengar lagu Happier-Ed Sheeran.

-----------

"Ughh ..."

Dira mengerang kecil, membuka matanya sambil sedikit merenggangkan lengan. Ia mendapatkan mobil berhenti di rest area. Dengan kesadaran yang perlahan muncul, Dira celingak-celinguk melihat keadaan sekitar, Liam sedang bermain handphone di belakang, Dara tidak ada di sebelahnya, Zayn dan Louis juga tidak ada di kursi depan.

Dira menatap Liam yang fokus menatap handphone.

"Liam ... Where did the others go?" tanya Dira.

"Dara is going to the bathroom, while Zayn and Louis buys some snack." Liam menaikkan pandangan, menatap Dira.

"Ohh ...." Dira mengangguk-nganggik, lalu menatap dirinya di cermin yang ia bawa, merapikan rambutnya.

Dira keluar dari mobil dan melangkah menuju kamar mandi, ia membuka pintu bertuliskan ladies, dan mendapatkan Dara yang sedang mencuci muka.

"Hai, Ibu vlogger." Dira menyapa. Dara menghentikkan aktivitas mencuci mukanya dan menatap Dira, terkekeh. Dira menuju salah satu bilik toilet.

Setelah selesai, ia mencuci tangannya dan mengusap wajahnya sedikit supaya segar. Dara sudah keluar duluan. Dira melangkah keluar kamar mandi menuju mobil kembali.

Dilihatnya Zayn dan Louis telah membeli beberapa snack. Dira mengerutkan kening. "Snack-nya udah habis apa? Kok beli lagi?"

"Takut sampai sana habis," ujar Zayn santai, membuat Dira menggeleng-geleng melihat stok snack yang bertambah.

Dira segera duduk di jok tengah, ikut memakan snack wafer yang dibeli tadi. Dira menatap arlojinya, pukul 11.50 siang.

"Sekitar sejam setengah lagi ya?" Dira bertanya. Louis mengangguk.

"Let's continue." Liam menyahut. Louis mengangguk lagi, siap menjalankan kembali mobil mereka. Bensin telah terisi penuh, siap untuk terpakai.

"Okay . . let's go on." Setelah mengucapkannya, Louis menjalankan mobil perlahan keluar dari area pom bensin.

Perjalanan berlangsung dengan riang dan damai. Mereka bercanda ria selama perjalanan.

Sampai hampir dua puluh menit dari mereka keluar tol, Zayn tiba-tiba menyuruh mereka untuk berhenti.

"Hei hei ... wait a minute, I think we went to the wrong way." ucap Zayn. Hal itu berhasil membuat Louis menepikan mobil dan berhenti sebentar.

"Seriously? How could? You were checking the maps during the trip right?" Louis berdecak sebal, tak habis pikir Zayn bisa ceroboh seperti itu.

"Come on ... the signal wasn't good enough in the trip." Zayn membela diri. Dia memeriksa aplikasi Google Maps-nya. Mereka salah di pertigaan.

"Are we gone too far from the right way?" tanya Dira. Dia harap mereka tidak salah jalan terlalu jauh.

"We were wrong at the T-junction, we should turn left instead of straight away," kata Zayn memberi tahu. Louis menghembuskan napas berat. Mereka berjarak sekitar satu kilometer dari pertigaan yang dimaksud.

"Then ... let's go back." Dara berucap. Louis segera memutar balik mobil menuju arah yang dimaksud.

"Kita salah jalan, guys." Dara berucap pada kamera yang tadi merekam jalanan. Kamera itu kini mengarah ke wajahnya.

Mereka kini merasa sedikit tegang, entahlah ... tapi perasaan itu tertanam dalam diri Dira. Ia takut akan terjadi sesuatu yang tidak mereka sukai.

"Shit, my phone signal isn't good." Zayn menatap handphone-nya kesal.

Liam yang sedari tadi diam ikut mengecek handphone, sama ... sinyalnya tidak stabil. Memang, sih, mereka seperti sudah mulai memasuki daerah-daerah yang sinyalnya kurang bagus.

"So is my phone." Ucapan Liam membuat mereka tercekat.

Louis memperlambat laju mobil. Takut kalau ia akan salah jalan lagi. Dira dan Dara masing-masing mengecek handphone.

"Gimana?" tanya Louis yang tetap tenang.

"Aku lumayan, nih!" Dara histeris saat mengetahui sinyal handphone-nya masih aman.

"Buka maps cepet!!" Dira menyuruh dengan tak santai, ia merebut kamera di tangan Dara, mematikannya begitu saja. Dara dengan cepat membuka Google Maps. Mengatur objek tujuan.

"Lurus aja." Dara menginstruksi, lalu mengamati Maps lagi, takut nanti tiba-tiba sinyalnya hilang.

"Kalau udah lima ratus meter ikutin jalan yang kiri," ujar Dara lagi. Louis mengangguk.

Mobil mereka kini sudah ke kiri, dan batang pertanda sinyal di handphone Dara makin menurun. Dara menatap layar handphone-nya cemas.

Sinyalnya masih stabil setelah delapan ratus meter lebih jauh lagi, Dara sedikit lega.

Mereka sedikit tenang sekarang. Dara terus memperhatikan Google Maps, walaupun itu sedikit membuatnya pening. Mereka semua fokus pada jalan yang mereka lewati.

"Ini serius lewat sini jalannya?" tanya Dira heran, melihat jalanan yang mereka lewati agak sepi dan cukup kecil.

"Jalan pintas kayaknya," ujar Dara. Tanda panah biru di Google Maps itu tetap di tempatnya.

Mereka terus maju, dan anehnya, daerahnya kini agak berkabut atau berasap. Mereka juga heran kenapa tidak ada mobil atau motor yang lewat sini.

"Nggak ada kendaraan lain apa?" heran Louis.

"Tadi, sih, kayak ada cahaya lampu motor gitu, tapi dia kayaknya belok nggak lurus." Dara melapor.

"Sumpah, lebat banget pohon-pohonnya, bikin kek hutan." Dira berkomentar.

"Emang hutan kali." Zayn menimpali.

"Nggak ada perubahan rute gitu, Ra?" tanya Louis.

Dara memperhatikan layar handphone, berdecak gelisah, "udah mulai jelek, nih, jaringannya."

Hingga tiba-tiba, tanda panah biru di maps Dara berada tidak pada tempatnya.

"Woi, apaan, nih, nge-bug, sialan!" Dara berucap histeris, membuat yang lain jadi panik.

"What's going on?" tanya Liam. Dira menelan ludah gugup dan panik.

"The maps is error, it suddenly shows that we are not in the line while before we were following the line," jelas Dira,  menatap horor tanda panah biru yang kini berada di luar garis jalan maps.

"Oke, bagus ... jadi sekarang kita tersesat?" ujar Louis. "Shit."

-----------
A Little Dictionary

•have ever known : sudah pernah kenal.

•T-junction : pertigaan (based on translate)

-----------

Panjang beut.

Btw, aslinya, awalnya ini dibagi jadi dua chapter. Tapi kuputuskan jadi satu aja biar ga bertele-tele.

Perjalanan ini memang diceritakan dari Semarang ke Malang, tapi jalanan yang mereka lewati udah pasti fiksi ya.

Oke gitu aja.
Don't forget to leave vomments.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro