Time to say goodbye

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Time to say goodbye

@AltaVega

Alur cerita asli dari anime Tokyo Magnitude 8.0

Fandom: IDOLiSH7

Notes: siapkan hatimu kawan, cari posisi pw, nyalain lagu bebas lagu apa aja, tisu juga, tiati banjir aja sih. Ini adalah oneshoot dengan total word diatas 5k, jadi carilah waktu yang luang, jangan sampai ganggu kerjaanmu kawan~

Mungkin ada beberapa kejadian yang ga sama persis seperti kejadian aslinya ataupun dari animenya, jadi mohon maaf kalo aku sedikit ngawur. 

Sebuah pagi yang damai dihari yang lain, seperti rutinitas biasa dimana Mitsuki memasak sarapan, Sougo membangunkan Nagi, dan Yamato, Riku sedang duduk melamun discounter dapur dan Tamaki yang sedang terburu-buru memasukkan bukunya kedalam tas.

"Aku berangkat sekolah dulu Niisan, Nanase san, ittekimasu." Pamit Iori pada kakaknya, Mitsuki, sekaligus menggambil bekal makan siang yang sudah disiapkan oleh Mitsuki.

"Ou, itterashai Iori" balas keduanya.

"Aku juga pergi dulu Mikki, Rikkun!" ucap Tamaki dengan tergesa-gesa mengambil bekal makan siang.

"Hati-hati dijalan, Tamaki!"

"Jangan bolos!"

Dari kejauhan Mitsuki dan Riku mendengar suara Tamaki yang menjawab pesan mereka berdua, Mitsuki dan Riku saling melirik kemudian sama-sama tertawa melihat tingkah Tamaki yang sama sekali tidak bisa bangun pagi dan berakhirlah terburu-buru seperti tadi. Yah, pemandangan yang biasa.

Mitsuki kembali melanjutkan masak dibantu oleh Sougo yang menyusun sarapan pagi mereka dimeja makan, Riku yang memutuskan untuk mandi dan ganti baju serta Yamato dan Nagi yang sudah bangun. Yamato yang sudah duduk dimeja makan mulai menyeruput kopi paginya dan menyalakan tv untuk mendengarkan berita pagi.

"Trigger, kakkoi nee" ucap Sougo yang duduk disebrang Yamato.

"Sou ka?"

Sougo mengangguk menanggapi balasan Yamato dengan bersemangat.

Yah- sasuga fans Trigger batin Yamato. Tepat setelah Yamato membatin seperti itu Riku telah selesai dengan acara mandinya pun bergabung kembali dengan yang lain untuk sarapan bersama sebelum Tsumugi datang membawa jadwal mereka hari ini.

"Ah, Mitsuki. Iori semalam mengatakan minggu depan sekolahnya mengadakan pertunjukan teater di NNTT, New National Theatre, Tokyo. Dalam rangka pengambilan nilai praktek ujian seni" perkataan Riku barusan membuat yang lain menoleh ke arahnya, meminta penjelasan lebih lanjut dari sang center.

Dengan heran Riku bertanya, "Are? Apa Tamaki dan Iori tidak mengatakannya padamu Mitsuki, Sougo san?"

Mitsuki dan Sougo melirik satu sama lain kemudian dengan kompak menjawab, "Tidak."

"Aku rasa mereka lupa mengatakannya, karena beberapa minggu terakhir ini pekerjaan kita sangat padat dan juga sekolah mereka tengah mengadakan ujian praktek" ucap Yamato seraya mengangkat bahunya.

"Kau benar Yamato san. Tamaki juga terlihat sangat uring-uringan dengan ujian itu. Mau bagaimanapun juga mereka sudah kelas 2 dan tahun depan sudah kelas 3" Sougo mengangguk setuju dengan penuturan Mitsuki yang mengatakan bahwa Tamaki terlihat uring-uringan dengan segala jenis ujian sekolah. Karena akan sangat memalukan jika media mendengar berita bahwa Tamaki tidak lulus SMA.

"Bagaimana jika setiap 3 hari sekali kita masakkan makanan kesukaan mereka? Untuk menyemangati mereka dalam ujiannya" usul Riku.

Usulan Riku pun disetujui oleh yang lain, mereka mungkin tidak bisa membantu 100% dalam ujian disekolah namun mereka bisa membantu dua anak sekolahan itu dirumah, membantu dalam hal mengajari belajar, materi praktek, memasakkan masakan kesukaan, menyemangati secara psikologis dan banyak hal lainnya. Setelah itu pembicaraan mereka mengalir seputar jadwal pekerjaan untuk seminggu ini yang belum diberikan oleh Tsumugi, biasanya Tsumugi akan memberikannya pada malam sebelumnya atau pada pagi buta dihari selanjutnya.

Beberapa menit sebelum sarapan selesai, ponsel Yamato mendapatkan pesan dari Tsumugi bahwa seminggu ini jadwal kerja mereka kosong. Detik itu juga Mitsuki merencanakan untuk membersihkan dorm secara besar-besaran, memasak untuk menu makan siang serta makan malam untuk mereka dan berbelanja kebutuhan dorm dan isi kulkas.

Yamato, Nagi dan Riku berbelanja, Sougo membersihkan dorm dan Mitsuki yang membersihkan area dapur dan sedikit membantu pekerjaan Sougo. Dan satu hal lagi, mereka sepakat untuk tidak menyuruh-nyuruh dua anak sekolahan itu, biar mereka fokus dengan ujiannya saja.

Setelah semuanya sepakat, barulah pekerjaan rumahan mereka dimulai.

----------TTSG----------

Suasana di sekolah pagi ini tidak ada yang special seperti hari-hari sebelumnya ribut sana-sini entah membahas soal tugas, ujian praktek, ekstrakulikuler, pacar, rencana liburan, natal, tahun baru dan segala macamnya ditambah dengan cuaca yang semakin mendingin setiap jamnya. Iori, Tamaki dan Haruka saat ini sedang berada didalam kelas. Iori yang sedang membaca buku, Tamaki yang ngemil pudding dan Haruka yang sedang mencoba tidur sebelum ujian dimulai.

Kelas mereka yang biasanya ramai dengan celotehan random khas anak sekolahan kini hanya berisi diskusi antar murid yang sedang belajar untuk ujian materi yang akan diadakan minggu depan atau yang sedang berdiskusi mengenai universitas mana dan jurusan apa yang akan mereka pilih ketika ujian masuk perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Sembari menyuap pudingnya Tamaki memanggil Iori karena penasaran akan sesuatu setelah mendengar obrolan teman sekelasnya yang lain, "Neee, Iorin."

Iori menatap teman sekelasnya sekaligus teman satu grupnya dari balik buku yang ia baca, "Ada apa Yotsuba san?"

Sementara Haruka yang hanya memejamkan matanya tapi tidak tidur juga menatap Tamaki, karena dia juga penasaran dengan apa yang akan ditanyakan oleh teman sekelasnya itu.

"Aku penasaran ... kau akan masuk ke universitas mana dan akan mengambil jurusan apa?"

"Aku rasa aku akan mengambil jurusan Marketing dan Bisnis Internasional saja. Di Waseda" balas Iori.

Haruka dan Tamaki terkesiap dengan balasan Iori, mereka tahu bahwa teman mereka ini sangat pintar bahkan sejak kelas 1 selalu menjadi juara kelas dan menjadi langgangan para guru ketika ada olimpiade yang bertaraf nasional maupun internasional.

"Todai ya? Aku sih tidak heran kalau kau memilih masuk disana Iorin dan dengan jurusan itu, kau adalah juga yang berprestasi" balas Tamaki.

Iori menaikkan sebelah alisnya saat mendengar jawaban dari Tamaki sedangkan Haruka menganggukkan kepalanya menyetujui jawaban Tamaki. Iori tidak berniat untuk menanyai balik jawaban Tamaki, sebaliknya dia menanyai balik dua teman sekelasnya itu mengenai universitas mana dan jurusan apa yang akan diambil oleh mereka.

"Lalu bagaimana dengan kalian sendiri? Aku yakin Osaka san dan Natsume san telah membahas hal ini dengan kalian."

Ada jeda sejenak sebelum Haruka menjawab pertanyaan dari Iori.

"Maa, Minami sebenarnya membebaskanku untuk mengambil jurusan yang sesuai dengan minatku. Aku rasa aku akan mengambil jurusan Seni Teater & Film di Waseda. Touma, Tora dan Shirou san juga mengatakan bahwa jurusan itu cocok denganku" balas Haruka tanpa menatap kedua temannya itu.

"Karena drama terakhir kalian itu ya?"

"Bagaimana kau tahu itu, Yotsuba? Aku bahkan tidak mengatakannya!"

"Raut wajahmu mengatakan demikian Isumi san. Lagipula tidak ada salahnya jika masuk ke jurusan itu."

Haruka memalingkan wajahnya karena malu alasannya masuk ke jurusan Seni Teater dan Film ketahuan oleh dua temannya ini, dengan wajah yang tersipu serta nada suara yang terdengan tsundere Haruka menanyakan hal yang serupa kepada Tamaki, "Bagaimana denganmu sendiri Yotsuba?"

"Ore wa nee ... mungkin Desain Skenografi, Drama dan Menari, di Tama Art University."

"Kau tidak bisa jauh dari menari nee Yotsuba?"

Tamaki hanya mengangkat bahunya dan memakan pudingnya kembali tidak berniat kuntuk menjawab pertanyaan dari Haruka.

Haruka pun tidak memaksa Tamaki untuk menjelaskan padanya jadi Haruka sama sekali tidak keberatan ketika Tamaki tidak menjawab pertanyaan itu. Setelah percakapan singkat itu mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing dan tidak lama kemudian bel sekolah berbunyi.

----------TTSG----------

Cuaca di Tokyo akhir-akhir ini memang tidak terlalu bagus, hujan sering turun bahkan panas yang benar-benar menyengat diakhir musim panas. Namun hal itu justru tidak membuat semangat orang-orang luntur untuk bekerja, sekolah bahkan berjalan-jalan bersama teman atau dengan keluarga luntur bahkan dengan cuaca yang tidak menentu ini.

Semua orang bekerja, sekolah seperti biasa tanpa ada yang menyadari bahwa sesuatu yang besar akan menimpa mereka semua. Terutama bagi yang bertempat tinggal di Tokyo merekan tengah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga tidak ada yang menyadari bahwa akan ada bencana yang akan segera menghampiri mereka.

Selama seminggu Yamato, Mitsuki, Sougo, Nagi dan Riku benar-benar memanjakan dua anak sekolahan itu agar mereka tidak stress selama ujian. Pada awalnya kedua anak itu heran dengan sikap kakak dan patnernya yang lain, dan setelah dijelaskan oleh Mitsuki kenapa mereka melakukan semua itu karena mereka sangat menyayangi dua member termuda mereka itu. Barulah ketiga anak sekolahan itu bersikap biasa seperti biasa.

Bahkan Revale, Trigger dan Zool menyempatkan diri untuk berkunjung ke dorm Idolish7 untuk sekedar menyemangati anak sekolahan itu. Termasuk juga Haruka. Shirou, Minami, Torao dan Touma menaruh harapan padah Haruka agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan dan bisa masuk ke universitas idamannya. Universitas swasta terbaik nomor dua di Jepang, Waseda.

Begitupula dengan Iori yang mengincar universitas yang sama dengan Haruka dan Tamaki yang mengincar Universitas Tama.

Hingga pada hari itu tiba, hari dimana pertunjukan teater di NNTT, New National Theatre, Tokyo dimulai. Semua member Idolish7 dan Zool datang untuk menonton termasuk Banri dan Shirou. Sementara Otoharu, Trigger, dan Revale tidak bisa datang karena ada perkerjaan yang harus dilakukan pada hari itu juga.

Tema teater yang akan dimainkan adalah perpisahan dengan judul "Catatan Akhir."

Terlihat seorang anak perempuan yang membacakan sebuah narasi dan pertunjukkan pun dimulai.

Idolish7, Zool, Banri dan Shirou menonton mereka dengan bangga. Terutama Mitsuki, dia sangat bangga dengan adiknya yang bisa membanggakannya sampai sejauh ini. Mitsuki tidak meminta apa-apa lagi, dia hanya berharap Iori tumbuh sebagai pria yang bertanggung jawab atas segala perbuatannya tentu saja tumbuh dengan sehat hingga akhir hayatnya nanti, jujur, pantang menyerah.

Zool juga demikian, mereka secara tidak langsung berperan sebagai ayah, ibu dan kakak bagi Haruka. Mereka juga berharap jika Haruka bisa tumbuh sebagai pria yang bertanggung jawab, jujur dan pantang menyerah akan mimpi-mimpinya.

Dari bangku penonton sana, mereka tersenyum dengan bangga dengan usaha serta kerja keras mereka selama ini.

Saat pertunjukan selesai Iori, Tamaki dan Haruka menatap kearah teman-temannya serta manager yang mendampingi. Ketiga anak itu bisa melihat senyum bahagia yang diberikan oleh teman, patner, keluarganya untuk mereka semua.

----------TTSG----------

"Otsukaresama!"

"Otsukaresama deshitaa!!"

Anak-anak kelas 3 yang bertugas didepan panggung maupun yang bertugas dibalik layar semuanya terharu karena drama kelulusan telah usai, kini hanya menunggu hari kelulusan dan ujian masuk ke perguruan tinggi.

Staff yang membantupun turut senang karena pekerjaan anak-anak itu sukses besar.

Backstage yang sudah ramai semakin ramai ketika Idolish7 dan Zool datang menghampiri mereka semua. Idolish7 dan Zool memuji betapa indahnya drama yang mereka buat, sehingga penonton bisa ikut didalam drama yang dibuat.

Senang? Tentu saja anak-anak itu senang, karena dipuji oleh dua grup idol papan atas.

Dan sebelum mereka membereskan perlengkapan mereka, anak kelas 3 bersama dengan Idolish7 dan Zool berfoto bersama untuk kenang-kenangan.

Saat semua perlengkapan mereka sudah dibereskan, Banri dan Shirou mengajak idol-idol kesayangannya untuk pergi makan siang bersama, "Yosh! Mari kita rayakan keberhasilan drama Iori-kun, Tamaki-kun dan Haruka-kun!"

"Kau benar Ogami-san, mari kita rayakan dengan makan-makan bersama dan setelah itu menikmati hari di taman yang dekat dengan Tokyo Tower."

Ajakan Banri dan Shirou pun disambut bahagia oleh Idolish7 dan Zool. Sangat jarang bagi mereka untuk bisa pergi makan siang bersama-sama.

Sepanjang jalan mereka ke family restaurant hanya ada canda-tawa yang terdengar, sesekali omelan Mitsuki dan Minami ke Nagi dan Torao, Sougo ke Tamaki dan helaan nafas lelah Yamato akan tingkah membernya.

Cuaca di Tokyo hari ini sangat cerah padahal saat ini tengah berada diawal musim semi, namun langit bersinar begitu cerah. Ditambah dengan pucuk bunga sakura yang akan bermekaran menambah indahan sekitar.

----------TTSG----------

"Uaahh- terima kasih atas traktirannya Utsugi san, Ogami san" kata Touma yang menepuk pelan perutnya, yang seketika dicubit oleh Minami.

"Arigatou gozaimasu, Banri san, Utugi san. Kami akan menggantinya dengan kerja keras untuk bisa membuat kalian, fans dan tenti saja kami bahagia" ucap Sougo dengan membungkukkan badannya.

"Iie iie, ini sudah menjadi tugas kami Osaka kun. Dan pastikan kalian akan selalu menjaga kesehatan kalian. Karena aku tidak mau mendengar berita bahwa kalian sakit karena kelelahan" balas Shirou dengan senyuman bapak-bapaknya yang menawan hati.

Idolish7 dan Zool tersenyum mengiyakan. Mereka senang karena dimanja oleh manager mereka, manager yang selalu ada untuk mereka dikala senang, sedih, dan susah.

Tidak lama kemudian Banri merangkul Yamato dan Touma dan mengajak mereka untuk bersantai di Prince Shiba Park untuk menikmati hari sebelum kembali ke dorm masing-masing.

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba saja Nagi bertanya kepada Iori,

"Iori, are you happy?"

Iori yang ditanya seperti itu pun terdiam sejenak kemudian, "yes, I'm very happy Rokuya san."

Dan Nagi menanggapinya hanya dengan senyuman kecilnya kemudian kembali menatap jalanan yang entah kenapa terasa begitu lengang padahal biasanya jalanan itu dipenuhi oleh orang-orang yang berjalan kaki dan mobil yang berlalu-lalang. Letak restoran yang mereka datangi dan taman Prince Shiba tidak begitu jauh jadi tidak perlu memakan waktu yang begitu lama. 

Namun sebelum mereka masuk ke taman itu, mereka memutuskan untuk membeli beberapa jenis camilan dan minuman untuk dinikmati bersama dengan keindahan taman. Saat Minami, Sougo, Mitsuki dan Iori melihat seberapa banyak camilan yang diborong oleh teman-temannya mereka hanya bisa menghela nafas lelah akan kelakuan mereka namun mereka tetap tersenyum akan semua kelakuan ajaib teman-temannya. Jauh dilubuk hati terdalam mereka saling menyayangi, mencintai dan melindungi satu sama lain.

Yamato, Ryuu dan Torao juga sempat membeli beberapa tikar untuk mereka gelar di taman Shiba Prince.

----------TTSG---------

"Nanase san."

Riku yang saat itu sedang menyusun makanan dan minuman yang mereka beli menoleh dan menjawab dengan nada riang khas-nya, "Ada apa Natsume san?"

Minami tidak segera menjawab, dia terdiam sejenak dan menatap Riku dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan. Riku pun menatap Minami dengan heran, apa yang hendak dibicarakan oleh Minami dengannya sehingga membuat temannya itu belum mengatakan maksud dan tujuannya memanggilnya.

"Ah, iie. Aku hanya ingin bertanya kepadamu."

Riku meletakkan sekotak susu stroberry dan menepuk pelan sisi kanannya mengisyaratkan kepada Minami untuk duduk disebelahnya. Riku tahu jika ada yang hendak dibahas oleh Minami dengan dirinya dan tidak melibatkan yang lain dalam pembicaraan mereka.

"Ada apa, Natsume san? Ada yang ingin kau tanyakan padaku?"

Minami menengok sejenak ke arah Riku dan menyesap cappuccino latte yang dibelinya tadi sembari melihat pemandangan Tokyo Tower yang terlihat indah pada siang ini kemudian dengan nada pelan Minami bertanya kepada Riku, "Menurutmu ... bagaimana jika suatu saat nanti kau berpisah dengan Izumi san?"

"Berpisah ya?"

Minami tidak melihat kearah Riku dan menanggapinya hanya dengan anggukan singkat.

"Sejujurnya aku tidak pernah kepikiran kesana Natsume san. Namun karena kau bertanya padaku akan aku jawab sebisaku saja,"

Minami kali ini benar-benar menatap Riku dan Riku membalas tatapan Minami dengan senyuman, "Perpisahaan memang tak akan pernah mudah karena sifat dasar manusia ingin memiliki bukan melepaskan. Semua pasti akan berubah, mau tidak mau. Semua pasti berpisah, ingin tidak ingin. Semua pasti berakhir, siap tidak siap. Terluka? Sudah pasti, tapi luka akibat sebuah perpisahan selalu menjadi yang terperih diantara luka lainnya, bagaimana tidak perpisahan adalah batas dari kebersamaan yang entah kapan akan terulang,"

Terasa disekitar mereka hembusan angin yang cukup kuat sehingga menerbangkan helai-helai rambut mereka sehingga menambah kesan keindahan paras mereka.

"Dia, kalian adalah satu dari sekian banyak hal yang membuatku tidak lagi berteman dengan kata pisah. Hadirmu bagai lautan di tanah gersang, lalu bagaimana pula harus ku ungkapkan rasaku saat kau telah beranjak pergi dan tak akan kembali."

----------TTSG---------

"Isumi san, jangan begitu."

"Tamaki kun, hentikan itu."

Ucap Minami dan Sougo bersamaan, karena mereka berdua melihat bahwa perdebatan antara Haruka dan Tamaki tidak akan berhenti sampai disana.

Sedangkan Touma dan Yamato  bersweatdrop ria melihat pertengkaran yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan sama sekali. Mereka hanya berdebat tentang siapa yang akan duduk dekat dengan Sakura CheeseCake yang dibeli oleh Mitsuki beberapa menit yang lalu.

"Diam atau tidak dapat sama sekali" Minami mengatakan itu dengan raut wajahnya yang penuh dengan senyuman manisnya namun bagi orang yang melihatnya senyuman itu bagaikan malaikat maut yang hendak menghampiri.

"B-baik" saat itu juga Haruka dan Tamaki duduk anteng tanpa perkelahian part-part sekian.

Mitsuki dan Sougo tersenyum minta maaf atas tingkah kekanakan Tamaki, begitu pula dengan Touma serta Torao yang tersenyum canggung kepada MC-nya Idolish7 itu.

Tidak lama kemudian Touma mengajak yang lain untuk bermain kartu Uno. Bagi yang kalah mukanya akan dicoret oleh liptint milik Minami. Yang sialnya berwarna merah.

Sepertinya kesialan berada dipihak Yamato, baru beberapa menit mereka main dirinya sudah dikalahkan oleh Haruka disaat-saat terakhir.

Dan, apakah berhenti sampai disitu saja? Tentu tidak.

Minami, Sougo, Mitsuki dan Nagi dengan sengaja meng-skip bagian Yamato agar tidak bisa mengeluarkan kartu miliknya. Bahkan sebelum mereka main, Minami dengan segala ramalannya bilang begini, "Aku yakin Nikaido san akan kalah telak dengan Isumi san."

Dan, benar saja beberapa menit kemudian Yamato kalah telak setelah bermain melawan Haruka.

Tawa gelak tidak bisa dihindarkan, semua orang tertawa puas menertawai muka Yamato yang penuh dengan coretan. Tentu saja Riku sempat merekam semuanya.

Yamato yang tidak terima akan kekalahannya dia mengajak yang lain untuk kembali bermain kembali. Untuk membalas kesalahannya.

Kali ini Minami hanya tersenyum simpul seperti biasa, Haruka yang tertawa mengejek, Nagi dan Mitsuki yang meledek.

Siapapun yang ada disana bisa melihat bagaimana harmonisnya hubungan mereka semua. Walaupun dulu mereka sempat berselisih, namun perselisihan mereka berhenti sampai disana ketika tahu bahwa semua itu hanyalah jebakan dari Ryo yang membenci idol-idol yang berada dipapan atas.

Semua baik-baik saja hingga ....

Hingga seluruh permukaan tanah bergetar dengan pelan sayangnya tidak ada satupun dari orang-orang yang menyadari hal itu beberapa detik kemudian getaran itu berhenti. Beberapa detik setelahnya barulah terasa getaran yang teramat sangat besar hingga mengejutkan banyak orang termasuk Idolish7 dan Zool.

"Ada apa ini?!" tanya Tamaki dengan raut wajah yang panik.

Tanpa basa-basi Banri, Shirou, Yamato, Nagi, Mitsuki, Sougo, Touma, Torao dan Minami mengkoordinir teman-temannya serta orang-orang yang ada disana.

"Gempa! Semuanya menjauh dari segala jenis bangunan, tiang listrik, lubang pembuangan dan segala jenisnya! Lindungi kepala kalian dari segala macam benda yang jatuh!" teriak Yamato.

"Nanase san! Jangan jauh-jauh dariku!" Iori berseru dengan nada panik karena melihat Riku sedikit tertinggal dari yang lainnya dan hampir tenggelam dalam lautan orang-orang yang panik dengan cepat Iori menarik dan menggenggam erat yangan patnernya itu agar mereka tidak terpisah.

"Arigatou Iori."

Setelah mengatakan itu Riku pun menggenggam erat tangan patnernya itu dengan erat agar mereka tidak terpisah satu sama lain. Iori sambil menyesuaikan langkah Riku dia berusaha dengan cepat agar bisa bertemu kembali dengan rekan-rekan mereka yang lain yang tanpa mereka sadari mereka sudah terpisah dengan yang lain.

"Bertahanlah Nanase san. Aku akan membawamu dengan cepat ke teman-teman yang lain."

Iori berusaha menenangkan Riku yang terlihat semakin panik, takut, cemas akan keadaan mereka saat ini. sedangkan Riku juga berusaha agar tidak merepotkan Iori yang telah membawanya dengan aman agar bertemu dengan yang lain. Riku juga paham dengan kekhawatirannya dengan sang kakak. Mitsuki. Riku bisa merasakan sebagaimana panik dan cemasnya Iori akan keselamatan sang kakak.

Karena posisi Iori dan Riku itu sama. Sama-sama seorang adik. Seorang adik yang selalu dilindungi oleh kakaknya dibalik bayang-bayang, sadar dan tanpa disadari oleh mereka.

Tidak ada yang akan pernah bisa menggeser posisi seorang kakak dihati adik kecilnya.

Seperti Mitsuki dengan Iori.

Dan, Tenn dengan Riku.

Mereka menyayangi, mencintai satu sama lain.

Yang tidak Riku tahu ... kepala Iori sempat terkena lemparan dahan pohon yang cukup besar dan menghantam kepalanya. Iori juga tidak tahu jika saat ini kepalanya mengeluarkan darah yang cukup banyak dari belakang kepalanya itu.

Mereka berdua tidak menyadari itu karena pakaian yang dipakai Iori berwarna hitam dan entah Iori yang memang tidak merasakannya atau memang mengabaikan rasa sakit yang dia rasakan.

----------TTSG----------

"Sou chan!"

"Tamaki kun!"

Sougo dengan sigap langsung menggandeng tangan Tamaki. Agar Tamaki tidak terjatuh akibat dorongan orang-orang yang panik. Agar Tamaki tidak kehilangan dirinya. Agar Tamaki tetap aman bersamanya.

Bagi Sougo, Tamaki adalah segalanya begitu pula dengan Idolish7.

Mereka adalah alasan kenapa Sougo masih bertahan sampai sekarang.

Maka dari itu Sougo tidak akan melepaskan mereka sampai kapanpun. Karena, Sougo terlalu mencintai Tamaki sebagai patnernya dan Idolish7 sebagai tempat dia untuk pulang.

Tamaki panik dan takut dengan keadaan ini, walaupun ada Sougo yang menemaninya tapi ini pengalaman pertamanya. Sejak TK hingga SMA dalam pelajaran sosial sering membahas atau menyinggung masalah mitigasi bencana alam. Gempa bumi yang benar-benar besar.

"Tenang saja Tamaki kun, ada aku disini."

Dalam situasi ricuh seperti itu Sougo masih bisa tersenyum menenangkan Tamaki yang wajahnya sudah terlihat pucat. Padahal jika dilihat dari sudut pandang Tamaki, keadaan Sougo juga tidak kalah panik darinya.

"Un."

Sougo sadar jika mereka sudah terpisah dengan teman-temannya yang lain, namun Sougo yakin yang lain bisa menjaga diri masing-masing dan berpasangan dengan entah siapa.

----------TTSG----------

Yamato, Mitsuki, Nagi, Touma dan Torao berlari menghindari menjauhi gedung-gedung dan berusaha untuk tetap berada ditempat yang terbuka. Yamato juga memastikan teman-teman yang masih bersamanya agar tidak terpisah seperti yang lain.

"Minna! Tetap bersama! Jangan ada yang terpisah!"

Teriak Yamato kepada empat temannya yang lain. 

Yamato mengkhawatirkan teman-temannya yang terpisah dengannya, bukan berati dia tidak mengkhawatirkan teman-teman yang saat ini bersamanya. Hanya saja sebagai leader, sebagai seorang kakak, sebagai sosok yang menjadi pilar untuk member-membernya yang lain membuat dirinya harus mengawasi yang lain. Padahal dirinya sendiri tahu jika mereka yang dikhawatirkan akan bisa menjaga dirinya sendiri.

"Aku yakin adikmu baik-baik saja, Izumi. Ada Nanase yang menemaninya" ucap Torao saat melihat sekilas wajah Mitsuki yang gelisah akan mencari keberadaan adiknya.

Nagi yang berusaha melindungi kepala mereka dari ranting pohon yang terlempar ke arah mereka.

"Percayalah pada Iori dan Riku, Mitsuki."

Nagi menatap Mitsuki dalam-dalam berusaha meyakinkan Mitsuki bahwa Iori akan baik-baik saja bersama Riku.

"Aku tahu itu."

Mitsuki menatap sekelilingnya dengan tatapan nanar. Baru beberapa menit yang lalu mereka, semua orang tertawa dan bersenang-senang. Namun lihatlah sekarang. Penuh dengan kepanikan, ketakutan, kengerian akan gempa dan kematian.

"Begitu pula dengan kalian Inumaru, Mido. Percayalah kepada Natsume dan Isumi, mereka bisa menjaga dirinya sendiri."

Meski Yamato berkata demikian, tetap saja perasaan khawatir tidak hilang begitu saja. Touma dan Torao masih mengkhawatirkan keberadaan Minami dan Haruka yang saat ini entah berada dimana.

Harapan mereka hanyalah ... mereka bisa kembali berkumpul dengan teman-temannya yang lain.

----------TTSG----------

Tanpa mereka sadari getaran gempa pun berhenti, orang-orang bernafas lega akan hal itu. Dan, mereka juga tidak sadar jika sudah berlari sedikit menjauhi taman yang mereka singgahi tadi, namun masih masuk kedalam lingkungan yang sama dengan taman. Black Gate.

"Sepertinya keadaan sudah mulai aman, duduklah disini dulu Mitsu, Nagi, Inumaru, Mido. Aku akan ke Family mart untuk mengambil minuman, obat dan beberapa makanan" ujar Yamato kepada Mitsuki, Nagi, Touma dan Torao. Tanpa menunggu persetujuan yang lain, Yamato berlalu begitu saja.

"Tunggu dulu Nikaido."

Panggilan dari Torao pun menghentikan langkah Yamato yang sudah berjalan menuju konbini. Torao yang merasa panggilannya berhasilpun melanjutkan kalimat yang ingin dia katakan.

"Bukankah tadi kau bilang tidak boleh terpisah? Nah kenapa sekarang kau malah pergi sendirian? Setidaknya bawalah salah satu dari kami."

Yamato kemudian berbalik menghadap kearah teman-temannya yang terlihat kesal dengan keputusannya yang sepihak.

"Yang dikatakan Mido benar Ossan. Setidaknya bawalah salah satu dari kami."

Mitsuki berujar dengan kesal ketika Yamato memutuskan untuk pergi sendirian ke konbini. Begitupula dengan Nagi yang kali ini hanya diam dan menatap perdebatan mereka dengan tatapan datar.

"Kau tidak harus bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi, Nikaido. Ada kami teman-temanmu yang bisa kamu andalkan."

Jika saat ini bukanlah situasi yang rumit dan teman-teman mereka masih terpencar entah berada dimana, maka Torao akan menggoda Touma yang bisa mengeluarkan kata-kata bijak.

Yamato menatap teman-temannya dengan seksama. Melalui tatapan mata itu Yamato tahu bahwa mereka marah, kesal, sedih karena Yamato tidak mempercayai mereka dan melakukan semuanya sendiri.

"Wakatta, wakatta. Warui na. Jadi, siapa yang ingin ikut denganku?"

Yamato tidak ingin membuat teman-temannya lebih khawatir dari ini, maka dia memutuskan untuk mengalah.

"Aku saja. Toma kau istirahat saja dulu. Tenanglah, kita akan segera berkumpul kembali dengan Mina dan Haru."

Kenapa Torao yang mengajukan diri untuk menemani Yamato ke konbini? Karena, Mitsuki saat ini sedang mengkhawatirkan Iori serta membernya yang lain. Nagi sebenarnya bisa namun diantara mereka semua hanya Nagi dan Torao lah yang masih dalam kondisi tenang dan berfikiran jernih. Sedangkan Touma, walaupun dari wajahnya dia terlihat tenang, namun sebenarnya saat ini dia sangat sangat panik dengan keberadaan Minami dan Haruka yang entah ada dimana.

"Yamato, tolong ambilkan kapas, alkohol dan plester. Luka dikaki Touma dan Mitsuki harus segera diobati."

Dua orang yang disebutkan bahkan tidak sadar jika kaki mereka terluka.

"Baiklah, tunggu disini Mitsu, Inumaru. Kami akan segera kembali."

Mitsuki, Touma, Nagi, Banri dan Shirou mengangguk, mempercayai Yamato dan Torao untuk mencari persediaan.

"Kalau begitu kami akan mencari Osaka san, Yotsuba san, Natsume san dan Isumi san" pamit Shirou.

"Un, hati-hati Banri, Utsugi san" balas Nagi.

----------TTSG----------

Saat ini Minami tengah memangku Haruka yang pingsan karena sempat terdorong dan terinjak oleh orang-orang yang berusaha untuk menyelamatkan diri. Minami tadi sempat menggendong sedikit tubuh Haruka agar jauh dari keramaian orang-orang yang tengah panik menyelamatkan diri.

"Isumi san."

"Isumi san."

Minami tengah berusaha untuk menyadarkan kembali Haruka yang masih pingsan. Minami juga menyeka pelan kening Haruka yang mengeluarkan darah akibat terjatuh dan terinjak oleh orang-orang. Dalam hati Minami berharap agar gempa ini segera berakhir dan mereka bisa segera berkumpul kembali dengan teman-teman mereka yang lain.

"Isumi san, bangunlah."

Dan, untunglah pada panggilan ketiga Haruka membuka matanya. Tanda bahwa dia sudah sadar dari pingsangnnya.

"Isumi san! Untunglah kau sudah sadar" Minami berseru dengan nada penuh kelegaan saat Haruka sudah siuman dari pingsannya.

"Mina ... kita ada dimana? Dimana Tora? Toma?"

"Tenanglah Isumi san. Kita masih ada disekitaran taman tadi, namun sudah sedikit jauh dari taman itu. Sedangkan untung Inumaru san dan Mido san aku tidak tahu mereka ada dimana, begitupula dengan Idolish7. Kami terpisah."

Haruka mengangguk pelan, berusaha untuk menahan rasa pening yang menyerangnya.

"Tenanglah Isumi san, pulihkan sejenak dirimu barulah kita mencari Inumaru san dan yang lain."

Tanpa Haruka sadari Minami juga tengah menahan luka yang berada dipergelangan kaki kirinya. Luka yang Minami terluka dari batu yang cukup tajam yang dia lewati saat menggendong Haruka ke tempat yang dia rasa aman dari injakan orang-orang. Minami tidak ingin membuat Haruka khawatir akan luka yang dia dapatkan.

"Aku sudah baik-baik saja Mina, arigatou."

Haruka mencoba untuk berdiri dengan sedikit menahan rasa pusing yang menderanya namun dia abaikan itu dan menatap Minami dengan tatapan aku sudah baik-baik saja Mina, jangan khawatir.

Walaupun begitu, Minami tetaplah khawatir dengan keadaan Haruka. Namun, melihat Haruka yang sudah bisa berdiri sendiri dan menatap Minami dengan percaya diri barulah Minami percaya bahwa Haruka sudah baik-baik saja dan bisa kembali berjalan untuk mencari teman-teman mereka.

Minami terkekeh pelan saat melihat Haruka yang sudah bisa bertingkah. Maka dari itu Minami bisa sedikit mengurangi rasa khawatirnya.

"Baik-baik, aku percaya kau sudah baik-baik saja Isumi san. Jadi berhentilah menatapku seperti itu."

Minami dengan perlahan berdiri dengan menahan rasa perih dikakinya. Minami tidak ingin Haruka mengetahui luka yang dideritanya, maka dari itu Minami tidak menunjukkan raut wajah apa-apa ketika luka dikakinya itu berdenyut perih.

"Mina, daijoubu?"

Haruka bertanya dengan penasaran kenapa Minami terdiam beberapa menit setelah dia berdiri. Masih dengan wajah yang tersenyum Minami menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Haruka, "Aku baik-baik saja Isumi san. Daijoubu desu yo."

Jika boleh jujur Haruka tidak yakin dengan ucapan Minami yang mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Haruka tidaklah buta akan ekspresi menahan sakit yang ditunjukkan oleh Minami, walaupun pria itu tidak menunjukkannya secara terang-terangan tapi sebagai teman yang sudah menghabiskan banyak waktu dengannya pasti paham dengan perubahan ekspresi sekecil apapun itu. Tapi untuk saat ini Haruka tidak akan mengatakan apa-apa mengenai kebohongan Minami yang berkata bahwa dia baik-baik saja.

"Un, wakatta."

Minami memastikan semuanya aman kemudian dengan pelan dia berdiri dan mengajak Haruka untuk mencari keberadaan teman-temannya.

----------TTSG----------

"Mido, tolong kau ambil saja makanan dan minuman, aku akan mengambil semua persediaan obat-obatan dan alat yang bisa dijadikan alat darurat" pinta Yamato.

"Wakatta, aku juga akan mengambil barang yang sekiranya akan kita butuhkan nantinya."

Kemudian mereka berpencar untuk mengambil barang yang mereka butuhkan. Sebenarnya isi dalam konbinisudah hampir tidak ada isinya. Tapi Yamato tahu bahwa ada sebuah gudang penyimpanan. Itupun jika persediaan masih ada dan belum diambil oleh orang lain.

"Untungnya digudang ini masih ada barang yang tersisa."

"Sou ne. Jika tidak ada barang yang tersisa kita akan kerepotan nantinya."

Mereka berduapun langusng mengambil cukup banyak makanan, minuman, obat-obatan dan barang lainnya dan mereka berdua mengumpulkannya kedalam tas agar mudah untuk dibawa kemana-mana. Mereka juga menyisakan untuk masyarakat lainnya untuk menggunakan barang yang mereka ambil.

"Apakah ini sudah cukup, Nikaido?"

"Ya itu sudah cukup, Mido."

Yamato menutup tas punggung yang dia temukan, entah milik siapa itu mereka tidak tahu setelah itu Yamato mengangkat sebuah kotak yang berisikan air minum dan membawanya keluar. Torao juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Yamato yaitu mengeluarkan persediaan mananan, minuman dan obat-obatan.

"Semoga dengan ini bisa membantu yang lain untuk bertahan hidup" Yamato berucap dengan nada pelan berharap Torao tidak mendengar ucapannya, namun, Torao mendengarnya gumaman kecil itu. Torao tidak mengatakan apa- apa hanya menepuk pelan bahu Yamato pelan seolah mengatakan bahwa mereka harus segera pergi karena teman-teman mereka sudah menunggu.

Namun siapa sangka mereka saat keluar justru berpapasan dengan Iori dan Riku.

"Yamato san! Mido san!"

"Riku! Iori!"

"Nanase, Izumi!"

Tanpa basa-basi Riku langsung memeluk Yamato sedangkan Iori berjalan dengan perlahan kearah Yamato dan Torao dengan tersenyum lega karena sudah bertemu dengan leadernya.

"Syukurlah kalian baik-baik saja" Yamato membalas pelukan Riku.

"Izumi, kakakmu sangat mengkhawatirkanmu. Dia sangat panik ketika kalian berpisah" ujar Torao seraya menepuk pelan puncak kepala Iori. Sedangkan Iori menghela nafas lega karena kakaknya baik-baik saja.

"Yokatta, niisan."

----------TTSG----------

"IORI!"

Mitsuki langsung saja berlari dan menerjang Iori untuk memeluknya, untuk memastikan bahwa adiknya baik-baik saja. Iori yang tidak bisa menahan air matanya pun membalas pelukan Mitsuki, jauh didalam lubuk hatinya dia merasa lega jika kakaknya baik-baik saja.

"Ahahahaha, aku baik-baik saja Iori."

Mitsuki tertawa kecil saat melihat Iori saat ini seperti Iori saat kecil dulu.

Adik kecilnya yang menggemaskan.

Adik kecilnya yang lucu.

Adik kecilnya yang selalu dia banggakan.

"Izumi, lukamu harus diobati. Kau juga Toma" ujar Torao.

"Ahahaha, kau benar. Aku tidak sadar jika aku terluka" balas Mitsuki dengan riang seperti biasa.

"A-ah ... wakatta."

"A-ah ... wakatta."

Torao mengambil obat-obatan dan memberikannya kepada Mitsuki serta Touma. Saat ini Riku tengah duduk bersama dengan Yamato dan Nagi. Tidak seperti biasa mereka hanya duduk bersama tanpa ada obrolan apapun. Namun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Yamato membuka suara untuk menanyakan keadaan

"Riku, asmamu apakah sempat kambuh?"

Yamato duduk disebelah Riku dan memberikannya sebotol air dan jaket untuk membuatnya merasa lebih hangat.

"Untungnya tidak kambuh Yamato san."

Yamato mengangguk dan tersenyum, "Berarti tinggal ... Isumi, Natsume, Sou dan Tama yang belum ketemu."

"Nagi, dimana Banri san dan Utsugi san?" tanya Riku karena tidak melihat tanda-tanda kehadiran dua manager yang sejak awal kejadian sudah menemani mereka.

"Banri dan Utsugi san sedang mencari Tamaki, Sou, Natsumeshi dan Isumishi" balas Nagi.

"Sou desu ka."

Setelah itu keheningan pun terjadi diantara mereka. Tidak ada yang membuka percakapan. Mereka sudah Lelah dengan apa yang baru saja terjadi. Torao yang sedang membersihka sisa-sisa sampah dari obat-obatan yang dipakai Mitsuki dan Touma.

"Bagaimana jika kita mulai jalan untuk kembali ke dorm?" ajak Touma.

"Apa kakimu sudah baik-baik saja Inumaru san?" tanpa menjawab pertanyaan Touma, Mitsuki membalas pertanyaan Touma dengan pertanyaan.

"Maa, aku rasa sudah bisa dibuat untuk berjalan kembali" Touma membalasnya dengan nada yang tidak yakin.

"Jika masih terasa sakit istirahat saja dahulu-"

"Iie, daijoubu desu. Kita sebaiknya mulai jalan saja" Touma memotong ucapan Torao yang mengkhawatirkannya.

"Hah, wakatta, wakatta."

Torao tidak bisa memaksakan Touma untuk beristirahat sejenak. Begitu pula dengan Mitsuki yang bisa Yamato lihat melalui tatapan matanya bahwa dia sudah baik-baik saja dan sudah bisa melanjutkan perjalanan.

----------TTSG----------

"Sou chan."

"Ada apa Tamaki kun?"

"Kita akan baik-baik saja kan?"

"Ya, kita akan baik-baik saja Tamaki kun."

Untuk sesaat Tamaki merasa ragu dengan ucapan itu. Tamaki jarang mempercayai firasat yang dia rasakan, namun kali ini firasatnya mengatakan bahwa mereka tidak akan baik-baik saja.

Ada sesuatu yang akan memisahkan mereka.

Tamaki memutuskan untuk tidak mengatakannya kepada Sougo, karena tahu akan kekahwatiran yang dirasakan oleh Sougo.

"Ya. Kita akan baik-baik saja Sou chan."

Kata-kata itu meluncur dari mulut Tamaki semata-mata untuk meyakinkan hatinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ya semua akan baik-baik saja. Untuk saat ini.

----------TTSG----------

"Mina. Kita kemana?"

Minami tidak segera menjawab pertanyaan yang dilontarkan masih fokus mencari jalan melalui google maps.

"Kita akan ke Stasiun Tokyo. Aku rasa Inumaru san tachi akan pergi kearah sana."

Haruka menatap Minami dengan speechless karena Haruka yakin kali ini pun Minami mengandalkan kemampuannya dalam meramal. Yah walaupun ramalan Minami sering kali benar-benar terjadi. 

"Wakatta. Ne, Mina. Bisakah kita mampir ke SevenEleven atau Lawson? Kita membutuhkan obat-obatan, makanan dan minuman."

"Tentu saja isumi san."

Minami meletakkan kembali ponselnya kedalam kantong celananya dan keduanya berjalan menuju konbini terdekat untuk mengambil barang-barang yang mereka butuhkan selama perjalanan menuju Stasiun Tokyo.

Keduanya jalan dalam keheningan, larut dalam pikiran mereka masing-masing. Lebih tepatnya lagi memikirkan satu sama lain. Haruka yang memikirkan Minami dan Minami yang memikirkan Haruka.

"Mina, disana ada Sevel."

Haruka menarik tangan Minami pelan untuk menarik perhatian Minami dari lamunannya itu, dan menggandeng tangan Minami untuk masuk ke sebuah Sevel yang cukup besar.

"Ambillah seperlunya saja Isumi san. Aku akan mengambil obat-obatan dan pilihlah makanan yang tidak mudah basi dengan cepat" jelas Minami saat mereka sudah berada didalam.

"Ha~i."

Minami mengambil beberapa kapas, alcohol, plester, obat mag, dan paracetamol tidak lupa mengambil tiga totebag untuk membawa barang-barang yang mereka ambil. Setelah memastikan semua obat-obatan yang diperlukan Minami menghampiri Haruka yang sedang mengambil beberapa onigiri, roti, salad, dan buah.

"Masukkan kedalam sini Isumi san. Masih ada yang ingin kau ambil?"

"Hmmm, tinggal minuman saja Mina."

Haruka buru-buru menuju cooler yang berisikan berbagai jenis minuman, mengambil 2 botol air putih 1,5 liter, dua botol minuman vitamin c, sebotol oolong tea dan sebotol thai tea untuknya.

"Yare yare, kau bisa membawanya Isumi san?"

"Aku rasa aku bisa membawanya."

Minami menyerahkan sebuah totebag yang cukup besar untuk membawa segala jenis minuman yang diambil oleh Haruka.

"Siap?"

"Siap!"

Keduanya berjalan keluar dan mulai berjalan menuju Stasiun Tokyo. Mereka tidak sendiri ada banyak orang yang juga mulai berjalan menuju tempat yang aman. Mereka hanya mengandalkan peta offline yang ada diponsel, karena seluruh listrik, internet bahkan saluran radio di Tokyo dan beberapa daerah mati total akibat dari gempa yang barusan.

"Mina ... kita akan baik-baik saja kan?"

"...."

"Mina?"

"Hai. Kita akan baik-baik saja ... Isumi san."

Walaupun anada yang dikeluarkan oleh Minami nada bicara seperti biasa tapi Haruka tahu bahwa Minami merasa tidak yakin dengan jawaban yang diberikan. Jawaban yang terdengar untuk meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja disituasi seperti ini.

----------TTSG----------

"Kita akan mencari mereka kemana Ogami san? Berpencar?" tanya Shirou.

"Hmmm, sou neee. Jujur saja aku tidak memiliki ide kemana kita harus mulai mencari Tamaki kun, Sougo kun, Natsume san, dan Isumi san. Dan akan menjadi sebuah ide yang buruk jika kita berpencar" jelas Banri.

Shirou menghela nafas lelah menyadari bahwa itu ide yang buruk.

"Telfon juga mustahil. Internet benar-benar hilang saat ini" gumam Shirou.

"Sou nee. Apa mungkin mereka jalan ke stasiun terdekat?"

"Kenapa stasiun?"

Shirou sedikit merasa heran ada hubungan apa antara para idol dan stasiun. Banri yang paham dengan raut wajah keheranan yang ditunjukkan oleh Shirou pun terkekeh, "pfftt, kau harus melihat wajah keherananmu itu Utsugi san."

Banri bukannya menjawab pertanyaan Shirou malah tertawa, merasa lucu dengan raut wajah rekannya itu.

"Oh, jika kau tidak berniat menjawab diamlah, Ogami san."

Shirou sadar jika Banri menertawainya, dia pun membalasnya dengan sarkas. Justru itu membuat tawa Banri semakin menggelegar.

"Ahahahaha- maaf maaf. Jarang-jarang aku bisa menertawakan rekanku sendiri. Maa, tenanglah, hentikan tatapan mata mautmu itu Utsugi san."

Shirou mendengus kesal atas respon Banri barusan dan masih menagih jawaban yang dia tunggu sejak tadi.

"Jadi ...."

----------TTSG----------

Dengan perbekalan seadanya mereka ini sedang menuju arah tujuan yang sama, Stasiun Tokyo dan pemberhentian terakhir mereka ada di Stasiun Ueno. Dengan hati yang penuh dengan kecemasan akan keselamatan, mereka tetap nekat untuk pergi ke Stasiun Tokyo dengan berjalan kaki. Mereka tidak sendiri banyak warga yang juga berjalan kaki entah kemana dan entah untuk menemui siapa.

"Yokatta. Kami tidak sendirian ketika berjalan kaki menuju Stasiun Tokyo. Semoga kita semua cepat berkumpul kembali. Sou, Tama jaga diri kalian. Kalian juga Isumi, Natsume" batin Yamato.

Padahal mereka tahu bahwa keadaan saat ini masih belum baik-baik saja, gempa susulan mungkin masih akan datang. Tapi bukan berarti mereka bisa pasrah begitu saja dan hanya duduk diam menerima keadaan, mereka akan terus berusaha hingga akhir.

Agar suasana tidak berat Mitsuki, Nagi, Touma, Yamato dan Riku membuka obrolan dengan orang-orang agar perjalanan tidak terasa membosankan. Nagi bahkan juga menggendong seorang anak perempuan yang kesulitan berjalan diatas jalanan yang rusak dan tidak lupa mengajaknya untuk bercanda agar anak perempuan itu bisa mengalihkan fokusnya dari rasa takut.

Mereka terus berjalan dan berjalan, jam demi jam berlalu mereka tidak menyangka jika jalanan begitu rusak sehingga tidak jarang mereka memutuskan untuk mengambil jalan memutar, jalan yang lebih jauh. Hingga tidak terasa matahari akan tenggelam, malam hari akan segera tiba. Hanya sekitar 1,5 km lagi mereka sampai di Stasiun Tokyo tepatnya berada dipemukiman yang berkisar 500 meter dari Stasiun Tokyo.

Tapi, gempa susulan terjadi. Nagi memandu yang lain untuk tetap berada ditempat yang aman, Torao juga membantu Nagi dengan menjaga teman-temannya yang lain agar tetap bersama-sama.

Niatnya sih begitu, namun tidak ada satu dari mereka yang sadar jika ada sebuah lampu hias yang lepas dari dinding akibat dari kerasnya getaran gempa dan mengenai salah satu dari mereka.

Duakk.

Brukk.

"?!!"

----------TTSG----------

Saat ini Sougo dan Tamaki tengah dalam perjalanan ke Stasiun Tokyo namun melalui jalur yang jauh dari Stasiun Tokyo. Tamaki yang sedang menghibur anak-anak kecil dan Sougo yang membantu menenangkan seorang anak perempuan yang menangis histeris karena takut dan terpisah dari orang tuanya. Tamaki menceritakan hal-hal yang menarik dan lucu kepada anak-anak kecil sedangkan Sougo bersenadung pelan sebagai backsound dari cerita Tamaki.

Semua terasa damai, aman dan tentram hingga hampir sampai di Kuil Yasukuni, gempa susulan terjadi. Anak-anak yang awalnya sudah tenang kini kembali panik, kembali takut. Tamaki dan Sougo sebisa mungkin untuk melindungi anak-anak tersebut.

"Sougo kun!"

"Tamaki kun!

Banri datang disaat yang tepat disaat-saat mereka berdua sudah mulai kewalahan untuk menjaga diri dan menjaga anak-anak yang berada dalam perlindungan mereka.

"Ban chan!"

"Banri san!"

Banri segera membantu Tamaki dan Sougo untuk menggendong anak-anak itu agar bisa mencari tempat berlindung yang aman. Tamaki dan Sougo merasa lega karena sudah bertemu dengan Banri. Karena jalanan rusak ditambah lagi dengan getaran yang belum berhenti hal itu membuat reruntuhan bangunan jatuh dan bisa sangat membahayakan jika terkena orang, Banri menuntun Tamaki, Sougo dan anak-anak kecil itu dengan cepat dan berhati-hati. Dia tidak ingin sesuatu terjadi kepada mereka.

Namun naas, saat mereka melintasi sebuah gedung untuk menuju kearah taman yang luas dan terlihat cukup aman untuk berlindung, sebuah pot bunga yang cukup besar dan berat yang ada diatas balkon jatuh dan menimpa salah satu dari mereka.

Brakk!!

"...?!"

----------TTSG----------

Haruka mengeratkan genggaman tangannya dengan Minami. Dia panik, cemas dan takut dengan apa yang baru saja terjadi. Gempa susulan terjadi. Haruka menatap Minami dengan cemas karena saat ini mereka berada diposisi yang tidak memungkinkan, sangat rawan untuk terkena reruntuhan bangunan.

Minami juga sebenarnya panik dan takut dengan gempa susulan ini. Tapi dirinya tahu jika dia ikut panik maka Haruka akan panik juga, maka dari itu Minami bersikap tenang walaupun dalam hati dia sudah bingung harus bagaimana.

Jelas saja.

Dikiri jalanan sudah retak dan jalanan itu sudah terbelah dua dan ada sebuah mobil yang sudah terbakar, sebelah kanan mereka ada sebuah bangunan yang jika digoncang lebih lama lagi bangunan itu akan runtuh dan mengenai mereka berdua, didepan mereka ada genangan minyak kendaraan yang bocor dan ada sebuah kabel listrik yang menjuntai, dan dibelakang mereka ada sebuah pohon besar yang menghalangi jalan.

Minami tidak bisa mengambil resiko untuk melewati genangan minyak kendaraan yang bocor itu karena ada kabel listrik yang menjuntai. Dia bisa memutar jalan dengan melompati pohon itu hanya saja mereka berdua tidak tahu bagaimana kondisi dibelakang mereka karena tertutup oleh dahan pohon. Melompati jalan yang sudah terbelah dua juga ide yang buruk, yang ada jika tidak mendarat dengan sempurna malah mereka sendiri yang masuk kedalam lubang itu.

Minami menggenggam erat tangan Haruka sekedar menenangkannya, walaupun itu sia-sia Haruka masih merasa takut. Mereka berdua sudah putus asa dengan situasi mereka sekarang ini, kaki mereka sama-sama cedera, sudah lelah baik fisik dan mental mereka. Tapi disaat keduanya ingin menyerah samar-samar terdengar suara yang memanggil mereka berdua.

"Natsume san!"

"Isumi san!"

Keduanya menoleh kearah kiri dan mendapati manager mereka berada disana. Seorang Utsugi Shirou menemukan keberadaan mereka berdua.

"Utsugi san."

"Bertahanlah Natsume san, Isumi san. Aku akan membantu kalian berdua."

Shirou terlihat kesana kemari untuk mencari cara agar Minami dan Haruka bisa diselamatkan. Shirou juga melihat kearah belakang pohon untuk melihat apakah disana aman jika Minami dan Haruka melompatinya. Dan ternyata tidak, ada pecahan kaca jendela akan berbahaya jika terjatuh disana.

"Natsume san, Isumi san. Apakah kaki kalian kuat untuk melompat?"

"Aku rasa bisa Utsugi san" Minami membalas dengan tidak yakin.

"Lompatlah, Natsume san, Isumi san. Aku akan menangkap kalian berdua" Shirou merentangkan kedua tangannya untuk menangkap tangan Minami dan Haruka ketika melompati lubang itu.

"Percayalah padaku Natsume san, Isumi san."

Shirou menatap Minami dan Haruka dengan tatapan serius bahwa dia sangat serius untuk menangkap tangan mereka ketika sudah sampai diseberang.

"Ayo Isumi san. Kau duluan"

"...wakatta."

Haruka mengambil melemaskan kakinya, membenarkan posisi tas-nya dan mengambil ancang-ancang untuk melompat.

Hup.

Kaki Haruka menginjak seberang jalan pas dengan pinggiran lubang Shirou dengan cepat meraih dan menggenggam tangan Haruka tepat waktu, jika disana tidak ada Shirou mungkin Haruka sudah jatuh kedalam jurang itu.

"Sekarang giliranmu Natsume san."

Shirou mundur dua langkah agar Minami bisa lompat dengan mudah kemudian mengangguk meyakinkan Minami.

Minami menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Minami mengambil ancang-ancang untuk lari dan lompat.

Hup.

Shirou menangkap kedua lengan Minami dengan tepat waktu, "arigatou gozaimasu, Utsugi san."

"Tidak masalah Natsume san. Yang penting saat ini kalian sudah aman bersamaku."

Minami mengangguk dan merengkuh Haruka yang sudah terlihat pucat. Shirou memutuskan untuk tidak berlama-lama disana, karena getaran gempa masih belum berhenti dan posisi mereka masih belum aman. Shirou mengambil tas yang dibawa Haruka kemudian mengajak kedua idolnya itu untuk berjalan menuju tempat yang aman hingga gempa berhenti.

Saat ketiganya berjalan melewati mobil yang terbakar dan genangan minyak kendaraan yang bocor ada salah satu motor yang ternyata tangki bensinnya bocor airnya mengalir kearah kabel listrik yang menjuntai dan kemudian meledak.

Duaarr!!

----------TTSG----------

Gempa susulan sudah berhenti beberapa menit yang lalu tepat disaat matahai tenggelam. Rombongan Shirou, Minami dan Haruka lalu Banri, Tamaki dan Sougo serta Iori, Yamato, Mitsuki, Nagi, Riku, Touma dan Torao sudah bertemu kembali ditempat penampungan yang ada didekat Stasiun Tokyo.

Yamato, Mitsuki, Nagi, Riku, Touma dan Torao tidak bisa merasa lebih Bahagia dari ini saat melihat Minami, Haruka, Tamaki, Sougo, Banri dan Shirou dalam keadaan selamat. Walaupun Minami, Haruka dan Shirou terlihat sedikit berantakan akibat dari ledakan kendaraan tadi.

Iori, Haruka dan Tamaki ditahan didalam tenda medis untuk dirawat lebih intensif karena luka yang mereka dapatkan. Shirou dan Minami tengah diobati luka-luka yang didapatnya kemudian diperbolehkan kembali untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Setidaknya mereka semua aman saat ini. Dan hanya perlu beristirahat malam ini untuk memulihkan tenaga mereka untuk perjalanan mereka menuju Stasiun Ueno. Karena mereka semua sama-sama lelah, jadinya mereka membagi tugas untuk menuju beberapa pos untuk mengambil makanan, minuman, peralatan tidur dan mencari tempat yang aman dan luas untuk mereka bermalam.

Iori, Yamato dan Torao bertugas untuk antri mengambil jatah makan malam dan air minum. Riku, Sougo dan Nagi bertugas untuk mengambil selimut, kaus kaki, dan peralatan untuk gosok gigi. Sedangkan Mitsukidan Touma bertugas untuk mencari tempat yang aman dan nyaman untuk mereka beristirahat malam itu.

Mereka semua kelelahan secara fisik dan mental. Lelah secara fisik karena harus berjalan kesana kemari melewari jalanan yang buruk, tidak jarang harus mencari jalan memutar. Lelah secara mental karena melihat orang-orang yang mati karena tertimpa reruntuhan bangunan dan sebagainya.

Selang tidak berapa lama mereka sudah kembali berkumpul mengobrol sebentar lalu satu persatu pamit untuk tidur, untuk menenangkan hati dan pikiran mereka. 

----------TTSG----------

Pagi hari tiba Banri, Shirou, Yamato dan Torao yang pertama bangun diantara mereka semua. Banri dan Shirou memutuskan untuk mencuci muka dan mengambil jatah sarapan pagi untuk mereka semua. Sedangkan Yamato dan Torao berkeliling untuk bertanya apakah semalam ada gempa susulan yang kembali terjadi atau tidak. Untungnya beberapa orang yang mereka tanyai menjawab bahwa semalam tidak ada gempa susulan yang terjadi, Yamato dan Torao menghela nafas lega bahwa semalam mereka tidur dengan aman.

Keduanya mengucapkan terima kasih dan kembali ke tempat dimana mereka tidur semalam, saat keduanya sudah sampai Mitsuki, Sougo dan Minami sudah bangun dan terlihat sedang membereskan selimut bekas mereka pakai semalam. Yamato dari jauh melihat sekelilingnya merasa ada yang janggal.

Saat Yamato sudah berada didekat tempat beristirahat mereka tadi malam Tamaki, Iori dan Haruka tidak ada disana. Bahkan dengan lipatan selimut yang sudah rapi, "Sou. Dimana Ichi, Tama dan Isumi?"

"Ah- aku tidak tahu Yamato san. Tadi ketika aku, Mitsuki san dan Natsume san bangun sudah tidak ada keberadaan mereka bertiga" balas Sougo. Hal itu jelas membuat Yamato heran, karena sejak tadi mereka sama sekali tidak melihat keberadaan Trio anak SMA itu. Jadi kemana perginya mereka?

Saat Yamato hendak bertanya kepada Minami dari belakangnya ada yang menubruknya dan mengalungkan lengannya ke leher Yamato. "Yama san~"

"Tama? Ichi? Darimana saja kalian?"

Iori dan Tamaki tidak menjawab pertanyaan Yamato hanya tersenyum saja untuk menanggapi itu. Sedangkan Haruka duduk disebelah Minami yang sedang menatap sekitar, melihat orang-orang yang sudah mulai bangun.

Minami merasa jika Haruka lebih dekat dengannya semenjak kejadian kemarin. Bukannya Minami tidak suka hanya saja heran saja, ada apa dengan Haruka pagi ini yang tiba-tiba saja menempelinya seperti ini. Minami tidak menolaknya justru membiarkan Haruka seperti itu.

"Oh? Kalian semua sudah bangun?"

Banri dan Shirou datang sambil membawa sarapan mereka. Tidak lama dari kedatangan duo manager ini Touma, Nagi dan Riku bangun. Banri dan Shirou membagikan satu persatu sarapan dan vitamin.

Semenjak bangun Riku dan Minami hanya diam saja, jika ada yang mengajaknya berbicara barulah akan mereka balas. Mereka berdua masih bersikap biasa-biasa saja disaat feeling mereka mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Sepuluh menit kemudian mereka sudah selesai sarapan, sudah cuci muka dan sikat gigi, membereskan selimut yang mereka pakai dan melanjutkan istirahat mereka sejenak hingga jam 3 sore sebelum melanjutkan perjalanan ke Ueno.

----------TTSG----------

Ketiga belas orang itu berjalan dengan santai ke Ueno, cuaca tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin sangat cocok untuk melanjutkan perjalanan, dan menurut kabar dari pemerintah yang mereka dengar melalui radio tadi sebelum berangkat bahwa sudah tidak ada lagi gempa susulan. Jadi orang-orang sudah bisa berpergian dengan aman, pemerintah juga berpesan untuk tetap berhati-hati saat dijalan pulang. Bantuan dari pemerintah juga sudah meluncur ke banyak titik lokasi untuk memmbantu dan menyelamatkan orang-orang.

Hal itu membuat Idolish7, Zool, Banri dan Shirou lega. Akhirnya setelah hampir 48 jam berada dilokasi gempa, melihat banyak sekali orang-orang yang terluka dan orang-orang yang tewas mereka kini bisa kembali pulang dengan selamat.

Luka dikaki Minami, Mitsuki dan Touma sudah mulai membaik berkat istirahat mereka semalam dan setelah diobati oleh tenaga medis. Tidak ada yang lebih senang daripada itu. Mereka bisa kembali berkumpul dengan keluarga, teman-teman dan staff yang biasa bekerja sama dengan mereka.

Tidak ada yang sadar jika Iori, Tamaki dan Haruka sering hilang-hilangan. Ah tidak. Riku sadar jika mereka mulai sering menghilang. Sudah beberapa kali dalam 15 menit mereka sering menghilang dan datang tiba-tiba. Hingga sampailah mereka di Ueno, Trio anak SMA itu langsung mengajak teman-temannya untuk ke SMA mereka. Ueno High School. Dan disetujui saja oleh yang lain, tanpa ada protes ataupun complain.

Di kelas 3-A.

Iori, Haruka dan Tamaki mengajak teman-temannya untuk melihat isi kelasnya dengan alibi ada barang mereka yang tertinggal didalam kelas itu. Sebelumnya Iori sudah meminta izin kepada petugas yang menjaga di SMA itu untuk mengambil barangnya yang tertinggal didalam kelas, untungnya diizinkan oleh petugas tersebut.

Mitsuki, Sougo, Minami dan Riku melihat-lihat kearah madding belakang kelas ada sebuah pesan yang terlihat dibuat oleh anak-anak kelas itu. Keempatnya sama-sama melihat ke tiga tulisan yang ditulis berdekatan, dan keempatnya mengenali tulisan tangan itu. Tulisan tangan dari Iori, Tamaki dan Haruka.

"Dia adalah kakak yang hebat. Seorang kakak yang menyayangi adiknya, melindungi adiknya dengan segenap hatinya. Dia tidak peduli jika ada orang yang tidak menyukainya, selama apa yang dia lakukan untuk membantu orang lain. Dia tidak peduli jika tidak disukai seumur hidup."

"Aku itu bodoh, tidak seperti Iorin dan Isumin yang bisa mengatakan isi pikirannya. Terkadang aku tidak peka dengan sekelilingku. Aku pernah mengatakan ini kepadanya, jika ada sesuatu yang mengganjal hatinya, pikirannya setidaknya katakanlah. Katakan saja agar aku mengerti. Jika kau kesal katakan kesal, jika kau marah katakan saja marah dan jika kau sedih katakan saja jika sedih."

"Meskipun orang-orang kadang tidak menyukai sikap kasarku ini. namun sejujurnya aku tidak bermaksud demikian. Luka yang aku terima, setelah semua harapan yang dia berikan kepadaku berujung dia membuangku membuatku bersikap demikian. Kasar, sinis. Aku bersikap seperti itu karena ... aku tidak ingin dibuang lagi, aku tidak ingin ditinggalkan lagi."

Sementara itu Yamato, Nagi, Torao dan Touma melihat kedalam loker Iori, Tamaki dan Haruka. Mereka tahu itu tidak sopan tapi ada sesuatu yang membuat mereka penasaran dan membuka loker itu.

Didalam loker Iori dan Haruka berisi sebuah album dan loker Tamaki berisi surat.

"Ah nanti tolong bawakan ya album dan surat itu. Bukalah saat sudah berada di dorm" ucap Tamaki dari belakang Yamato.

"Hee? Memang apa isinya?"

"Tentu saja itu rahasia Yama san."

Jawaban Tamaki justru membuat keempatnya merasa lebih penasaran daripada sebelumnya.

Kemana Banri dan Shirou? Dua manager itu memutuskan untuk teteap berada digerbang sekolah. Tidak ingin mengganggu kebersamaan mereka katanya. Banri duduk dipos satpam sedangkan Shirou menuju sebuah taman bunga yang terlihat familiar untuknya.

"Ini kan ..."

----------TTSG----------

Riku hendak mengatakan sesuatu kepada Iori namun lagi-lagi dia kehilangan jejak patnernya itu. Ah bukan. Tidak hanya Iori saja yang menghilang Tamaki dan Haruka juga demikian. Riku tidak bisa menemukan jejak dimana mereka bertiga berada.

"Natsume san."

"Iya, aku tahu kok Nanase san."

Riku dan Minami mengajak teman-temannya yang lain untuk keluar dari kelas itu. Tidak ada apa-apa didalam kelas itu. Riku dan Minami mengatakan kepada yang lain jika Iori, Tamaki dan Haruka sudah menunggu mereka dipos satpam bersama dengan Banri dan Shirou.

Jelas saja itu membuat yang lain heran kenapa salah satu dari mereka tidak mengatakannya kepada mereka jika sudah menunggu dibawah. Minami hanya diam dan mengangkat bahunya tanda tidak mengerti. Sementara Riku sudah tahu apa yang sedang terjadi disini.

Dan benar saja jika Iori, Haruka dan Tamaki sudah menunggu kedatangan mereka dipos satpam sekolah bersama Banri dan Shirou.

Mereka kembali jalan menuju dorm yang berjarak sekitar 1,5 km. keanehan semakin terlihat jelas oleh Riku. Iori, Tamaki dan Haruka sangat jarang jika sedang jalan kaki dan menggandeng tangan temannya. Tapi kali ini Iori tengah menggandeng Mitsuki, Tamaki menggandeng Sougo dan Haruka yang menggandeng Minami.

Nagi dan Torao sempat bertanya kepada Riku kenapa sikap Iori, Haruka dan Tamaki terlihat aneh Riku hanya menjawabnya dengan canggung, tidak tahu harus mengatakan apa. Kan tidak lucu jika mengatakan jika ... tidak deh.

Nagi dan Torao menatap Riku dengan aneh. Tumben sekali Riku tidak mengatakan apapun soal ini.

Lima menit kemudian mereka sudah sampai dengan selamat di dorm. Akhirnya, setelah perjalanan panjang itu mereka sudah kembali ke dorm. Dorm terlihat sangat berantakan pecahan piring, gelas, lampu, kaca dimana-mana. Mereka mendudukkan diri disofa, kursi meja makan dan dilantai setelah dibersihkan sedikit untuk mengistirahatkan kaki. Sudah terlalu lelah dengan semua ini.

Saat Touma melihat ke sekelilingnya Touma baru sadar satu hal. dimana Iori, Tamaki dan Haruka? Padahal tadi mereka ada disana. Touma bangkit dari duduknya dan itu justru menarik perhatian yang lain.

"Ada apa Inumaru?"

Yamato bertanya dengan nada lelah dan memejamkan matanya, tapi Touma tidak menjawab pertanyaan Yamato justru semakin mencari kesana kemari dimana keberadaaa Iori, Tamaki dan Haruka.

"Oi, oi. Tenanglah Touma. Sebenarnya kau sedang mencari apa sih?"

Torao bahkan ikut bertanya saat melihat Touma yang kebingungan.

"Tora. Dimana Izumi, Yotsuba dan Haru?"

"Huh? Bukannya mereka ada disana- eh?"

Torao juga menatap ke sekelilingnya bingung. Dimana Iori, Haruka dan Tamaki?

Mitsuki yang menyadari bahwa adiknya tidak ada pun merasa panik, begitu juga dengan Sougo dan Shirou yang mencari keberadaan Tamaki dan Haruka.

Riku dan Minami sudah menduga ini akan terjadi maka mereka menuju pintu keluar dan menatap kearah bawah pohon yang ada diseberang dorm.

"Mereka ada disana."

Riku menunjuk kearah bawah pohon itu tempat dimana Iori, Haruka dan Tamaki duduk sekarang ini sedang menikmati pemandangan matahari tenggelam.

"Iori!"

"Tamaki kun!"

"Haru."

Ketiganya melihat kearah teman-temannya dan tersenyum kecil.

Pada akhirnya kedelapan orang itu sadar bahwa Iori, Haruka dan Tamaki sudah tidak ada. Dan yang mereka lihat saat ini hanyalah arwah dari ketiga anak SMA itu.

"Uso. Ini tidak mungkin,"

"Katakan jika semua ini bohong!"

Semua orang melihat kearah Minami dan Riku. Karena mereka berdualah yang sudah sadar sejak awal.

"Maaf. Tapi itu benar. Iori, Tamaki dan Haruka mereka ... sudah tidak ada."

Deg.

Mendengar itu tidak satupun dari mereka yang bisa menahan air mata mereka. Mereka terkejut, syok, tidak percaya jika Iori, Tamaki dan Haruka sudah tidak ada. Dan yang saat ini bersama mereka adalah arwahnya saja.

"Mereka bertiga ingin mengantarkan kita kembali pulang ke dorm dengan selamat. Maka dari itu barulah mereka akan pulang dengan tenang" jelas Riku.

"Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal Riku?"

"Maafkan aku Mitsuki. Aku ingin mengatakannya tapi aku tidak bisa."

Iori berjalan menuju Mitsuki dan memeluknya. Begitupula dengan Tamaki yang memeluk Sougo dan Haruka yang memeluk Minami.

Mitsuki, Sougo dan Minami yang diperlakukan seperti itu justru semakin deras tangisannya. Yamato, Nagi, Riku, Touma dan Torao yang tidak tahan dengan itu ikut memeluk mereka. Banri dan Shirou juga meneteskan air matanya sedih karena kehilangan idol kesayangannya.

Mereka berpelukan untuk beberapa saat hingga Iori, Tamaki dan Haruka lah yang melepas pelukan mereka. Iori, Tamaki dan Haruka merasa waktu yang diberikan sudah cukup dan kini saatnya merekalah yang pulang.

"Minna san. Hontou ni arigatou. Untuk semua kenangan, perjalanan kita ini. Maafkan aku jika aku bersikap berlebihan jika menyangkut urusan IDOLiSH7. Niisan maafkan aku, aku belum bisa menjadi adik yang baik untukmu. Nanase san kau jagalah kesehatanmu itu, jangan memaksakan diri. Rokuya san, Nikaido san, Ogami san tolong jaga IDOLiSH7 untukku ya. Sampai tiba waktunya IDOLiSH7 pensiun dari dunia idol. Dan Zool san, terima kasih untuk semuanya."

"Sou chan~ jaga dirimu baik-baik ya? Jangan memaksakan dirimu jika kau lelah, jika membutuhkan bantuan katakan saja kepada Yama san, Mikki, Rikkun, Nagicchi bahkan Ban san. Kurangi makan pedasmu itu, itu mengerikan. Jangan susul aku dengan cepat ya? Hiduplah hingga tua nanti. Aku menyayangimu Sou chan, kalian juga! Tersenyumlah!"

"M-maa. jangan lupakan aku ya! Aku akan meneror kalian jika berani-beraninya melupakanku! Katakan kepada Nenek jika aku menyayanginya, aku titip Nenek ya. Jika memungkinkan tolong nanti jika Nenek meninggal tolong kubur Nenek disebelahku. Lalu ... terima kasih atas semua perjalanan, kenangan dan pelajaran selama ini. Aku beruntung memiliki kalian. Sampaikan maaf dan terima kasihku kepada Trigger terutama Kujo Tenn."

Setelah mengatakan itu bersamaan dengan cahaya matahari yang semakin turun dan semakin pudarlah keberadaan mereka. Yamato, Mitsuki, Sougo, Nagi, Riku, Minami, Touma, Torao, Banri dan Shirou bisa melihat senyuman terakhir Trio anak SMA ini.

-Fin-

29 Maret 2023,15:30

-Nao

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro