EPISODE KESEMBILAN: ADIKKU BUKAN ADIK KANDUNG

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ayah pulang!" Pria berambut hitam kemerahan pendek, baju kaos putih, celana jeans biru, dan kacamata bening. Kedatangannya disambut oleh Hikigaya kecil.

"Selamat datang, Ayah! Ayah, apakah Ayah bawa oleh-oleh untukku?"

"Iya, aku membawa oleh-oleh yang bagus sekali!"

"Apa itu, Ayah?! Mainan?! Es krim coklat spesial yang biasa aku beli?!"

"Bukan, tapi seorang adik. Ayo masuk, Hinata." Seorang gadis kecil berambut hitam pendek dengan antenna rambut kecil di tengah, baju kuning, dan rok selutut merah. Dia masuk rumah dengan langkah ragu-ragu.Setelah masuk dia bersembunyi di balik lutut Ayah Hikigaya. "Hinata, jangan malu-malu, dia Kakakmu, Kirito. Kirito, sekarang dia adikkmu, Hinata."

Kirito berjalan mendekati Hinata. "Hinata, berapa umurmu?"

"Li-Li-Lima tahun, Kirito-nii-san."

"Panggil saja Onii-chan. Hinata, ayo kita main!" Kirito langsung menarik lengan Hinata tanpa mempedulikan wajah Hinata yang kebingungan.

Sekarang mereka ada di kamar Kirito. Kirito membuka lemarinya, dan mengeluarkan kardus berisi mainan.

"Ano... Hinata, maaf, aku tidak punya boneka. Tapi, aku harap kamu suka dengan robot ini!" Kirito menyodorkan robot mainan berwarna pink. "Mungkin kau hanya suka dengan warnanya."

Hinata membalas dengan gelengan kepala, mengambil robot itu dengan tangan gemetar. "Ki-Ki-Kita akan main apa?"

"Balapan robot terbang!" Kirito mengambil robot satu lagi di kardus itu. "Angkat robot itu seperti ini, lalu kita berlari ke pintu depan. Siapa yang sampai di sana dulu, dialah yang menang! Siapa yang kalah, harus menuruti permintaan yang menang."

"Ka-Kalau begitu, aku duluan!" Hinata langsung berlari dengan robot diangkat oleh satu tangan.

"Eh? Kau curang!" Kirito pun menyusul.

Hinata masih di depan dan Kirito ada di belakang. Mereka menuruni tangga, dan berlari menuju pintu depan. "Yeyyyy! Aku menang! Onii-chan, kau harus mengabulkan permintaanku!"

"Tadi kamu curang, jadi tidak sah!" Hinata hanya memasang wajah sedih, matanya berkaca-kaca, dan mengarahkan wajah sedih itu kepada Kirito. "Baik, aku akan mengabulkan permintaanmu. Apa yang mau inginkan?"

"Aku ingin, Onii-chan harus selalu bersamaku."

"Hanya itu?"

"Iya."

"Tanpa kau minta pun aku akan selalu bersamamu."

"Janji?" Hinata menyodorkan kelingkingnya.

"Janji!" Mereka pun melakukan janji kelingking.

***

'TRENGGG TRENGGG' alaram dari jam kecil Hikigaya berbunyi keras. Hikigaya membuka matanya, lalu mematikan jam itu. "Eh? Apa ini?" Hikigaya meraba sesuatu yang keras di balik selimutnya. Lalu Hikigaya membuka selimutnya. "Hi-Hi-Hinata!?"

Hinata bangun. "Selamat pagi, Onii-chan."

"Ke-Ke-Kenapa kau ada di sini?"

"Kenapa? Bukankah ini sudah biasa? Kita kan selalu melakukan hubungan adik kakak?"

"Hikigaya-senpai, tak kusangka, kau seorang siscon." Suzumia sudah berdiri di depan pintu yang terbuka.

"Eh? Suzumia-san, ini tidak seperti yang kau pikirkan!" Suzumia dengan aura hitam, berjalan perlahan menuju Hikigaya yang masih di ranjang. "Su...Su...Suzumia-san?" Sekarang dia sudah ada di dekat Hikigaya. "AHHHHHHH!" Telinga Hikigaya ditarik dengan kuat.

Di ruang makan, mereka sudah memakai seragam mereka masing-masing, dan selesai sarapan.

"Hikigaya-senpai, ayo kita pergi, nanti telat."

"Iya. Hinata, jangan lupa kunci pintu, ya?" Hikigaya dan Suzumia mengambil tas mereka, dan menggendongnya. "Kami pergi dulu."

"Selamat jalan!" Tak lama kemudian, suara pintu tertutup pun terdengar. "Sebaiknya aku juga segera pergi." Hinata pun mengambil tasnya dengan girang, lalu pergi, tidak lupa juga mengunci pintu.

Jarak sekolah Hinata dengan rumahnya cukup jauh, jadi dia harus menaiki kereta listrik. Untungnya, jam mulainya pelajaran di sekolah Hinata adalah pukul delapan lebih limabelas menit. Hinata sudah ada di kereta listrik, sedang duduk. Hinata melihat ada seorang pak tua sedang berdiri memegang pegang yang menggantung di atas. Hinata berdiri dan mempersilahkan pak tua itu untuk duduk di tempatnya. Tak lama kemudian, kereta pun berhenti. Hinata dan beberapa penumpang lain pun turun. Hinata berjalan keluar stasiun, dan berjalan sedikit cepat menuju sekolah yang letaknya cukup dekat dengan stasiun. Sampailah dia di gerbang sekolah.

"Hinata!" Seorang gadis berambut coklat diikat dua ke samping, tingginya kira-kira sama seperti Hinata, berseragam sama dengan Hinata. Dia melambaikan tangannya ke arah Hinata. Hinata berlari mendekati gadis itu.

"Selamat pagi, Yui."

"Selamat pagi, Hinata. Ayo kita masuk."

"Di mana Ringo-san?"

"Dia sudah di kelas. Oh iya, Hinata, setelah lulus nanti kamu memilih SMA mana?"

"SMA..."

"Tunggu! Jangan dulu dijawab... Aku tahu, kamu pasti memilih SMA yang sama dengan Onii-san, kan?"

"Iya, kenapa bisa tahu?"

"Heheheh, aku tahu. Karena dilihat dari sikapmu kepada Onii-san, sepertinya kau menyukainya." Wajah Hinata berubah menjadi merah. "Ternyata aku benar!"

"Sssstttt! Jangan bilang siapa-siapa, ya?!"

"Sebetulnya, aku tahu dari Ringo-san." Tiba-tiba Hinata berlari meninggalkan temannya itu, menuju gedung sekolah. "Dasar, Hinata."

Hinata berlari dengan sekuat tenaga, menaiki tangga-tangga menuju lantai tiga. Lalu dia masuk, berlari menuju gadis berambut pendek hitam, berkacamata, dan sedang duduk di bangku yang letaknya di tengah kelas. "Ringo-san!"

"A-A-Ada apa?! Kenapa kau lari-lari?! Apakah habis dikejar penagih hutang?!"

"Tolong jangan bilang siapa-siapa!?"

"Jangan bilang tentang apa?"

Hinata mendekatkan kepalanya ke telinga Ringo. "Jangan bilang siapa-siapa kalau aku suka dengan Onii-chan."

"Oh tentang itu... Sebetulnya, bukan aku dan Yui saja yang tahu. Hampir satu kelas ini yang pernah mengunjungi rumahmu, terutama wanitanya, mengetahui kalau kau suka dengan Hikigaya-san."

"Apaaaaaa!"

"Iya, habisnya kau selalu senyum-senyum sambil melihat wajah Hikigaya-san di saat dia tidak melihatmu. Jadi, kami berpikir kalau kau suka dengannya. Dan ternyata memang benar."

"A-A-A-Aku ceroboh."

"Hinata, aku ingin tahu, kenapa kau menyukai Hikigaya-san? Padahal dia tidak tampan, penggerutu, kehadirannya saja sulit diketahui, dan bejat."

"Tidak sopan, dia memang bejat dan kehadirannya sulit diketahui. Tapi... Tapi..." Wajah Hinata memerah lagi. "Tapi..."

"Sudah jangan memaksakan diri, mungkin bukan sekarang kau mengatakan alasannya. Maafkan aku, karena sudah menghina Onii-chan tercintamu."

"Ringo-san!"

Di kelas Hikigaya, pak guru sedang menulis soal matematika. "Baiklah, siapa yang mau menyelesaikan soal ini?"

"Hacihhhh!" Hikigaya bersin, lalu mengusap hidungnya.

"Hikigaya-san, tolong selesaikan soal ini."

"Ba-Baik!" Hikigaya berdiri, berjalan menuju papan tulis, dan menyelesaikan soal yang ada di papan tulis.

***

"HUHAAAAHHHHH!" Hinata menangis dengan keras, dia sedang jongkok. Dia sedang dikelilingi tiga anak laki-laki yang lebih tua dengan Hinata.

"Hahahah!" Mereka bertiga mentertawakan Hinata sambil mengayunkan boneka beruang kecil di depan mukanya.

Seorang anak laki-laki berlari menuju mereka. 'BRUKK' satu anak laki-laki dipukul. Temannya tidak bisa menerima, dan menyerangnya. 'BRUKK' tapi serangannya kalah cepat dengan serangan anak laki-laki yang baru datang. Satu lagi hanya menangis dan pergi, dan kedua anak laki-laki yang sudah dihajar pun ikut lari sambil menangis.

"Kau tidak apa-apa, Hinata?" Hinata mengusap air matanya, lalu mengangkat kepalanya.

"Onii-chan?"

"Ini, bonekanya." 'DUK' Hinata langsung memeluk Kirito. "Ka-Kau kenapa?"

"Te-Terima kasih, Onii-chan. Terima kasihhhh!"

Kirito mengusap kepala Hinata. "Sama-sama, maaf kalau aku telat."

Hinata melepaskan pelukannya, dan menggelengkan kepala. "Yang penting Onii-chan sudah datang."

"Kalau begitu, ayo kita pergi. Kita beli eskrim coklat kesukaan kita."

"Ayo!" Mereka berdua pergi menuju toko penjual eskrim yang biasa mereka kunjungi. Mereka berdua saling bergandengan tangan, layaknya kakak dan adik yang sudah akrab.

Di kursi taman, mereka berdua duduk sambil menjilat eskrim pesanan mereka. "Hinata, ada eskrim di mulutmu."

"Di mana?" Kirito langsung mencoel eskrim yang menempel di pinggir mulut Hinata, lalu menjilatnya. "Onii-chan, di mulut Onii-chan juga ada."

"Mana?" Hinata melakukan hal yang sama seperti Kirito.

"Aku mendapatkan satu poin dari Onii-chan, dan Onii-chan mendapatkan dua poin dariku."

"Satu poin? Poin apa?"

"Ra-ha-si-a, hihihihi."

"Jadi, mau main rahasia-rahasiaan denganku?"

"Hmm... Aku akan memberi petunjuk saja." Hinata menghabiskan eskrimnya. "Ma-sa de-pan."

"Masa depan? Apa maksudnya?"

"Onii-chan cari sendiri, hihihi."

Kirito hanya bisa bingung, dan melanjutkan makan eskrimnya.

***

Hikigaya dan Manami, mereka berjalan menuju ruang klub.

"Selamat datang, Hikigaya-senpai," sambut Suzumia.

"Di mana Haruna-chan?" tanya Yoichi.

"Dia sedang ke perpustakaan dulu. Oh iya, Tobachi tadi mengirim pesan, katanya dia ada urusan di rumahnya."

"Pesan? Sejak kapan kau punya nomor Sena?" tanya Manami.

"Tadi, saat istirahat."

"Ternyata aku sudah didahului."

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak, ha-hanya... Hikigaya, boleh aku minta nomor hanphonemu. I-Ini hanya tawaran dariku, kalau-kalau kau mau menanyakan tentang pelajaran!"

"Boleh." Mereka membuka handphone mereka masing-masing.

"Aku juga." Laura dan Yuuki ikut membuka handphonenya.

Setelah selesai bertukar nomor. Terdengar suara pintu terbuka. "Maaf aku terlambat." Ternyata itu Haruna, tapi dia bersama dengan seorang gadis berseragam SMP.

"Hinata?"

"Onii-chan, ternyata Onii-chan ada di sini."

"Tadi aku bertemu dengannya di depan kelas kita, katanya dia sedang mencarimu. Jadi aku bawa dia ke sini."

"Hinata, lama tidak berjumpa."

"Ah, ada Yoichi-san. Iya, sudah lama kita tidak berjumpa, bagaimana kabarmu, Yoichi-san?"

"Baik-baik saja. Kau sekarang sudah besar dan cantik, ya."

"Heheheh, terima kasih."

"Kenapa kau ada di sini?"

"Aku hanya ingin tahu, kegiatan apa yang membuat Onii-chan sampai pulang sore sekali. Ternyata Onii-chan mengikuti sebuah klub."

"Dia adikmu?" tanya Manami.

"Iya."

"Perkenalkan, namaku Hikigaya Hinata. Terima kasih sudah menjadi teman Onii-chan." Manami berdiri, lalu berjalan mendekati Hinata.

"Kamu lucu sekali!" Tiba-tiba dia memeluk Hinata. "Kenapa gadis secantikmu bisa menjadi adik Hikigaya, ya? Dan lagi, kalian tidak ada mirip-miripnya."

"Wajar saja kalau dia tidak mirip denganku, dia bukan adik kandungku."

"Apaaaaa!?" kaget keempat wanita, yaitu Manami, Haruna, Laura, dan Yuuki. Tapi seperti biasa, Yuuki kaget tanpa ekpresi.

"Iya, aku anak angkat." Hinata berjalan mendekati Hikigaya. "Walau bukan adik kandung, tapi aku tetap menyayangi Onii-chan layaknya keluargaku sendiri." Dia memeluk Hikigaya.

"Hi-Hi-Hinata, lepaskan, malu tahu."

"Dasar, siscon," ucap Manami.

"Kenapa malah aku yang disalahkan?"

"Cih, berarti sainganku bertambah lagi."

"Kau mengatakan sesuatu, Laura-senpai?"

"Tidak, bukan apa-apa."

"Hinata, bagaimana kalau kau bergabung dengan klub ini?" tawar Yoichi.

"Heh? Bolehkah?"

"Boleh, walau kau bukan murid di sekolah ini, kau boleh bergabung. Aku akan meminta izin kepada ayahku."

"Mau! Asik, dengan begitu aku bisa bersama Onii-chan di rumah atau di sekolah!" Dia memeluk Hikigaya lagi.

Tatapan aura hitam datang dari keenam wanita yang ada di ruangan itu. Menatap Hikigaya dengan tatapan menyeramkan. "Sepertinya aku dalam masalah."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro