Error, Operation Canceled

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Layaknya gemintang yang tak mampu menerobos garis pembatas untuk duduk manis di angkasa siang, tampaknya, Rasi juga tak mampu meloloskan diri dari belenggu transparan yang mengikatnya dengan lelaki bermata cokelat madu itu. Bayangan kelam yang menemani hari-harinya selalu saja bicara tentang Dirga. Gemaan takbir kemenangan menuju lebaran menjadi backsong kegalauan Rasi, malam ini.

Sedari awal, Rasi sudah berniat untuk berbalik badan, berusaha memunggungi kehangatan rasa yang hanya bisa muncul ketika Dirga di dekatnya. Kenyamanan .... Rasi ingin meninggalkan tawa ringan yang selalu jadi melodi kehidupannya, di belakang sana. Rasi ingin membuktikan—terutama pada dirinya sendiri—bahwa dia tak lagi memerlukan keberadaan Dirga di sisinya.

"teRASI!" Well, bagaimanalah Rasi menjauhi ufuk timur cakrawala, jika mentarinya saja selalu terbit sedekat ini? Suara itu terdengar ringan tanpa beban. Oh, lihatlah muka idiotnya itu. Yang Rasi yakini, sampai Upin-Ipin jadi duta sampo pun, Dirga tak akan pernah menyadari bahwa tatapannya sudah menghancurkan jalanan panjang yang susah-susah Rasi arungi. "Aku beli es boba fresh milk kesukaanmu dan tiga porsi mi ayam pangsit! Kau menginginkannya? Akan kuberikan dua untukmu!"

Mata Rasi sempurna membola, penuh semangat. Fine! Lupakan sejenak perihal rencana 'melupakan' yang baru saja Rasi rancang. Tidak akan ada yang pergi. Rasi masih di sini, siap menampung makanan apa pun. "Serius? dirKAMPRET, sejak kapan kau punya hati?"

Dirga memasang muka paling songong begitu mendapati Rasi sibuk menurun-nurunkan makanan dari keresek yang dibawanya. "Oh, ayolah. Aku sudah menyimpan semua tentang Diba di sudut hatiku, bertahun-tahun lamanya. Tak perlu dipertanyakan, aku ini sudah pakarnya!"

Pakar hati? Namun, tak pernah buka mata untuk perasaan Rasi yang sudah overload sejak dulu?

Oke, skip. Rasi tidak se-alay itu. Lagi pula, ini bukan timing yang tepat untuk bermuram durja layaknya ABG baru putus cinta di malam minggu. Wangi kuah kari yang menguar dari mi ayam sudah heboh melambai-lambai, sejak tadi! Rasi langsung melempar kedua pemukul beduk ke sembarang arah. Biarlah diambil alih juniornya yang gabut di pojokan masjid. Salah satunya melirik julid. Huh, padahal Rasi yang otoriter menguasai beduk, tadinya, tak membiarkan siapa pun menyentuh gendang besar itu kecuali dirinya.

Dengan semangat empat-lima, Rasi membuka kemasan mi ayam yang mirip kotak besek itu, Dirga juga. Tak perlu waktu lama, keduanya sibuk menyantap makanan di hadapannya dengan khidmat, tanpa memedulikan tatapan geli Ustadz Ali, Abah Heri dan Mang Elan—dua bapak-bapak berusia kepala empat yang paling aktif mengikuti berbagai kegiatan Masjid Darussalam.

Tak sadar, Rasi sudah bersiap membuka kemasan mi ayam pangsit kedua, sementara Dirga tinggal menghabiskan es boba oreo sambil mengedarkan pandangan ke sekitar dan menjahili Alde sesekali. Rasi bersuara, "Kok tumben kau membelikanku dua porsi sekaligus, Dir? Kesambet setan apa?"

"Mana ada." Dirga meregangkan otot bahunya yang terasa pegal. "Itu untuk Diba, sebenarnya. Tapi dia menolak, sudah makan. Memang, ya. Dia itu sungguhan menjaga norma-norma dalam memakan sesuatu. Ada jedanya. Tidak gembul dan menghabiskan seluruh makanan yang ada, sepertimu."

Dibandingkan seperti itu, Rasi menekuk wajah. Apa-apaan? Rasanya, Rasi kehilangan selera makan untuk sesaat. Rasi kira ... Dirga tak memikirkan Diba, kali ini. Rasi menatap mi ayam pangsit di hadapannya, kesal. Makanan ini untuk perempuan itu, seharusnya. Ih, malas sekali. "Ya sudah. Kenapa tak kau beri ke anak lain saja? Atau ke bundamu?"

"Oh, tidak perlu. Anggap saja itu THR dariku. Kutunggu bayarannya di lebaran besok, lho! Pulang shalat ied, ya!"

All right. Absolutely, right. Tentu saja. Bukan Dirga jika tidak licik dan mata duitan. Rasi sudah mengenalnya sejak embrio, bagaimana mungkin bisa melupakan fakta sepenting itu?

•   •   •

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro