11. Masa sih?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siang hari yang cukup terik, sebuah kelas tampak lebih tenang dari pada kelas lainnya. Hal itu karena jam pelajaran kosong, dan kelas pun kosong hanya ada Titania dan Ria yang duduk di sana membuat kelas terasa senang dan damai.

"Mau nggak?" tanya Titania menawarkan susu kotak yang ada di hadapannya, ia baru saja dibelikan susu kotak oleh Gio. Itulah yang membuat pertemanan Titania, Gio dan Rafael berjalan lancar. Lebih tepatnya, karena Titania, Rafael dan Gio saling mengerti satu sama lain.

"Nggak usah, Ta. Gue bawa minum," kata Ria yang mengacungkan botol minum yang berisi air mineral, gadis itu memang biasanya membawa air mineral dari rumah dan membuat gadis itu tidak terlalu sering ke kantin.

Titania mengangguk dan segera menusukkan sedotan di tempat yang sudah disediakan, gadis itu menyeruput susu kotak cokelat dengan bahagia. Suasana hatinya yang buruk seakan terobati hanya dengan susu kotak cokelat yang diminumnya.

"Kamu habis nonton sama Alvaro ya?" tanya Ria membuat gadis yang sedang menikmati minumannya terkejut, "aku lihat di story Alvaro kemarin," lanjutnya.

"Lo punya nomornya Alvaro?"

Ria menggeleng keras. Gadis itu berujar, "Bukan! Tapi di instastory, bukan story WhatsApp. Dia kayaknya sayang banget sama kamu, Ta."

"Lo follow dia?" tanya Titania dengan dahi yang berkerut, Ria meringis dan mengangguk dengan malu-malu. "Lo suka ya sama dia?" tuding Titania dengan tertawa pelan.

"Enggak!" sanggah Ria mencoba meyakinkan Titania bahwa dirinya tidak menyukai Alvaro, "aku udah lama aja follow dia, waktu dia masih di sekolah lamanya."

"Oh ya? Lo bahkan tahu dia dulu?"

Ria mengangguk malu-malu. "Iya, soalnya dia temannya sepupu aku. Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya? Ini rahasia," katanya yang diangguki oleh Titania.

"Siap-siap, gue nggak ember kok. Lagian apa lagi yang lo tahu dari Alvaro?" tanya Titania dengan semangat, gadis itu menatap Ria yang hampir membuka mulutnya hanya saja langsung terkatup rapat membuat Titania mengerutkan keningnya. "Kok diam?"

"Kalau nanya langsung aja sama orangnya, kenapa harus nanya ke orang lain?"

Deg.

Suara seorang laki-laki membuat jantung Titania berdegup kencang, Titania menoleh dan mendapati Alvaro berdiri dan memakan permen kaki yang ada di tangannya.

"Kenapa? Kaget?"

***

Alvaro terkekeh melihat wajah Titania yang merona malu karena terpergok menanyakan seorang Alvaro Narendra dan itu adalah dirinya. Tentu saja Alvaro melarang Titania menanyakan tentangnya pada orang lain, karena sebuah 'katanya bisa ditambah atau dikurangi.

"Kenapa? Kaget?"

"Nggak! Ngapain sih lo di sini?"

Alvaro mengerutkan keningnya dan duduk di kursinya yang mana adalah di samping gadis itu. "Ini kan kelas gue, wajar kan kalau gue di sini?" katanya membuat Titania mendengus.

"Mau dong," kata Alvaro hendak merebut susu kotak milik Titania yang sayangnya malah hampir memeluk gadis itu karena posisi Titania yang sedang menghadap ke arah belakang.

Ria yang menyaksikan adegan itu hanya melongo dan menutup matanya, Titania jelas mencak-mencak karena hal itu. Alvaro menggaruk tengkuknya yang tak gatal, jelas sekali bahwa Alvaro pun ikut salah tingkah karena kejadian tadi.

"Modus banget sih!"

Mendengar ucapan Titania membuat Alvaro tertawa kecil. "Ta, abis ini ke perpus mau rangkum sejarah Indonesia."

"Sama lo? Gue ogah," kata Titania dengan eskpresi yang sangat menggemaskan, dengan segenap keberanian milik Alvaro tangan cowok itu terulur dan mencubit pipi Titania.

"Alvaro!!!"

"Kenapa sayang?"

Ria yang melihatnya pun hanya bisa menggigit pulpen yang dipegangnya, Titania hanya bereaksi kesal dan menatap Ria dengan sebal karena gadis berkacamata itu malah menertawakannya. "Ria?! Lo teman siapa sih?"

"Teman kamu, tapi aku dukung Alvaro pacaran sama kamu. Ayo dong cepat jadian," katanya membuat Alvaro semakin puas mengerjai Titania karena dirinya merasa memiliki supporter.

"Ta, ayo! Ke perpustakaan," ajak Alvaro.

"Enggak, lo aja duluan. Gue ntar aja, pinjem Ria."

"Ria nggak mau bukunya lo pinjam," kata Alvaro membuat Titania mendengus, "tanya aja sama orangnya."

"Ayo kita ke perpustakaan sama-sama," ajak Ria membuat Titania mendengus kecil dan mengambil buku tulis berserta bolpoinnya.

Alvaro tersenyum tipis dan mereka bertiga melangkah menuju perpustakaan, lebih tepatnya Titania yang melangkah bersama Alvaro sedangkan Ria memutuskan untuk menunda langkahnya.

***

"Ta, nanti gue antar pulang ya?"

Titania yang mendengar bisikan dari belakangnya pun menoleh dan menatap Alvaro tengah menatapnya dengan cengiran khasnya. "Nggak gratis nganterin gue pulang," kata Titania seraya menatap tajam cowok di depannya.

"Apa pun buat lo, kalau gue bisa kenapa enggak? Lo mau apa? Makan, es krim atau apa? Bilang aja," katanya membuat Titania membatin.

Gila nih cowok, niat amat.

"Lo beneran suka ya sama gue?" kata Titania dengan mata menyipit, Alvaro sontak mengangguk dengan cepat.

"Iya, mau nggak jadi pacar gue?"

"Sial, gue salah nanya," batin gadis itu memberontak.

"Maju woy!"

Dari arah belakang saling dorong membuat Alvaro terdorong ke depan hampir mengenai tubuh Titania, hanya saja Alvaro menahan tubuhnya agar tidak menimpa tubuh mungil gadis itu. Titania pun memejamkan matanya karena merasa Alvaro akan mendorong tubuhnya.

Ia menunggu, hal yang ia pikirkan tidak kunjung terjadi. Ia membuka matanya dan melihat Alvaro yang menahan orang-orang itu, serta tatapan cowok itu mengarah padanya. "Maju, Ta."

Titania akhirnya maju dan segera menyerahkan buku pada penjaga perpustakaan untuk dicatat karena ia akan meminjamnya, gadis itu melihat orang-orang yang terjatuh di belakang Alvaro karena cowok itu menyentak begitu kuat.

"Diam!"

Teriaknya Alvaro dengan lantang membuat teman-teman satu kelasnya yang terjatuh meringis kesakitan serta ada pula yang tertawa langsung diam seketika.

"Di perpustakaan jangan berisik makanya," kata penjaga perpustakaan yang ikut senang karena merasa terbantu oleh bentakan Alvaro. "Dikembalikan tepat waktu ya," lanjutnya pada Titania dan memberikan dua buku yang mana satu ia pinjam dan satunya lagi milik Alvaro.

***

Setelah mereka meminjam buku, mereka kembali ke kelas. Sebenarnya niat awal merek akan duduk dan merangkum di perpustakaan, hanya saja berhubung sangat ramai dan Titania enggan dengan keramaian ia memilih untuk ke kelas. Dua buah buku tebal sudah berada di tangan Alvaro, sedangkan di tangannya terdapat kantong plastik yang berisi makanan.

Mereka sempat mampir di kantin membeli beberapa camilan dan minuman, kini mereka hanya berdua karena Titania sendiri tidak tahu ke mana perginya setelah berpamitan dari perpustakaan.

Dari kantin ke kelas, Alvaro hanya diam saja membuat Titania sesekali melirik cowok itu. Hanya saja Alvaro hanya diam menatap lurus ke dapan, hingga kini mereka sampai di kelasnya. Kelas mereka masih kosong persis seperti sebelum mereka meninggalkannya.

"Lo marah ya?" tanya Titania.

Alvaro menoleh.

"Lo suka kan sama gue?" tanya Alvaro.

Titania yang mendapat sahutan seperti itu hanya bisa membulatkan matanya karena terkejut. "Maksud lo?" tanyanya.

"Lo takut gue marah kan? Fiks, lo suka sama gue!" kata Alvaro dengan percaya diri.

"Nah, buat apa gue nanya dia marah apa enggak?!" batin Titania merutuki kebodohannya.

Masa sih gue suka sama dia?

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro