1. First Meeting

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

PLAK!

"DARIMANA?!"

Teriakan dari sebuah rumah berukuran besar tersebut terdengar hingga ke luar rumah. Pemuda berambut hitam sebahu tersebut tidak begitu mempedulikan warna merah yang menghiasi pipinya. Pria didepannya memandang dengan garang, biasanya akan membuat semua orang yang ada melihatnya bergidik ngeri. 

Namun, bagi Kim Heechul, tamparan itu adalah suatu hal yang biasa ia dapatkan. 

Ia yakin hari ini suaminya tersebut sedang dalam mood yang tidak baik. Kalau ia menangis atau sedikit saja meringis, itu bukan akan membuatnya membaik. Itu hanya akan memperkeruh keadaannya.

"Aku sedang ke perpustakaan. Aku ingin mengambil paket C tahun ini."

"Hah, memang apa yang bisa dilakukan Omega sepertimu? Kau hanya perlu di kamar dan melayaniku," Heechul menatap jijik pada pemuda yang sudah ia nikahi sejak 6 tahun yang lalu itu, "atau itu hanya akal-akalanmu saja? Mungkin setelah anak itu mati, kau sekarang bosan denganku dan berselingkuh didepanku? Dengan siapa itu... laki-laki brengsek itu siapa namanya? Hangeng?"

PLAK!

"Jaga ucapanmu. Yang membunuh anak kita adalah kau, dan tidak ada satu haripun aku tidak menyalahkanmu karena itu," Heechul memberanikan dirinya untuk menampar keras pemuda tersebut, "Hangeng adalah satu-satunya temanku yang bertahan dengan sikapmu setiap ia bersama denganku. Dan ya, aku sudah MUAK DENGANMU!"

"Kau sudah berani menamparku?" Bukannya terlihat lebih tenang, pria itu menatap garang pada Heechul yang tersentak. Aura Alpha yang dikeluarkan membuatnya yang merupakan seorang Omega tidak berkutik. Bahkan untuk melangkah mundur , tubuhnya gemetar. 

Tangan pria itu memukul Heechul tepat di perut dan menjambat rambutnya hingga pemuda itu meringis.

"Kalian para Omega itu hanya barang untuk memuaskan nafsu kami. Jangan sok ingin melawanku kalau yang kau miliki hanyalah wajah manismu ini. Kau tidak ingin aku merusaknya seperti apa yang kulakukan pada anak itu bukan?" Heechul mengeratkan giginya, berusaha untuk tidak terisak ataupun hanya menunjukkan jika ia kesakitan. Namun, setiap kali anaknya disebut dengan mulut kotor pemuda itu, ia tidak bisa tidak merasa sakit yang lebih parah daripada yang ia rasakan pada tubuhnya.

"Kau tidak menangis juga? Padahal aku lebih suka melihat wajah manismu itu menangis," senyumnya tampak mengejek, "layani aku malam ini, aku sedang tidak dalam mood yang bagus."

"Kau harus bercerai dengannya Heechul."

Bantingan gelas itu terdengar di salah satu meja yang ada di cafe pusat kota tersebut. Pemuda itu memandang Heechul yang paginya menemui ia dengan wajah yang memar di beberapa bagian wajahnya. Dan nahasnya, saat itu seorang Omega yang disiksa sudah menjadi hal yang umum terjadi.

"Bukan hal yang mudah," Heechul menghela napas, meringis saat sudut bibirnya yang membiru terasa sakit hanya dengan berbicara saja, "kau tahu bagaimana Yunho. Ia memiliki banyak relasi yang bisa membuatku tidak bisa menggugat cerai dia."

"Kalau ia hanya ingin menyakitimu saja, untuk apa ia mempertahankanmu? Ia ingin membunuhmu perlahan?" Hangeng hanya menghela napas menatap sahabatnya yang duduk dihadapannya saat itu.

"Ia tidak pernah bermain dengan Omega lainnya. Ia bilang apa yang ia lakukan hanya karena ia takut aku pergi darinya."

"Bagaimana dengan anakmu? Apa alasannya membiarkan ia hingga--"

"Aku tidak ingin membicarakan itu lagi," Hangeng menyadari jika ia salah menanyakan hal itu. Ia segera bungkam dan Heechul menghela napas dan mendengus, "kalau ada cara untuk berpisah dengannya sudah kulakukan sejak anakku meninggal karena dia."

...

"Ah shit, dia menghubungi lagi," Heechul mengerang melihat layar handphone yang ada di depannya. Ia tahu ia akan dalam masalah besar jika ia tidak segera pergi ke rumahnya dalam waktu 10 menit, "aku pulang dulu, terima kasih untuk traktirannya!"

"Hei, aku bahkan tidak bermaksud mentraktirmu Heechul!"

"Kau sahabatku yang terbaik," Heechul memberikan ciuman di pipi Hangeng dengan singkat sebelum berbalik dan meninggalkan Hangeng yang masih mematung. 

"Ah maaf--" Heechul tidak berjalan lebih jauh ketika ia menabrak bahu seseorang. 

"Tidak masalah," Heechul tidak sempat melihat kearah pria tersebut dan hanya berjalan cepat melewatinya begitu saja. Di lain sisi, pemuda itu tampak memandangi Heechul hingga sosok itu tidak lagi tampak sejauh mata memandang.

"AKU SUDAH MUAK DENGANMU!"

Heechul bukanlah orang yang sabar. Meskipun ia tahu jika sebagai Omega ia tidak akan mungkin bisa membantah para Alpha, tapi apa yang dilakukan oleh suaminya saat ini sudah berada di ambang batas kesabarannya. Semua foto dari anak mereka dibuang dan dibakar tanpa sisa.

"Itu hanya selembar foto bukan? Kau ingin memiliki anak lagi? Aku akan membuatmu memilikinya lagi jika kau tidak selalu menolakku untuk melakukan seks denganmu," Yunho terlihat tidak bersalah sama sekali. Heechul hanya bisa menatap kotak tempat ia menyimpan foto-foto itu kini kosong dan hanya berisi beberapa lembaran potongan kertas film foto.

"Aku ingin bercerai denganmu..."

...

"Kau tidak akan mau melakukannya. Jangan berlebihan Chullie, itu hanya sebuah foto."

"Aku tidak peduli, lebih baik kau bunuh aku jika kau memang tidak ingin menceraikanku," Heechul menatap tajam kearah Yunho yang tadinya tertawa namun menghentikannya. Ia menatap Heechul, sebelum mendengus--terlihat seperti mengejek pemuda tersebut. Dengan kasar ia menarik dagu Heechul dan menatap tajam dari jarak dekat.

"Kau hanya bisa mengancam. Apapun yang kau lakukan, tidak akan ada pengacara yang bisa melawanku dan kau seharusnya tahu itu," Heechul menatap jijik dan jengah kearah pria tersebut. Ia benci dengan fakta jika apa yang dikatakan oleh Yunho benar adanya.

"Aku tidak bisa membantu. Keluarga Jung memiliki koneksi orang dalam yang terlalu kuat."

Sudah kesekian kalinya Heechul menghubungi beberapa pengacara yang  bisa ia hubungi dengan bantuan dari sahabatnya Hangeng, beberapa dari mereka awalnya hendak membantu, namun saat mengetahui marga keluarga suaminya tersebut, mereka menolaknya.

Memang, keluarga Yunho adalah keluarga Alpha yang terkenal disana. Ia memiliki link yang banyak pada keluarga-keluarga berpengaruh membuat mereka ditakuti oleh banyak orang. Heechul sendiri bisa bersama dengannya karena memang sejak dulu, bahkan di kalangan Omega ia termasuk Omega dengan penampilan paling menarik.

Tidak heran banyak Alpha yang menginginkannya.

"Tch, mereka benar-benar pengecut. Semua nama yang benar saja, tidak ada satupun yang mau membantu,"  Hechul tampak frustasi, ia mengacak rambutnya dan hendak menghubungi Kangin saat matanya tertuju pada beberapa orang yang ada disana sedang mengerumuni seseorang, "masih saja ada seperti ini bahkan di usia sekolah seperti mereka."

"Kau pikir kau bisa melindungi kakakmu yang lemah itu? Omega sepertimu tidak akan bisa melakukan apapun dari kami," yang berkerumun hanya bisa main keroyok, menyudutkan seorang anak yang diam bahkan tidak sama sekali melawan. Ah, tidak. Beberapa detik setelah Heechul berpikir seperti itu, anak itu melayangkan tinjuan pada pemuda yang ada di depannya.

"Eunhyuk tidak butuh kulindungi. Kalian lebih lemah bahkan dariku. Hanya bisa keroyokan saja."

"Brengsek," yang diejek meludah kesamping, membuang darah yang muncul akibat satu giginya yang rontok terkena pukulan dari anak tersebut, "pegangi dia."

Oke, Heechul bisa melihat kalau anak itu kuat, namun ia kalah jumlah. Dengan segera ia melihat kearah sekeliling, menemukan satu-satunya benda yang bisa digunakan sebagai senjata. Minuman yang baru ia minum setengah, ia lemparkan sekuat tenaga kearah anak yang hendak memukul Omega tersebut.

Dan kena sasaran!

"BANGSAT, SIAPA?!"

"Kalian hanya segerombol Beta yang punya mulut besar. Aku yakin orang tua kalian tidak mengajarkan kalian dengan benar," Heechul berteriak dari tempatnya duduk. Bodyguard yang disuruh oleh Yunho mengawasi Heechul kemanapun ia berada, tampak memandangi anak-anak tersebut dengan tatapan garang.

"Kenapa? Kalian boleh main keroyok denganku, nanti paman-paman ini yang akan kalian hadapi," tentu saja dari penampilan hingga tubuh bongsor para pengawal Yunho, anak-anak itu terlihat kalah jauh, "hitungan ketiga, kalau kalian tidak kabur aku akan menyuruh mereka untuk menghajar kalian."

Anak-anak itu tersentak namun tidak bergeming.

"Satu? Dua... Ti," anak-anak itu tampak kabur meninggalkan pemuda Omega itu sendirian. Heechul tampak memutar bola matanya, tentu saja penjaga yang disuruh oleh Yunho tidak akan mau untuk mendengar perintahnya. Tidak ada yang mau mendengar perintah dari seorang Omega.

"Hei, kau tidak apa-apa?" Heechul sempat melihat anak itu dipukuli, dari posisinyapun tampak ada memar di sudut bibir juga pipinya. Ia sedikit menunduk untuk menyamai posisinya dengan anak tersebut. Anak itu menyerengit saat Heechul memegang bagian yang memar.

Heechul baru akan memegang tangan anak itu saat kakinya menyenggol sebuah handphone yang sudah pecah dan tidak hidup lagi. Sepertinya terlempar saat perkelahian satu pihak mereka tadi. 

"Kemari. Aku akan mengobatimu sedikit."

Walaupun anak itu tidak berbicara sedikitpun, Heechul segera menarik anak tersebut. Melihat bagaimana respon anak tersebut, sepertinya ia juga tidak keberatan dengan itu. Kembali ke tempat duduk, Heechul mendudukkan anak tersebut dan mengambil sapu tangan yang sudah dibasahi olehnya.

Yunho yang sering menyakitinya secara fisik saat ia melakukan sedikit saja kesalahan membuatnya sudah biasa untuk merawat lukanya sendiri. Hanya memar seperti yang dialami anak itu, bukan hal yang susah untuk ia obati.

"Malam ini akan bengkak, kurasa kau harus menyiapkan kompres dingin agar tidak terlalu sakit. Pulanglah, ini sudah sore."

...

Ia tidak bergerak sama sekali dari posisinya. Tentu saja ia mengerti ada rasa takut anak-anak yang mengganggu tadi akan kembali saat Heechul tidak ada.

"Tahu rumahmu dimana kan?"

Dan kembali sebuah anggukan pelan.

"Kuantar ya," seharusnya ia tidak melakukan itu. Ia tahu seharusnya ia tidak begitu saja mencampuri urusan dari orang lain sementara hanya dengan seperti ini nyawanya sekalipun terancam karena Yunho.

Tetapi anak itu tampak sendirian...

"Namamu siapa?"

...

"Kau bisa mendengarku kan?"

"Appa bilang tidak boleh memberitahu nama pada orang asing."

"Hei, tapi aku sudah membantumu bocah. Aku bukan orang jahat," anak itu menatap Heechul dengan tatapan curiga, lalu memandang dua orang bodyguard bertubuh kekar yang masih mengikuti Heechul, "jangan hiraukan gorila-gorila itu. Mereka tidak akan melakukan apapun."

"Park Donghae," jawabnya dengan nada pelan.

"Donghae? Baiklah bocah, aku tidak tahu alamatmu jadi tunjukkan saja," Heechul mendorong pelan punggung Donghae dan membiarkannya untuk menuntunnya sambil ia menggandeng tangan Donghae. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Donghae saat perjalanan mereka, dan Heechul memutuskan untuk tidak juga berbicara apapun.

"Sudah sampai," tanpa terasa mereka sudah berjalan cukup jauh, dan Heechul mendongak saat mendengar Donghae berbicara. Sebuah rumah yang cukup besar dan megah terlihat disana, "terima kasih ahjumma."

"Hei, usiaku baru 21 tahun," empat persimpangan imajiner berkedut diatas kepalanya. Memang ia tampak tua sampai dipanggil seperti itu? Lagipula ia laki-laki, walaupun Omega ia masih lelaki berbatang, "kalau begitu kau bisa sendiri sampai sini kan?"

"Donghae!" Donghae baru saja akan mengangguk saat seseorang berteriak dari arah dalam rumah. Seorang pria yang lebih tua dari Heechul muncul dan menghampiri mereka, "aku tidak bisa menghubungimu, dan Hyukjae pulang tanpamu. Kau hampir membuatku jantungan..."

"Aku tidak apa-apa appa," Heechul mengambil kesimpulan jika pria dihadapannya saat ini adalah ayah dari Donghae. Pria itu menghela napas, namun raut wajahnya tampak mengeras setelah itu dan menatap tajam anak dihadapannya.

"Jangan jadi anak yang merepotkan. Aku harus meninggalkan pekerjaan hanya untuk menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna seperti ini," Donghae menyerengit, Heechul menatap tidak percaya, mendengar apa yang dikatakan oleh pria dihadapannya.

"Maaf, apakah aku salah dengar? Kau bilang, anakmu yang tidak bisa dihubungi adalah hal yang tidak berguna? Kau ayahnya kan? Tidak khawatir?" Untuk kali pertama pria itu tampak menoleh pada Heechul masih dengan raut wajah mengerasnya.

"Kau siapa?"

"Jung Heechul. Itu tidak penting, anakmu itu bukan hanya baru terlambat pulang tanpa kabar tapi--" Donghae menarik ujung pakaian Heechul untuk menghentikannya mengatakan sesuatu.

"Maaf aku tidak mengabari Appa, handphoneku jatuh saat perjalanan pulang," Donghae menunjukkan handphonenya yang tadi Heechul lihat hancur. Pria itu menatap handphone itu dan mendesah pelan.

"Lagi? Aku tidak keberatan menghabiskan uang untuk membelikanmu handphone lagi Hae, tetapi bisakah kau lebih berhati-hati?"

"Maaf," Donghae menunduk. Saat pria itu akan mengomeli Donghae lagi, kali ini sebuah sepeda melaju cukup kencang hendak masuk ke dalam rumah dan hampir menabrak Heechul jika Donghae tidak menariknya.

"Hyukjae, kau masih ingat rumah? Kurasa 3 hari tidak pulang kerumah, tidak seharusnya kau datang dan pergi seenaknya seperti ini," kembali ayah dari Donghae kali ini menegur pemuda yang sekarang menaikkan kaca helm miliknya.

"Aku sudah memberitahu kalau aku tidak akan pulang 3 hari yang lalu."

"Hanya 'tidak akan pulang' yang kau kirim. Kau tahu adikmu cemas."

"Berhentilah menghawatirkan sesuatu yang menurutmu tidak berguna," pemuda itu melirik kearah Heechul dengan tatapan tidak suka, "urusi saja jalang kesekianmu bulan ini saja."

"Ja--" Heechul melotot, memandang pemuda berusia sama seperti Donghae yang baru saja menatapnya sambil mengatakan jika ia adalah seorang jalang. 

"HYUKJAE!"

Tidak menggubris hal itu, pemuda itu berlalu membawa sepedanya begitu saja melewati Heechul, Donghae, dan ayahnya. Tidak ada sama sekali yang berbicara selama beberapa detik sebelum Donghae yang memecahnya.

"Hae... akan masuk. Terima kasih paman, maaf appa," Donghae menunduk pada Heechul dan berbalik meninggalkan Heechul dan juga pria itu hanya berdua. Heechul hanya memandang Donghae yang menghilang dibalik pintu, sama sekali tidak mengira hari ini akan disuguhi drama keluarga seperti ini.

"Aku akan pergi," daripada harus menghadapi hal aneh lagi.

"Tunggu," pria itu menahan tangan Heechul, "biar kuantar."

"Tidak perlu."

"Kau sudah mengantarkan anakku dengan selamat. Ini hanya untuk rasa terima kasih saja," Heechul diam, ia menoleh kekiri dan kekanan menemukan bodyguard milik Yunho sudah menghilang entah kemana. 

"Baiklah..."

Heechul tidak punya niat untuk berbicara sedikitpun. Hari ini sudah melelahkan untuknya, dari seharian ia sama sekali tidak mendapatkan penyelesaian masalah pengacara perceraiannya, hingga bertemu dengan drama keluarga ini.

"Maaf sudah merepotkanmu."

Pria itu memecah keheningan itu terlebih dahulu.

"Donghae terkadang memang sangat merepotkan. Ia selalu manja dan bergantung pada orang lain, ia pasti memaksamu untuk menemaninya pulang," Heechul yang awalnya tidak ingin merespon itu mendadak langsung menoleh pada pria disampingnya yang sedang menyetir itu.

"Kau benar-benar ayahnya?"

"Apa maksudmu?"

"Apakah kau selalu berpikir seperti itu seolah anak itu pergi dengan orang asing adalah hal yang biasa? Selalu menganggap hal itu adalah kesalahan dari Donghae?" Pria itu tidak menjawab, Heechul tidak habis pikir karena yang ia tahu Donghae bahkan sama sekali tidak terlihat sebagai anak yang merepotkan dan manja.

Dan itu adalah pertemuan pertamanya dengan Donghae.

"Tanyakan padanya kenapa ia pulang dengan orang asing. Dan sesekali lihat keadaannya bagaimana," Heechul berdecak kesal, "sudah sampai, turunkan aku disini."

Pria itu menghentikan mobilnya dan membiarkan Heechul turun. Ia melihat bagaimana rumah yang sama megahnya dengan rumahnya itu tampak berada didekat mobilnya terparkir. Siapa yang tidak tahu rumah dari keluarga Jung yang terkenal itu? 

"Jangan macam-macam turun dari mobilmu kalau kau melihat sesuatu yang tidak mengenakkan," pria itu hendak menanyakan hal itu, namun Heechul sudah pergi dan menuju ke gerbang rumah itu. Tampak seorang keluar dengan tergesa-gesa, yang pria itu kenal dengan Jung Yunho. 

Dari raut wajahnya, ia tidak tampak senang dan terlihat gusar. Yunho beberapa kali menunjuk kearah mobilnya lalu menatap pada Heechul. Mereka tampak terlibat perkelahian dimana baik Heechul ataupun Yunho tampak tidak saling mengalah. 

Sebuah tamparan yang cukup keras diberikan Yunho pada Heechul, pria itu tersentak dan akan keluar dari mobilnya namun teringat akan apa yang dikatakan oleh Heechul. Ia tidak boleh ikut campur apapun yang ia lihat. Yunho masih membentak pria itu, sebelum menarik paksa Heechul masuk ke dalam rumah mereka.

'Setahuku Jung Yunho selalu terlihat baik di mata media. Ia juga seorang pria yang penyayang, sangat terpukul dengan kematian anak mereka,' itu adalah Yunho yang dilihat oleh orang-orang. Itu juga yang menjadi penyebab banyak pengacara yang tidak ingin mengambil pekerjaan untuk membantu Heechul dalam perceraiannya.

Pria itu untuk terakhir kalinya memandangi rumah yang besar tersebut, sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.

"Aku bukan tidak ingin membantu, tetapi kau tahu sendiri bagaimana keluarga Jung, Han Geng."

Ia baru saja tidak mendengar nama itu semalaman saat ayah dari Donghae tersebut kembali ke kantornya dan mendengar nama itu kembali disebut. Ia melihat Henry, rekan satu kantornya sebagai pengacara sedang menerima telpon dari seseorang bernama Han Geng. 

"Pagi."

"Ah, Hyung! Bossku sudah datang, maaf aku tidak bisa membantu. Aku akan memikirkan cara untuk membantumu," Henry segera mematikan sambungan telponnya dan menoleh pada pria tersebut, "selamat pagi Leeteuk-Hyung. Tumben kau sudah datang, tidak mengantar Donghae dan Hyukjae?"

"Donghae sedang sakit, dan kau lupa Hyuk selalu pergi sendiri ke sekolah?" Henry menutup mulutnya, lupa jika keluarga bossnya ini tidaklah seharmonis beberapa tahun yang lalu, "lalu, telpon tadi..."

"Itu, temanku... ia ingin memintaku membantu sebuah kasus perceraian."

"Keluarga Jung?"

"Kau mendengarnya juga? Begitulah, sepertinya suami dari Jung Yunho ingin mencari pengacara untuk membantunya menggugat cerai anak pertama Jung itu. Aku tidak tahu apa sebabnya, kukira mereka baik-baik saja, walaupun kematian anak mereka sepertinya sangat berdampak pada keduanya, apa karena itu ia ingin bercerai?" Mungkin kalau ia tidak melihat apa yang ada didepannya kemarin ia juga akan berpikiran sama seperti Henry.

"Yah, apapun alasannya, kalau kita sembarang bertindak akan benar-benar mempengaruhi karir kita," Henry tampak menghela napas, sedikit merasa bersalah karena itu. 

"Temanmu mengirimkan file gugatan itu?"

"Ya, tetapi belum kubaca."

...

"Berikan file itu ke ruanganku."

"Hah?" Henry tidak sempat untuk mengatakan apapun saat Leeteuk pergi begitu saja ke ruangannya, "Hyung, kau serius?"

"Lima menit, kalau tidak jatah liburmu akan kukurangi."

"Kau bercanda. Hyung, katakan kau bercanda!" 

"Kau tidak pernah mau mengurusi kasus seperti ini. Bahkan kasus korupsi sekalipun kau memilih-milih," Henry berhasil menyelamatkan waktu liburnya, membawa sebuah file ke ruangan Leeteuk, "tidakkah kau takut karirmu akan hancur kalau terlibat lebih dalam?"

"Apakah aku terlihat peduli?"

"Tidak," Henry tahu itu adalah pertanyaan yang bodoh. Walau Leeteuk berhenti bekerja saat inipun, ia sudah bisa menghidupi kedua anaknya untuk hidup mewah sekalipun. Memiliki firma yang besar, juga koneksi dengan banyak orang penting, ia tidak akan merasakan kemiskinan.

"Tetapi kenapa keluarga Jung?" Leeteuk mengambil foto dari klien yang meminta bantuan tersebut. Jung Heechul. Mengamatinya dengan baik sebelum meletakkannya kembali dan menutupnya, "sudah kuduga kau juga tidak akan menerimanya begitu saja."

"File dari Jung Yunho."

"Ha?"

"Berikan file Jung Yunho padaku. Aku ingin ada besok di mejaku," Leeteuk memberikan file Heechul pada Henry yang masih memandanginya yang sudah mengurusi kasus lainnya.

"Hyung, aku masih punya tugas darimu untuk kasus bulan lalu. Aku harus menyelesaikannya minggu ini."

"Kalau begitu selesaikan keduanya lebih cepat."

"Hyung, aku bahkan belum tidur beberapa hari ini," tetapi sepertinya tidak digubris oleh Leeteuk yang sudah tenggelam dalam pekerjaannya.

"Tidak kelihatan kan?"

Heechul berada di cafe bersama dengan Han Geng beberapa hari setelah peristiwa Donghae. Cafe yang selalu ia datangi, melihat penampilan wajahnya di kaca yang ada di cafe tersebut. Ia menggunakan beberapa riasan jika luka yang ia dapatkan dari Yunho tidak hilang selama beberapa hari. 

"Gunakan bukti memarmu itu sebagai bukti kekerasan."

"Kau bekerja di kepolisian Han Geng, kau tahu mereka terlalu takut pada iblis itu. Bukti sekuat apapun tidak akan bisa membuat mereka menerima gugatanku. Satu-satunya cara untukku bisa bercerai dengannya adalah ia yang menceraikanku terlebih dahulu. Dan aku tahu itu tidak akan terjadi kecuali kalau aku mati," Han Geng yang tidak sengaja memegang bagian yang memar membuat Heechul meringis pelan.

"Aku sudah mencoba membantu mencari bantuan. Tidak semudah yang kuduga," Han Geng menghela napas, ia sudah mencoba untuk menghubungi Henry karena ia tahu firma tempatnya bekerja terkenal sangat bagus dan jujur. Tetapi, tetap saja tidak mudah.

"Tidak masalah, kurasa kabar baiknya hanya aku tidak akan dibunuh olehnya dengan mudah," Heechul mendengus dan merilekskan tubuhnya sambil menikmati secangkir kopi di depannya. 

"Jung Heechul," keduanya menoleh, menemukan Leeteuk disana tampak mendekati keduanya dan dengan seenaknya duduk diantara Han Geng dan juga Heechul.

"Kau?"

"Aku sudah mendengar apa yang terjadi pada Donghae," ya, Leeteuk sedikit meluangkan waktu saat Donghae sakit dan Donghae mendengar apa yang terjadi hari itu.

"Baguslah, jadi kau tahu--"

"Seharusnya kau biarkan ia menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidak manja hanya karena dikeroyok seperti itu," Heechul baru saja berpikir dirinya melakukan hal yang bisa membuat hubungan ayah anak itu sedikit membaik, malah dibuat tidak bisa berkata apa-apa mendengar kata-kata yang disebutkan Leeteuk.

"Membiarkan--YAK! Anakmu dikeroyok dan hampir saja masuk rumah sakit dan kau malah mengatakan hal itu?!" Heechul meledak. Ia tidak mengira jika Leeteuk malah mengatakan hal itu.

"Aku sudah menyelidiki siapa saja yang mengeroyoknya dan banyak dari mereka yang hanya seorang Beta."

"Donghae adalah seorang Omega! Dan ia sedang dikeroyok, mau itu dia Omega atau Beta, atau bahkan Alpha sekalipun, itu adalah hal yang serius!"

"Aku sudah membawa ini ke masalah yang lebih serius. Tetapi karena itu aku menghabiskan waktuku untuk hal yang sepele," wajah Heechul kali ini benar-benar memerah. Ia benci pria ini. Sementara keduanya terlihat sengit satu sama lain, Han Geng hanya bisa memperhatikan keduanya, tidak begitu mengerti kenapa keduanya tampak seperti sudah pernah bertemu dan memiliki hubungan yang buruk.

Ia baru saja akan membuka pembicaraan saat handphonenya berdering. Tampak nama Henry disana, membuatnya segera mempermisikan dirinya, menjauh sedikit untuk menerima telpon itu.

"Ada apa Henry?"

"Bossku memutuskan menerima tawaran untuk membantu temanmu itu."

"Benarkah?" Han Geng tampak lega mendengar hal itu. Ia bisa membantu Heechul menghadapi masalahnya, "kapan kau akan menemui Heechul?"

"Bukan aku yang akan menanganinya," Han Geng mendengar tawa yang sedikit dipaksakan dari Henry, "bossku sendiri yang akan menangani kasus dari Jung Heechul."

"Maksudmu Pengacara Park?"

"Ya, kukira ia sudah menuju ke tempat kalian dari tadi. Aku memberitahu cafe tempat biasa kau dan juga Heechul bertemu. Seharusnya ia sudah berada disana," Han Geng menoleh sekeliling, tidak ada siapapun disana selain dirinya, Heechul, dan juga pria yang masih ada disamping Heechul saat itu.

"Kurasa bossmu belum sampai?"

"Aku akan coba menghubunginya. Namanya adalah Park Jungsoo, tetapi ia lebih suka orang-orang memanggilnya dengan Leeteuk," Han Geng tidak begitu mendengar karena ia mendekati kedua orang itu setidaknya untuk memberitahu Heechul tentang berita baik itu.

"Mau apa kau kesini? Kalau hanya ingin menceramahiku karena menyelamatkan anakmu, aku akan dengan senang hati pergi dari sini."

Matanya terarah begitu saja pada kartu nama yang diulurkan oleh pria disamping Heechul. Nama yang baru saja disebut oleh Henry.

"Park Jungsoo. Aku kemarin ingin membicarakan kasusmu Jung Heechul."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro