08

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

__

Aku baru saja melewati ambang pintu ruang guru dan melihat masih banyak guru yang berada di tempatny, mungkin jadwal mereka tidak ada untuk jam ini. Aku ke ruangan ini karena di suruh oleh Bu Sri untuk mengambil kertas entah berisikan apa, yang jelasnya kertas itu berada di atas meja.
 
"Sudah saya bilang, kalau di sekolah itu jangan melanggar aturan."

Aku menoleh saat berada tepat di meja Bu Sri. Mataku membelalak kaget karena saat ini aku melihat Ghali berada di ruang guru juga. Entah siapa nama guru yang berhadapan dengan Ghali.

"Kerjakan tugasmu! Jangan malas masuk di mata pelajaran lagi! Dan jangan tambah pelanggaranmu dengan berkelahi di sekolah kalau kamu tidak mau di drop out."

Aku mengambil kertas-kertas di meja Bu Sri, tetapi pandanganku tak sedikitpun beralih dari Ghali dan Bu guru itu. Kulihat Ghali tidak mengeluarkan sepatahkata pun, sedangkan guru itu terus mencerocos.

"Sudah, kamu kembali ke kelasmu."

Aku melihat mulut Ghali masih tertutup rapat. Dia pergi dengan wajah datar. Aku sedikit tersentak saat kami saling bertatapan, walau sedetik. Aku menunduk dan cepat-cepat keluar dari ruangan itu.

Aku takut berurusan dengan orang-orang yang terkenal di sekolah ini.

"Itu pacarnya Kak Agam, 'kan? Biasa aja." Mataku menoleh dan mendapati dua siswi yang sedang menatapku. Saat ini aku berada di koridor kelas XI dan itu artinya mereka adalah senior-seniorku.

Berita itu sudah menyebar ternyata.

Cepat-cepat aku berjalan menuju kelas, sebelum Bu Sri marah-marah karena aku terlalu lama. Tetapi, suara benturan keras membuatku lagi-lagi tersentak. Aku melirik pintu kelas yang sedikit terbuka. Karena penasaran, aku membuka pintu itu lebar-lebar. Kertas-kertas yang kupegang nyaris jatuh saat kulihat Ghali sedang memukuli siswa lain. Mulutku segera kututup dengan tangan kanan. Tenggorokanku terasa tercekat saat melihat insiden itu. Siswa yang dipukulinya sudah babak belur. Bahkan siswa itu tidak sanggup lagi untuk duduk. Dia terlentang di atas lantai.

"Dasar cupu! Lo beraninya cuma main keroyokan. Giliran satu lawan satu lo udah mau mati."

Kakiku gemetaran saat melihat darah mengalir di hidung siswa yang dipukuli Ghali. Aku tidak sanggup lagi. Dan saat Ghali berbalik dan menatapku dengan tatapan kaget, aku sudah tidak mengingat apa-apa lagi.

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro