06. Teka-teki?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mungkin sebagian orang menganggap perusuh adalah sampah masyarakat yang harus dimusnahkan, mereka tutup telinga dengan apa yang menjadi penyebab seseorang itu menjadi perusuh. Alvaro, cowok itu masih menimbang-nimbang bolpoinnya di kelas.

Sementara, kursi di sampingnya kosong karena Titania baru saja dipanggil untuk ke BK. Mungkin Alvaro adalah siswa baru di sini, tetapi melihat gadis itu terkena masalah hingga ke BK membuatnya merasa iba.

"Dia biasa ke BK?" tanya Alvaro akhirnya pada Ria yang duduk di kursi belakang.

Ria terkejut bukan main karena ini kali pertamanya seorang Alvaro mengajaknya berbicara. Gadis itu mengangguk kecil, helaan nafas terdengar samar-samar dari Alvaro. Ria sedikit berpikir, cowok itu sepertinya menyukai Titania.

Seseorang memasuki kelas dengan sangat tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Gadis itu kembali duduk, dan diam serta tatapannya mengarah ke jendela. Hal itu tidak lepas dari pandangan Alvaro, Alvaro menatap Titania yang tengah menghela napas panjang.

"Lo nggak apa-apa?"

Titania menoleh ke arah Alvaro. "Emang gue kenapa?" katanya seraya membenarkan letak poninya yang menutupi wajah.

"Di BK ngapain?"

"Dengerin ceramahlah, masa ngopi."

Alvaro mendengus. "Gue nanya baik-baik loh, kenapa jawabnya gitu?"  ujarnya dengan setengah kesal. Titania menatap Alvaro dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kenapa ngelihatin gue? Ntar suka!"

"Nggak apa-apa, lain kali nggak usah sok care. Gue biasa kok keluar masuk BK, dan nggak masalah apa-apa."

"Gue tahu itu biasa aja, tapi nggak bagus buat diri lo sendiri. Lo-"

"Ya ngapain lo peduli sama gue?"

Alvaro menghadap ke arah Titania, menatap wajah cantik gadis di depannya. "Ya suka-suka gue lah, kenapa lo yang marah?" ujarnya membuat Titania membelalakkan matanya.

"Suka-suka lo?"

Alvaro mengangguk. "Iya, suka-suka gue dan jangan lupa kalau gue emang suka sama lo."

Titania menatap Alvaro yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti, gadis itu berdehem pelan karena merasa malu. Gadis itu mengalihkan tatapannya ke arah jendela luar yang sialnya malah melihat Bara bersama dengan Audrey.

"Sialan."  batinnya

"Kenapa? Dia mantan lo ya?"

Titania menatap Alvaro tidak percaya, pasalnya cowok itu adalah siswa baru yang tidak mungkin mengetahui hubungannya dengan Bara. "Nggak usah sok tahu!"

Alvaro berdehem. "Gue emang tahu."

"Dari mana?"

***

Akibat perbincangan Titania dengan Alvaro siang tadi, malam ini ia bersama dengan cowok itu di Kafe. Banyak orang yang tidak dikenalnya, lebih tepatnya Alvaro membawanya ke tongkrongan cowok itu dengan teman-teman lamanya. Titania disuruh duduk di salah satu kursi, tepatnya di samping Alvaro.

"Wih, siapa nih?"

"Tumben bawa cewek."

"Wah, gila sih."

Bisik-bisik orang-orang yang duduk di sana membuat Titania menunduk dalam, jika bukan karena rasa penasarannya pada Alvaro karena ucapan cowok itu siang tadi. Mungkin Titania tidak mau diajak kemari, meskipun dia bukan satu-satunya perempuan. Tetapi, tetap saja ia tidak nyaman dengan orang-orang baru.

"Mau makan nggak?"

Pertanyaan Alvaro membuat Titania yang sedang sibuk dengan pikirannya tersadar, cowok itu masih menatap ke arahnya. "Terserah lo, gue ngikut."

"Satu sekolah sama Alvaro?" tanya seseorang yang ada di sampingnya, Titania jelas tidak mengenalnya karena Alvaro memang tidak mengenalkannya. Gadis itu mengangguk menjawab pertanyaan dari cowok tadi, cowok itu tersenyum.

"Lo Titania?"

Titania mengerutkan keningnya, kenapa cowok itu tahu namanya? Gadis itu celingukan ke arah baju, ia tidak memakai tanda pengenal atau sejenisnya. "Alvaro yang ngasih tahu?" tanya gadis itu membuat cowok yang tadi bertanya padanya tertawa kecil dan menggeleng.

"Gue nggak salah orang berarti," katanya membuat kening Titania semakin berkerut.

"Nih, makan yang banyak biar nggak kurus."

Titania menimbang-nimbang makanan yang dibawa oleh Alvaro. Gadis itu menatap wajah Alvaro dengan tatapan tidak percaya, tampaknya Alvaro mengerti maksud dari tatapannya. Hal itu terbukti dari cowok itu yang tertawa kecil.

"Nggak gue kasih racun. Gue nggak sejahat itu, biar dia aja yang jahat sama lo. Gue nggak mau ikut-ikutan jahat," katanya membuat Titania berdehem karena tenggorokannya terasa kering, Alvaro menyodorkan gelas berisi air minum dan diterima dengan baik oleh Titania.

"Thanks."

"Nggak mau kenalan nih, tega bener lo Al."

Ucapan dari teman-teman Alvaro membuat Titania menoleh ke arah cowok itu, dan sialnya Alvaro tengah menatapnya.

"Punya gue, nggak usah kenalan sama lo."

Titania tidak bisa mengucapkan apa-apa, ia hanya diam saja memakan makanan yang ada di hadapannya. "Gue ke sini mau nanya kebenaran tadi siang, bukan dibawa ke tongkrongan lo."

Bisikan dari Titania membuat cowok itu menoleh dan tersenyum. "Iya nanti ya, abis ini kita ngomong. Dimakan aja dulu," katanya.

"Lo nggak makan?" tanya Titania pada Alvaro.

Cowok itu menggeleng. "Gue belum lapar, apa lagi lihat lo makan. Makin kenyang gue," katanya seraya memegang ponselnya.

Seorang gadis di ujung sana selalu menatap ke arahnya membuat Titania sedikit tidak nyaman, gadis itu menyenggol Alvaro. Alvaro menatapnya dan mengangkat sebelah alisnya, Titania memberi tahu lewat tatapan matanya.

Dan jelas saja jika gadis itu terus menatap ke arah Titania, Alvaro berdehem. "Cewek gue cantik kan?" tanyanya membuat Titania menepuk paha pria itu.

"Iya, cantik banget. Pantas Bara dulu tergila-gila sama dia, dan sekarang setelah putus sama lo."

Bara lagi?

***

Titania sekarang duduk di salah satu kedai kopi yang menyediakan Wi-Fi, gadis itu sedikit berbincang dengan Alvaro. Cowok itu mengobrol dengan santai, bahkan bisa membuatnya nyaman mengobrol hingga setengah jam lamanya.

"Jadi, tahu dari mana tentang Bara?"

Setelah setengah jam pertanyaan itu ia tahan, akhirnya bisa disuarakan juga. Alvaro tampak terkekeh ringan mendengar pertanyaan darinya, sebenarnya Titania hanya penasaran dengan apa yang diketahui Alvaro yang notabenenya adalah siswa baru di sekolahnya.

Ditambah lagi, salah satu teman cewek Alvaro mengetahui bahwa dirinya dan Bara pernah menjalin hubungan. "Gue cuman minta kebenaran aja, selama ini hubungan gue sama Bara nggak ada yang tahu."

"Gue nggak mau kalau gara-gara jawaban gue nantinya, bikin lo mikir lagi bisa berhubungan dengan Bara. Gue nggak mau itu terjadi," kata Alvaro membuat Titania menghembuskan napasnya.

"Gue sama Bara udah nggak ada hubungan apa-apa."

"Ya udah, makanya lo nggak perlu tahu kenapa gue bisa tahu hubungan lo sama dia. Kalau itu berhubungan sama lo, gue tahu semuanya."

Titania terdiam.

Alvaro tersenyum. "Anggap aja ini teka-teki dari gue buat lo," katanya dengan nada misterius membuat Titania menatapnya dengan kening berkerut.

"Teka-teki?"

***

[ 23 April 2021 ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro