25. Pesan Misterius

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pertengkarannya dengan Audrey disudahi dengan Audrey yang mengganti ponsel Titania yang sudah dihancurkan oleh gadis itu, dan Titania tentu saja mengiyakan. Gadis itu tidak ingin ambil pusing dengan tindakan Audrey, ia hanya ingin tenang saja.

"Udah?"

Titania mengangguk dan segera berjalan ke arah motor Alvaro yang terparkir di depan aula, Alvaro pun berjalan di belakang gadis itu. Titania membawa paper bag yang berisi ponsel baru dari Audrey.

"Nanti malam Bunda ngadain acara loh, lo datang ya? Nanti gue jemput deh," kata Alvaro membuat Titania yang hendak memakai helmnya berhenti.

Titania bimbang, apakah ia harus datang ke acara Bunda Alvaro? Di sisi lain, Titania tidak diundang hanya diajak oleh Alvaro. "Nggak tahu deh, Al. Gue bingung."

Alvaro mengerutkan keningnya. "Bingung kenapa? Kan ada gue, sekalian mau gue kenalin ke bunda sama ayah."

Titania hanya diam saja, ia takut kedatangannya mengganggu acara orang tua Alvaro. "Mama juga ngajak gue ke acara temannya, kayaknya gue belum bisa ikut lo."

"Oh gitu, nggak bisa ya sebentar aja?"

"Kayaknya enggak, soalnya papa gue lagi nggak di rumah. Makanya gue harus nemenin mama," kata Titania.

Alvaro tersenyum dan mengangguk. "Ya udah, next time aja ya. Yuk pulang," katanya dan memakainya helm ke kepala Titania.

Titania pun tersenyum tipis saat dipakaikan helm, kemudian ia menatap Alvaro yang sudah menaiki motornya. Setelah itu, Titania berpegangan pada bahu Alvaro agar dia bisa menaiki motor besar dengan tubuhnya yang kecil.

Alvaro yang sudah siap mengendarai motornya pun teringat sesuatu. "Berangkat jam berapa sama mama?"

"Malam, kenapa?"

"Mampir dulu yuk, ke Kafe depan. Gue traktir," kata Alvaro yang diangguki oleh Titania. Setelah mendapat persetujuan dari Titania, Alvaro hendak melajukan motornya namun terhenti saat bahunya ditepuk pelan.

"Jangan di Kafe depan, yang dekat sama rumah gue aja. Kafe depan banyak anak-anak sini, gue males."

Alvaro mengangguk mengerti dan segera melajukan motornya, ia memahami sifat Titania yang enggan bergaul dengan orang-orang sekitarnya.

***

"Puas lo?!"

Bara menertawakan Audrey yang jelas-jelas rugi puluhan juta karena menghancurkan ponsel Titania, Bara jelas tahu ayah Titania sangat baik dan tidak sembarangan jika membeli barang-barang untuk anak-anaknya.

Bara sebenarnya sempat membenci gadis itu, sebelum dirinya tahu yang sebenarnya. Di mana ia menganggap bahwa ibu dari Titania adalah perusak keluarga mereka. Ia juga terlalu malu untuk mengakui bahwa ia salah tentang ucapannya yang selalu menganggap bahwa Titania adalah anak dari perusak keluarganya.

"Udah deh, bentar lagi ujian. Lo urusin otak lo yang bego itu," kata Bara menasehati Audrey. "Dari pada lo nggak lulus gara-gara terus ganggu Titania, kan?"

"Emang lo nggak malu?!"

Audrey mengepalkan tangannya, ia bersiap untuk memukuli Bara. Hanya saja kekehan dari Bara membuat gadis itu berangsur-angsur tenang, ia menghembuskan napasnya pelan. "Gue ngerasa berdosa udah khianati Piyan hanya untuk cowok sialan kayak lo."

"Gue nggak maksa lo buat jadian sama gue, gue cuma mau manas-manasin Titania."

"Terserah apa kata lo aja!"

Audrey segera meninggalkan Bara yang terdiam di tempatnya. Bara memperhatikan punggung Audrey yang menjauh, kemudian seseorang menepuk pundaknya.

"Ada apa?"

"Telepon dari nyokap lo," kata Dio.

Bara yang mendengar hal itu pun segera mengambil alih telepon genggam milik Dio. Ia mengambil ponselnya yang ada di saku dan mengecek, ternyata banyak panggilan tak terjawab dari ibunya.

"Halo, ada apa Ma?"

"Pulang sekarang ya, temani mama ke Anniversary Bundanya Alvaro," kata orang di seberang sana.

Bara memijit keningnya. "Ma, kan aku udah bilang aku nggak ikut. Mama aja ya, aku lagi nggak pengen keluar."

"Mama minta tolong sama kamu, Bar. Antar Mama ke rumah Alvaro, habis itu terserah kamu mau ke mana asal nanti jemput Mama. Kamu mau kan?"

Bara menghela napas dan mengiyakan ucapan Mamanya. "Ya sudah, nanti aku pulang. Aku matiin dulu ya," kata Bara.

"Terima kasih, Sayang. I love you."

"Love you to, Ma."

Bara mengembalikan ponsel Dio. "Gue balik dulu ya, dicariin nyokap. Hati-hati lo pulangnya, jangan lewat jam lima."

"Oke, Bar."

***

Titania berhadapan dengan Alvaro yang sedang santai bermain-main dengan ponsel baru milik Titania. Titania sebenarnya takut untuk memakai ponsel itu, hanya saja Alvaro meyakinkannya bahwa itu aman.

"Audrey nggak sepintar itu, Ta. Kalau mau, gue anterin tukar hapenya," kata Alvaro saat menyadari kekhawatiran Titania.

Titania takut Audrey melakukan yang tidak-tidak pada ponselnya, menyadap misalnya? Itu kan sangat berbahaya. "Iya deh, nanti gue bilang sama mama. Gimana baiknya mama," katanya.

Alvaro mengangguk dan menyuapinya es krim, entah kenapa setelah melihat es krim ia menjadi tidak bernafsu untuk menghabiskan es krim itu. Alhasil, Alvaro dengan telaten menyuapinya.

"Bunda li nggak nyariin? Bukannya di rumah bakalan ada acara ya?" tanya Titania, secara seseorang yang akan menjadi tuan rumah sebuah acara pasti sibuk.

"Tenang aja, kalau bunda nanya ya gue abis jalan-jalan sama lo. Nanti juga bunda diam, nggak rewel bunda mah."

Titania mengangguk kecil. "Tapi kan lo harus bantuin, Al. Masa diam aja di sini, tinggal terima beres. Kasian bunda lo pasti capek," katanya.

"Semua udah ada yang nyiapin kok, lo tenang aja. Gue nggak akan jadi anak durhaka juga kok," kata Alvaro dan menyuapi es krim untuk Titania lagi.

"Pulang aja yuk, lo bantu-bantu apa kek di rumah. Gue ada janji jam lima sama mama," kata Titania yang diangguki oleh Alvaro.

15 menit kemudian ...

Titania segera memasuki rumah setelah Alvaro berlalu pulang ke rumahnya, ia segera menemui ibunya yang pastinya sedang menunggunya saat ini.

"Ta! Kenapa baru pulang?" tanya Mama dengan nada cerewetnya. "Kan udah Mama bilang jangan pulang telat, ayo kita ke butik. Mama harus siapin dress kamu," lanjutnya.

"Loh, aku mandi dulu dong ... masa kayak gini? Jelek nanti," kata Titania memprotes tindakan ibunya yang tergesa-gesa.

"Ya sudah, cepat ya mandinya. Udah sore ini, kita datang ke acara teman mama jam tujuh."

Titania dengan segera bergegas untuk ke kamarnya agar bisa mandi dan memenuhi keinginan ibunya yang akan mengajaknya ke sebuah butik untuk memilih dress yang akan ia pakai.

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, membuat Titania mengernyit heran. Siapa yang mengiriminya pesan seperti ini?

Pengen ketemu sama lo, pengen ungkapin semuanya. Tentang gue, tentang Alvaro dan tentang semuanya sama lo, Titania.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro