ENAM BELAS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dari ekor matanya, Bayu menangkap gerakan Nanda beranjak dari sisi Ratna yang sedang duduk lesehan di atas tikar. Kedua gadis itu tadi duduk bersisian, menghadap sebuah meja kecil. Sekarang Bayu tahu apa yang mereka kerjakan:  menggambar kartun. Sepertinya selain membaca dan memasak, Ratna juga memiliki hobi menggambar. Cewek paket lengkap.

Tatapan Bayu kini sepenuhnya terarah pada spot kosong di sebelah Ratna, yang ditinggalkan Nanda. Bayu bukan tidak menyadari bahwa Ratna sengaja memilih duduk di tempat terjauh dari posisinya.

Bayu meletakkan ponsel. Sebelum Nanda datang kembali, kesempatan ini jangan sampai terbuang begitu saja. Merapalkan doa dalam hati, berharap semoga dirinya tidak diabaikan, Bayu berpindah duduk di sebelah Ratna.

"Bikin gambar buat apa?"

Kepala Ratna sontak tertoleh begitu mendengar pertanyaan Bayu. Kedua matanya melebar sedetik saat menyadari lelaki itu sudah duduk di sebelahnya. Ratna bergeser, melebarkan jarak di antara tubuh mereka.

"Nanda minta digambarin buat adiknya." Ratna mengarsir gambar kucing.

"Aku juga mau."

"Mau apa?"

"Gambar kartun buat adikku."

Ratna mengernyit. "Adik Nanda umur lima tahun, emangnya adikmu umur berapa?"

"Tujuh belas. Tapi dia suka kucing. Film favoritnya aja Garfield."

Ratna mengeluarkan selembar kertas baru dan menggambar seekor kucing gemuk yang sedang kekenyangan. Diarsirnya sedikit di bagian punggung si kucing lalu hasil gambar itu diserahkan pada Bayu. "Udah kan? Sana balik nge-game lagi."

"Kamu kenapa sih? Marah sama aku?" tanya Bayu, yang menangkap nada pengusiran halus dari suara Ratna. 

Ratna menggeleng dan menjawab dengan malas, "Nggak. Kamu yang baperan, kayak cewek mau dapet aja."

Bayu bersiap menyanggah tapi kepala Fattan yang menyembul dari pintu ruang tamu membuatnya urung. Terlebih lagi, informasi yang dibawa kawannya itu cukup mengejutkan bagi Bayu.

"Ratna, di depan ada cowok nyari kamu."

"Oh, itu pasti Raja," ucap Ratna bersemangat.

Bayu menegakkan punggung. Alarm waspada seketika menyala di benaknya. "Siapa Raja?"

"Papa Bayu cemburu ya?" goda Fattan usil.

Ratna berdecak sebal menanggapi gurauan Fattan. Rasanya Ratna ingin berkata lantang agar semua orang berhenti memainkan lelucon yang menjodoh-jodohkan dirinya dengan Bayu. Bayu sudah punya pacar. Mereka tidak berjodoh.

"Na, aku tanya siapa Raja," ulang Bayu.

"Tadi pas ngantar Zoya balik ke posko, tiba-tiba motor Putri mogok. Lalu aku ketemu Raja. Dia yang ngantar aku balik lagi ke SD 1," terang Ratna sambil membereskan alat tulis.

Jadi Raja adalah pemuda asing yang Bayu lihat berjalan di samping Ratna saat Bayu hendak bertelepon dengan Ayu tadi siang. "Kamu diboncengin dia?"

Sumpah demi apa, Bayu mendadak tidak rela ada cowok selain dirinya yang memboncengkan Ratna.

Ratna masih tidak memandang ke arah Bayu.  Gadis itu melepaskan cepol rambutnya dan menyisir dengan jari, setelah dirasa cukup rapi, Ratna mengikatnya ke belakang. "Ya iyalah. Masa dia naik motor, terus aku ngesot?" jawabnya sarkas.

"Nggak lucu, Na."

"Aku juga bukan sedang melucu." Ratna mengangkat bahu cuek lalu berseru ke arah kamar, memanggil Putri. "Put, ayo ke depan. Ada orang bengkel yang mau ngecek motormu."

Bayu menahan tangan Ratna ketika gadis itu hendak berdiri. "Jangan terlalu akrab sama cowok baru kenal, Na. Pakai dandan segala lagi."

Bayu bingung sendiri mengapa dia menyindir berlebihan seperti ini. Ratna tidak berdandan, hanya sekadar merapikan rambut. Tindakan yang wajar saat akan menemui tamu. Namun, fakta bahwa Ratna menjaga jarak darinya dan malah menunjukkan antusiasme pada lelaki lain, sungguh membuat Bayu geram. Ia cemburu.

"Raja anak Karang Taruna desa ini, kok. Dan sikapnya sopan. Bukan tipe cowok yang suka baperin cewek, tapi ujung-ujungnya cuma PHP-in cewek."

Ratna hampir menyesali ucapannya. Menyindir Bayu hanya menunjukkan bahwa dia sakit hati. Hal terakhir yang Ratna inginkan adalah Bayu tahu bahwa dirinya telah berhasil mencuri hati Ratna.

"Dari mana kamu tahu? Kalian kan baru kenal."

"Feeling."

"Bisa aja dia cuma manis di depan."

Itu mah kamu, Ratna ingin menyanggah seperti itu. Namun, dia hanya menarik lepas tangannya dari pegangan Bayu. "Udah, Bay. Nggak usah repot-repot ngurusin aku. Mumpung lagi weekend, nih. Lebih baik kamu video call pacarmu. Puas-puasin melepas rindu."

Ratna segera berdiri dan berjalan menuju halaman depan di mana Raja sudah menunggunya. Matanya terasa panas, tapi Ratna cepat mengerjap untuk mengusir air mata. Dia tidak mau lagi menangis karena hal remeh seperti patah hati.

***

Dari mana Ratna tahu tentang Ayu?

Pertanyaan itu terpaksa Bayu kesampingkan sementara karena ada hal yang lebih penting untuk dilakukan: mengawasi pemuda bernama Raja itu. Bayu berdiri menyandarkan punggung pada tembok teras, kedua tangannya bersedekap, pandangannya awas mengikuti gerak-gerik Raja. Barangkali saja tangan pemuda itu mencuri kesempatan untuk hinggap di tempat yang tak pantas.

Namun, sejauh ini semua aman. Raja memang paling banyak berbincang dengan Ratna, tetapi cowok itu juga selalu menanggapi obrolan Putri dan Nanda. Tangan Raja juga tidak bergerilya ke mana-mana. Tepatnya, tidak bisa ke mana-mana karena harus menyorotkan senter ke arah mesin motor. Mas Karyo, montir yang diajak Raja, tidak bisa bekerja baik jika mengandalkan penerangan teras rumah yang ala kadarnya.

"Ini businya sudah aus, Mbak," terang Mas Karyo, sambil meniup-niup komponen mesin yang berfungsi untuk memercikkan bunga api itu.

"Kamu bawa busi baru 'kan, Mas?" Raja bertanya pada sang montir.

Mas Karyo membuka kotak peralatan dan mengeluarkan busi baru yang masih tersimpan dalam kotak pembungkus. Tak butuh waktu lama untuk memasang busi baru. Saat berikutnya Putri menstater motor, mesin langsung menyala.

"Alhamdulillah," seru Ratna sambil mengenyakkan diri di sebuah bangku bambu panjang.

Raja menyimpan kembali senter ke dalam kotak perkakas milik Mas Karyo. Sementara menunggu sang montir membereskan peralatan dan urusan ongkos dengan Putri, pemuda itu duduk di sebelah Ratna.

"Mbak," katanya, "Mas yang itu galak ya?" Raja mengedikkan dagu ke arah Bayu.

"Siapa? Bayu?"

Tadi Raja dan Bayu sudah berkenalan secara singkat dan ... kaku. Bayu yang kaku. Entahlah, lelaki itu mendadak menyetel mode ngambek. Padahal kalau dipikir-pikir seharusnya Ratna yang marah karena perasaannya sudah dilambungkan tinggi lalu dihempaskan begitu saja. Sakit, tauk!

"Iya, Mas Bayu. Dari tadi kok dia diem aja, Mbak."

"Bayu mah bukan galak. Dia ngambekan."

"Ngambek kenapa, Mbak? Jangan-jangan Mbak Ratna pacarnya, ya? Lagi marahan?"

Ratna berdecak sebal. "Jangan fitnah kamu. Bayu udah punya pacar."

"Eh," Raja kontan menutup mulutnya, "Lha aku nggak tahu, Mbak. Maaf."

Ratna tertawa kecil melihat Raja yang tampak rikuh. Pemuda itu memiliki sifat dan wajah yang sama manisnya. Sepertinya Raja merupakan pengalihan yang menyenangkan dari patah hatinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro