02. Bara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Temui seorang gadis yang sedang menggosok-gosok sepatunya menggunakan kain karena sempat terkena air kotor yang menggenang di lapangan, sedangkan dua cowok sedang menertawakannya. Titania mendengus kesal melihat kedua sahabat gilanya, bisa-bisanya mereka tertawa diatas penderitaan orang lain.

"Woy Amir! Sini lo!"

Titania berdiri setelah selesai membersihkan sepatunya, meskipun tidak sepenuhnya bersih hanya saja sepatunya tidak terlihat buluk. Gadis itu mengejar kedua sahabatnya, sebelum benar-benar melangkah seseorang menarik tangannya membuat ia terhenti.

Siapa yang berani menyentuhnya seperti ini?

Gerakannya seperti melambat dan menoleh ke arah orang yang menahan tangannya, hampir saja ia marah jika bukan seseorang yang disayanginya yang memegang tangannya. "Ada apa, Bar?" tanyanya dengan suara melembut.

"Udah puas bikin gue malu?"

Senyuman di bibir Titania pudar seketika, dua cowok yang tadinya hanya melihat gadis itu dari jauh kini berjalan mendekat. Titania masih dengan wajah yang tidak mengerti pun mengerutkan keningnya.

"Siapa lagi abis Audrey yang kamu bikin sakit hati, hah?! Mau berapa lagi hubungan yang mau kamu hancurin demi keegoisan kamu?" katanya dengan nada tinggi, itu membuat Titania merasa jantungnya ditikam dari dalam. Gadis itu merasa tidak berharga di mata orang yang disayanginya.

Cowok ber-name tag Bara Avriana itu menatap Titania dengan pandangan jijik, cowok berusia kurang lebih 18 tahun itu menatap gadis di depannya dengan penuh emosi. "Gue capek tahu nggak?! Gue capek sama semua sikap lo yang udah mirip pelacur!"

Rafael dan Gio membulatkan matanya saat Bara melontarkan kata yang seharusnya tidak diucapkan seorang cowok kepada seorang gadis. Ditambah Titania yang melayangkan tangannya hingga bunyi nyaring terdengar di tengah lapangan. Gadis itu menampar Bara dengan sekuat tenaga, dan hampir saja Bara melayangkan tinjunya hanya saja langsung ditahan oleh Rafael dan Gio.

"Udah dikasih apa lo sama sampah ini?" kata Bara dengan pandangan meremehkan ke arah Titania. Gadis itu mendongak dan menatap Bara dengan mata berkaca-kaca.

"Gue sampah? Lo bener sih, karena cuma sampah yang mau bertahan sama sampah kayak lo!" kata Titania dengan suara bergetar, hanya saja ditahannya demi menjaga citra diri di hadapan cowok sialan seperti Bara.

"Gue malu punya pacar kayak lo, udah lama gue pendam semua ini sendirian. Gue malu punya pacar pelakor, gue malu punya pacar suka ngerusak hubungan orang. Gue malu punya pacar anak hasil hubungan gelap!"

"Bangsat!"

Kedua kalinya, tamparan itu mendarat di pipi Bara. Bara terdiam cukup lama, akhirnya Titania memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Bara. Tentu saja ini akhir dari segala pertahanan yang sudah dilakukan Titania selama satu tahun belakangan.

***

Titania duduk melamun dan menyandarkan kepalanya pada tembok Kafe yang ia singgahi bersama kedua sahabatnya, Rafael dan Gio. Mereka memang terbaik diantara orang-orang terdekatnya. Pening di kepalanya membuat Titania hanya diam saja.

"Gue nggak marah lo panggil Amir, Ta. Jangan diam aja dong," kata Gio berusaha menghibur Titania, gadis itu mengangkat sudut bibirnya. Usaha Gio membuahkan hasil meskipun sedikit, "jangan sedih, ada gue sama Rafa."

"Gue nggak sedih, kepala gue sakit doang."

Jawaban dari Titania membuat Gio menghela nafasnya lelah, dirinya tidak marah saat Titania memanggilnya dengan nama ayahnya. Ia sangat menyayangi gadis itu sudah seperti adiknya sendiri, "Raf, tanggung jawab lo!"

Rafael menghela nafasnya saat Titania tidak juga bereaksi apa-apa, "Ta, makan dulu. Lo belum makan."

Titania tidak menghiraukan ucapan Rafael, gadis itu masih diam dengan pikiran yang berkecamuk. Ia benci mendapati hubungannya yang gagal, satu tahun ia mempertahankan hubungan yang sudah tidak pantas dipertahankan. Akhirnya gadis itu menyerah juga, biar gue lihat sejauh mana dia bahagia sama selingkuhannya.

Gadis itu terus membatin dan merutuki mantan kekasihnya yang gila, Titania melepaskan Bara meskipun masih ada setitik rasa yang tersisa di hatinya. Bara Avriana, adalah salah satu orang beruntung yang mendapatkan kesempatan berpacaran dengan Titania. Hanya saja manusia, ketika diberi sebuah hal yang indah dia malah meminta dan menginginkan yang lainnya.

Sama halnya Bara, cowok itu malah selingkuh beberapa bulan setelah menjalin hubungan dengan Titania. Gadis cantik yang memang sangat menyayangi cowok itu pun dengan senang hati memaafkannya, satu kali dimaafkan. Selang beberapa minggu, Bara masih tetap berkencan dengan selingkuhannya. Hal itu pun ia maafkan, dan perselingkuhan itu mungkin terjadi lebih dari 5 kali.

Hanya saja perlahan perasaan Titania semakin lama semakin terkikis, hatinya yang sudah seperti batu karang seolah terkikis oleh air mata yang dihasilkan dari rasa sakit yang Bara berikan padanya.

Dari situlah timbul rasa ingin mengganggu hubungan orang lain, meskipun tidak mengganggu dalam artian sebenarnya. Namun, semua orang menganggapnya pelakor. Tetapi sampai saat ini ia tidak pernah berpacaran dengan seseorang yang hubungannya telah dirusak. Percayalah, Titania bukan orang yang tega melihat hubungan yang damai dan tentram dirusak.

Hubungan yang dirusaknya ya memang hubungan yang sudah diambang kehancuran. Untuk kalian yang sedang menjalin hubungan, jangan pernah takut seseorang masuk ke dalam hubungan kalian. Jika salah satu dari kalian menerima, kehancuran akan menjadi akhir dari kisah kalian. Be smart!

"Ta, thanks ya udah bantuin gue."

***

Rafael dan Gio menatapnya dengan garang, ini disebabkan oleh kedatang Piyan yang menghampirinya dan memberikan sebuah paper bag yang entah apa isinya. Dua cowok itu sibuk berebut ingin membuka paper bag, dan hal itu membuat Titania jengah.

"Gue mau balik, udah sore."

"Jangan!"

Titania mengerutkan keningnya saat melihat Gio berbicara dengan nada yang cukup keras, gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar dan tatapan pengunjung mengarah ke mereka. "Malu-maluin anjir!" ujar Titania setelah Gio berhasil meringis malu dan meminta maaf.

"Gila! Ngapain Piyan ngasih jam tangan mahal ke lo?" tanya Rafael yang tidak tahu apa-apa karena sibuk membuka paper bag milik Titania yang didapatkan dari Piyan.

Titania menghela nafasnya pelan, "buat lo aja kalau mau," kata Titania dengan santainya. "Gue mau balik," lanjutnya membuat Rafael dan Gio segera menyusulnya.

Rafael yang melihat Gio mengikuti langkahnya membuat tangannya refleks menepuk kening Gio, "bayar dulu bego, gue mau nyusul Tita."

Gio menerima kartu debit milik Rafael dan menuju kasir, cowok itu memang sering menyuruhnya untuk membayar dan mempercayakan pin padanya. Untung saja Gio bukan tipe orang yang suka mencuri, jadi aman-aman saja.

Rafael memberikan paper bag berisi jam tangan ke tangan Titania dengan paksa, gadis itu menghela nafasnya pelan. "Jelasin sama gue kenapa dia ngasih lo ini?" katanya seraya menunjuk paper bag itu dengan tangannya.

"Kan gue udah bilang dulu, hubungan Piyan sama Audrey emang udah waktunya selesai. Gue bantuin Piyan putus dari Audrey yang selingkuh, dan satu lagi- gue bukan pelakor!"

***

[ 15 April 2021 ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro