진짜

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aigoo! Jwisonghabnida!" teriak Soo-yeon terengah-engah setelah kembali memasuki ruangan. Tanpa melanjutkan perkataannya ia langsung duduk di kursinya dan memulai rekaman RapMon.

"Geunde (Tetapi), Soo-yeon a, can you please be a little bit more. . . relaxed? You're creeping me out," tutur sang Leader Bangtan dari dalam ruang rekaman. Sejujurnya, ia memang kagum dengan kemampuan Soo-yeon dalam mem-produseri suatu track. Tetapi disisi lain, atmosfir yang stress hanya akan membuat hasilnya lebih parah dari average.

"Arraseo [Aku mengerti], I'll cut off the strong words from now." jawab Soo-yeon dengan tangannya yang terangkat membentuk huruf 'O' ke arah RapMon.

Sesuai dengan permohonan RapMon, Soo-yeon menjadi lebih santai dan flexible dalam tutur katanya.

"Oppa, tolong perhatikan temponya di bagian ini."
"Temponya masih kurang cepat,"
"Artikulasinya sudah bagus, tetapi sebaiknya ditingkatkan sedikit."
"Mari kita ulangi dua kali lagi untuk backsoundnya,"
"Mmm, sudah bagus, tapi tolong ulang baris terakhir ini sekali lagi,"
"Mari kita ulangi sekali lagi untuk baris pertama bait selanjutnya."
"Okay! Sudah bagus, mari kita selesaikan bait terakhir dengan baik!"
"Assa, congratulations! We're done!"

Setelah perjuangan dua jam, rekamannya akhirnya diselesaikan dengan hasil yang cukup memuaskan. Sang Leader Bangtan tersebut langsung memeluk Soo-yeon dengan bahagia.

"Thanks kiddo!" ucap RapMon bahagia.

"No problem! Recording selanjutnya akan dipimpin Tae-hyung. Karena itu aku akan keluar dari studio dan mengurus Jimin dan Jung-kook untuk Cover Project mereka." balas Soo-yeon kembali.

🍀🍀🍀

"Kookie oppa, tolong bantu aku—"

Ketika Soo-yeon menoleh kearah sebuah ruangan yang terbuka, matanya langsung melebar disambut mulutnya yang melongo. Meskipun celahnya begitu sempit, ia sendiri melihat dengan dua matanya seorang wanita mencium seorang laki-laki di pojok meja. Tatapan sang lelaki tersebut terlintas ke arah Soo-yeon yang berdiri di luar. Di saat itu juga kotak minuman yang Soo-yeon bawa langsung ia jatuhkan begitu saja, dengan sekuat tenaga ia pun berusaha berlari secepat mungkin dari lorong itu.

Hatinya begitu sakit, rasanya seperti hatinya sudah pecah menjadi beribu-ribu keping. Sakitnya begitu menusuk untuk pertama kalinya bagi Soo-yeon. Ia terus berlari tanpa henti, dengan berlinangan air mata, entah kemana ia pergi. Setelah berlari sekian lamanya, ia akhirnya berhenti di sebuah lorong buntu. Masih terisak-isak dan ia tersungkur di kakinya.

"Mengapa, ini bisa sakit sekali? Aish jantungku!" gerutu Soo-yeon yang masih menangis. Ia juga tidak sadar sebuah sosok di belakangnya pelan-pelan mendatanginya dengan sebuah senjata di tangannya. Perlahan-lahan ia mendekat kearah Soo-yeon, mengangkat tangannya untuk siap-siap memukul Soo-yeon. Disaat itu juga seseorang menendangnya dan membuatnya jatuh tersungkur di kakinya.

"Soo-yeon a, apakah kau baik-baik saja?" tanya Jung-kook sambil berjalan melewati tubuh laki-laki pembawa palu tadi.

"Kookie oppa?" balas Soo-yeon yang akhirnya menyadari situasinya. Ia langsung mundur dari posisinya, untuk menjauhi tubuh laki-laki pembawa palu tadi.

"Di sini sepertinya berbahaya, lebih baik kita kembali ke studio rekaman." tutur anggota termuda Bangtan itu. Tanpa berpikir dua kali, ia langsung menjulurkan tangannya dan menggendong Soo-yeon keluar dari gang itu.

"Kakiku. . ." bisik Soo-yeon sambil merintih kesakitan.

"Apakah tadi kakimu tertusuk sesuatu?" tanya Jung-kook yang tiba-tiba berhenti berjalan. Perlahan-lahan ia menurunkan Soo-yeon di sebuah bangku. Alangkah terkejutnya ia ketika menemukan sebuah paku tertusuk ke dalam sepatunya Soo-yeon.

"Kita harus pergi ke rumah sakit secepat mungkin!"

Soo-yeon pun hanya bisa mengangguk-angguk menuruti permintaan Jung-kook.

🍀🍀🍀

"Bagaimana keadaanya, Dok?" tanya Jung-kook kearah seorang pria tua berjubah putih di depannya. Sang pria tua itu menyerahkannya sebuah folder berisi foto röntgen kaki Soo-yeon.

Sang dokter langsung mulai menjelaskan keadaan kaki Soo-yeon yang untungnya tidak cukup kritis. Namun luka yang dialami Soo-yeon bisa mengalami infeksi bila tidak dijaga baik-baik. Karena itulah disarankan bagi Soo-yeon untuk berisirahat di Rumah Sakit. Sang dokter memberikan keputusannya kepada Jung-kook. Tanpa berpikir panjang, Jung-kook sudah mengerti bahwa Soo-yeon pasti ingin cepat pulang, apalagi sekarang adalah saat-saat dimana ia pasti sangat sibuk sebagai seorang producer. Namun disisi lain ia juga ingin membiarkan Soo-yeon istirahat.

"Maaf Dok, anda juga mungkin tahu tetapi pasien Lee Soo-yeon pasti memaksakan untuk pulang. Apakah ada pengobatan yang bisa ia minum untuk mencegah infeksi agar ia bisa pulang hari ini?"

"Tentu saja, saya telah menyiapkannya di kasir. Saya sebagai ayah juga mengerti artis kesukaan putri saya, sebuah grup bernama Bangtan dan seorang producer music bernama Lee Soo-yeon. Saya sendiri juga cukup terkejut ketika melihat producer music yang dipuji-puji putri saya datang di ruang UGD dengan kaki berdarah-darah," ucap sang dokter sambil tertawa layaknya seorang ahjussi, "Tentu saja saya menginjinkan pasien Lee Soo-yeon untuk menjalani rawat-jalan."

Jung-kook yang telah menyelesaikan percakapannya dengan dokter, akhirnya bisa menghela nafas lega. Ia langsung berjalan kearah ruangan Soo-yeon di ruang UGD.

"Soo-yeon a, gaja! (Ayo pergi)" bisiknya sambil menyodorkan tangannya.

Dengan perlahan-lahan Soo-yeon melompat-lompat dan menggandeng tangan Jung-kook sambil membawa crutch-nya. Hari itu merupakan hari terberat yang telah dijalani Soo-yeon, mulai dari ciuman Tae-hyung dengan perempuan yang ia tidak ketahui identitasnya hingga kakinya yang dipasangi gips. Ketika ia perlahan-lahan berjalan keluar, sebuah sosok laki-laki di depannya berdiri dan menghalangi jalannya. Melihat wajahnya saja, Soo-yeon sudah bisa merasakan hatinya membara.

"Soo-yeon a, kita harus berbicara," bisik sang lelaki itu.

"I'm not in the mood to." jawab Soo-yeon singkat. Kepalanya langsung ia tolehkan ke arah Jung-kook, menunjukkan bahwa ia benar-benar kesal terhadap sang lelaki di hadapannya.

"Soo-yeon a," pinta Tae-hyung sekali lagi dengan kepalanya yang ia tundukkan.

"Cukuplah hyung, pertama-tama kita harus membawanya kembali ke studio terlebih dahulu. Setelah itu baru kau bisa berbicara dengannya." sela Jung-kook tiba-tiba, ia langsung menepis tangan Tae-hyung yang berusaha meraih Soo-yeon dan membawa Soo-yeon ke mobil Bangtan yang diparkir di lobby.

🍀🍀🍀

"Jung-kook a, aku harus berbicara dengannya sebentar saja," desak Tae-hyung kearah Jung-kook yang berada di luar membawakan nampan berisi air minum dan hamburger.

"Baiklah, kalau begitu aku akan membagikan hamburger untuk para staff yang lain terlebih dahulu." jawab Jung-kook sambil memutar arah tujuannya.

Dengan hati yang berat, Tae-hyung kembali memasuki ruangannya dan mencoba mendekati Soo-yeon. Namun setiap kali ia mencoba mendekati Soo-yeon, ia selalu melompat ke kursi lain di sebelahnya. Aksi yang mereka lakukan bisa dibilang seperti serigala yang mengejar domba kecil, dan kali ini sang domba kecil sudah tidak bisa lari kemana-mana lagi. Soo-yeon yang sekarang berada di atas sofa, tanpa berbicara hanya membaca laporan-laporan para staff secara sekilas dan berpura-pura membuat catatan.

"Soo-yeon a," panggil Tae-hyung untuk pertama kalinya.

"I'm not interested in talking 'bout personal things during work." jawab Soo-yeon ketus.

Mendengar respon Soo-yeon yang begitu datar, Tae-hyung akhirnya memutuskan untuk menggunakan his last resort. Ia langsung menarik Soo-yeon mendekat ke arahnya dan  mendorongnya ke bawahnya sehingga ia dalam posisi telentang diatas sofa.

"A-Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Soo-yeon dengan suara gemetaran. Namun setelah beberapa detik raut wajahnya langsung kembali dingin, "Kau pikir dengan melakukan ini aku bisa memaafkanmu?"

Tae-hyung yang masih dalam posisi di atas Soo-yeon perlahan-lahan mendekatkan wajahnya. "Tentu saja bisa."

Seketika itu juga ia langsung mengecup bibir Soo-yeon dengan cepat. Soo-yeon yang masih sangat terkejut hanya bisa diam membeku. Untuk pertama kalinya ia merasa begitu kecil di depan seseorang. Meskipun Tae-hyung sering kali mengerjainya dengan cara ini, ini pertama kalinya ia merasa dikalahkan begitu mudahnya.

"Apa yang harus kulakukan? Oh jantungku bertahanlah!" batin Soo-yeon dengan mata yang tertutup.

"Aku harus menjelaskan mengenai kejadian yang kau lihat tadi itu—"

Plak!

"Apakah kau bisa semudah itu menciumku tanpa berpikir? Aku mungkin memang bukan Oh Se-won yang dengan mudah menerima cintamu, tapi setidaknya biarkanlah aku sendiri untuk beberapa saat!" teriak Soo-yeon kesal, ia langsung berdiri dan mengambil crutchnya untuk meninggalkan ruangan itu. Tapi setelah satu dua langkah, ia merasakan kepalanya begitu pusing, suara keras yang menusuk telinganya. Ia menoleh ke arah belakang satu kali lagi sebelum jatuh tersungkur di lantai.

Tae-hyung dengan sigap menangkapnya sebelum ia membentur lantai. Dengan gugup ia langsung mengendongnya keluar dan membawanya kembali ke hotel untuk istirahat. Dari awal ia sudah tau ini semua pasti karena stress berat dan Soo-yeon yang selama seminggu terakhir bekerja tanpa istirahat. Dengan perlahan-lahan ia meletakkan Soo-yeon di atas kasurnya dan langsung merapikan blanket untuknya. Sambil memegang wajah Soo-yeon ia hanya bisa menghela nafas lega. Perlahan-lahan ia mengangkat wajah Soo-yeon dan mengecup bibirnya perlahan kali ini. Tanpa ia sadari sebuah sosok telah memperhatikan mereka dari luar, akibat pintu yang terbuka. Sang sosok tersebut memegang ponselnya tinggi-tinggi dan mulai merekam mereka.

🍀🍀🍀

"Ya! Ae-deul a! (Anak-anak) aku mendapatkan sesuatu yang wajib kita tonton bersama!" teriak Jimin dengan ceria ke dalam ruangan. Ia tidak menyadari kehadiran Kim Tae-hyung yang wajahnya tertutup para staff di ujung ruangan, dan langsung duduk di sofa dilingkati para member lain. Tae-hyung yang diisi rasa penasaran akhirnya pelan-pelan berjinjit di belakang RapMon untuk melihat video yang direkam Jimin.

Dengan ekspresi wajah yang langsung memerah dengan malu ia berjalan menjauh dari para member lain. Dari detik ia mulai menonton video yang direkam Jimin, ia sudah tahu apa isinya yang sebenarnya.

"Tapi, kau dapat video ini darimana?"
"Siapa laki-laki ini?"
"Perempuannya kok kelihatan familiar?"
"Mereka bukan melakukan adegan terlarang, kan?"

Pertanyaan para member Bangtan yang tidak kunjung habis akhirnya membuat Ji-min ingin tertawa sekeras mungkin. Apalagi melihat Soo-yeon yang barusan memasuki ruangan sambil melompat-lompat ke arah Jung-kook.

"Soo-yeon ie, kau. . ." ucap Jung-kook sambil menolah-noleh kembali ke layar ponsel Ji-min.

"Ada apa? Is there something wrong?" tanya Soo-yeon penasaran. Apalagi setelah melihat respon para member Bangtan yang bisa dibilang sama dengan Jung-kook. Ia memajukan tubuhnya untuk mengintip video yang diputar Ji-min. Seketika itu juga ia merasa ingin sembunyi di sebuah lubang kecil dan tidak keluar lagi.

"Video ini sebenarnya milik Lee Soo-yeon dan Kim Tae-hyung! Baksu! [Tepuk tangan]" tutur Park Ji-min dengan ria, para member Bangtan pun semua langsung tertawa terbahak-bahak melihat Soo-yeon dan Tae-hyung yang tiba-tiba menjadi pemalu. Tiba-tiba tanpa peringatan Tae-hyung langsung menarik Soo-yeon keluar dari ruangan itu.

"Soo-yeon a, berikan aku satu saja, satu saja kesempatan untuk menjelaskan semuanya!" pinta Tae-hyung dalam posisi berlutut.

—End of Chapter 19 : 진짜—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro