3. Talent Kedua?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jari-jariku bergerak mahir di atas keyboard transparan yang saat ini mengambang tepat di depanku. Di sampingku, berdiri Sello yang tengah menampilkan file berisi data-data dari alat-alat abad 23 ciptaan Profesor Albert menggunakan LED transparannya yang muncul dari mata robot itu.

Saat ini aku sedang berdiri menghadap dinding yang tengah menampilkan monitor transparan sambil meng-input data mengenai alat tambahan untuk perang. Sesekali aku melihat ke arah Sello, memastikan tidak ada nama alat yang terlewatkan, agar aku bisa langsung memintanya nanti kepada Profesor Albert.

"Data has been entered successfully."

Aku pun mundur beberapa langkah kemudian berbalik badan. Aku akan pergi menemui Alpha Mykael.

"Sello, matikan keyboard dan monitornya serta simpan kembali file berkas berisi data-data alat profesor Albert! Falla bereskan kamarku!" pesanku sebelum meninggalkan kamar dan masuk ke dalam lift dinamis.

"Oke, Beta Aaron," sahut mereka kompak.

Aku berdiri di dalam lift sambil sesekali memainkan jam tanganku dan melihat wilayah kekuasaan Alpha Mykael melalui peta hologram. Entah kenapa, aku merasa tidak tenang. Ya, semenjak pertemuanku dengan gadis itu, aku selalu memikirkannya.

"Kapan kita akan mencari mate kita Aaron?" ucapan Sky membuat aku sedikit tersentak kaget dan mematikan peta hologram di jam tanganku.

"Aku juga tidak tahu, Sky."

Aku menghela napas kemudian memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana.

"Aku tahu umurmu masih 21 tahun, tetapi keberadaan mate itu juga penting, Aaron. Kau terlalu sibuk memikirkan perang sehingga hampir lupa dengan pasangan hidupmu."

Perkataan Sky seakan menamparku secara perlahan. Hatiku semakin merasa tidak tenang. Mendadak aku ingin mencari mate-ku sekarang juga. Tetapi, bayangan-bayangan perang melintas begitu saja di pikiranku. Aku tidak ingin Alpha Mykael kalah di dalam perang.

"Aku berjanji, setelah semua urusan ini selesai, kita akan langsung mencari mate kita, sampai ketemu. Namun, sebelum itu, kita harus membawa kemenangan dulu untuk Lune Noire Pack!" seruku kembali termenung sambil membayangkan wajah mate-ku dan tanpa sadar mulai tersenyum kecil.

"Baiklah, Aaron. Aku akan selalu membantumu," sahut Sky sedikit dramatis, namun membuatku merasa beruntung memiliki wolf sepertinya.

"Hei, apakah kau tidak ingin keluar dari lift ini?"

Aku menegakkan posisi tubuhku yang semula bersandar di dinding lift. Sepertinya, lift ini sudah berhenti sedari tadi tetapi aku baru menyadarinya.

"Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal?"

"Aku ingin, tetapi kau terlalu sibuk memuji-mujiku, jadi aku biarkan saja .... "

"Terserah!"

Dengan langkah kesal, aku pun keluar dari dalam lift menuju ke pintu yang menghubungkan dengan taman belakang. Ngomong-ngomong sudah lumayan lama aku tidak ke sana. Pintu kaca tersebut langsung menggeser otomatis saat aku hampir sampai di dekatnya.

Menarik nafas dengan pelan seraya memejamkan mata adalah refleks pertama yang aku lakukan begitu kakiku menginjak rumput hijau di taman. Udara pagi ini begitu menyegarkan dengan langit yang tampak sedikit mendung. Ah, aku baru ingat sebentar lagi akan masuk musim dingin. Pantas saja suhu di sekitarku mendadak lebih rendah dari biasanya.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru taman sambil mencari-cari sosok Alpha Mykael. Tampaknya dia belum datang. Melihat bangku taman yang kosong, aku pun berjalan ke arah bangku tersebut kemudian duduk di sana.

Susah hampir 30 menit aku duduk di sini, namun belum ada juga tanda-tanda akan kehadiran Alpha Mykael, sampai akhirnya mindlink dari Sky mengusik lamunanku.

"Hei, Aaron, masih marah denganku ya?"

Sky menggeram kesal saat aku berpura-pura tidak mendengar dan memilih memetik dedaunan di pohon kecil yang tumbuh tak jauh dari bangku taman.

"Hah ... sayang sekali, padahal aku tahu penyebab kenapa rogue-rogue itu menurut sekali denganmu."

"Arghh, kau menyebalkan Sky!"

"Iya, aku tahu aku tampan."

"Tidak, kau tidak tampan. Aku yang tampan, sedangkan wajahmu seperti serigala."

"Tapi, aku memang serigala!" seru Sky cepat.

Tanpa sadar aku menjatuhkan daun yang beberapa menit lalu aku petik. Kemudian mencerna perkataan Sky. Benar juga ya?

"Sudahlah, lupakan saja. Sebaiknya cepat kau katakan apa yang sebenarnya terjadi!"

"Cih, dasar. Baiklah karena aku tampan dan baik, akan aku beritahu."

Aku hanya berdehem malas kemudian bersandar di kepala kursi dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Kau tahu, Aaron? Kau mendapatkan talent saat umurmu baru menginjak 10 tahun, dan tidak hanya satu talent tapi dua talent sekaligus."

Tubuhku kembali tegak, mendengar ucapan Sky. Rasa kantuk yang sempat singgah dan hampir saja membuatku kembali tertidur enyah begitu saja.

"Dua talent?"

"Ya ... time pause dan mind ilusion. Namun, tampaknya saat itu kau tidak menyadarinya sama sekali, dan menganggap bahwa kau hanya punya satu kemampuan, yaitu time pause, hingga perlahan-lahan bakat mind ilusion-mu pun memudar untuk sementara waktu."

"Jadi, menurutmu aku telah menggunakan talent mind ilusion-ku kepada sekawanan rogue dan juga pemimpin mereka saat itu, begitu?"

"Benar, Aaron. Kau telah membuat sebuah ingatan palsu di pikiran mereka, seolah-olah mereka sudah kenal dekat denganmu."

"Tapi, bagaimana bisa aku tidak menyadarinya, Sky? Dan, darimana kau tahu tentang ini semua?"

"Mungkin, kau masih perlu beradaptasi dengan talent mind ilusion-mu, Aaron. Dan tentang darimana aku bisa tahu, aku tahu ini semua dari Moon goddess, ia menghampiriku lewat mimpi."

Aku menundukkan kepalaku dan mengusap wajah sedikit kasar. Berkali-kali aku menghela napas, mencoba untuk menata setiap kalimat yang keluar dari mulut Sky. Kenapa ... kenapa baru sekarang fakta ini terungkap? Bagaimana kalau suatu saat aku tanpa sadar menggunakan talent mind ilusion-ku kepada Alpha Mykael, atau Luna?

"Maafkan aku, Aaron. Aku sudah lama ingin memberitahumu, tetapi keadaan sedang tidak mendukung. Kau sangat sibuk mengurusi masalah perang, dan aku takut hal ini mengganggu konsentrasimu. Dan, aku sarankan, kau jangan menatap mata seseorang dalam keadaan pikiran yang tengah kosong, atau mind ilusion-mu akan aktif secara otomatis, tanpa kau menyadarinya."

"Ya .... " balasku lemah.

"Hai, Aaron. Maaf, aku sedikit terlambat." Aku menoleh cepat ke arah kanan dan mendapati Alpha Mykael yang tengah berdiri dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku jaketnya.

"Ah, tidak apa-apa Alpha, aku sendiri juga baru saja sampai," balasku sedikit berbohong.

Alpha Mykael langsung mendudukkan dirinya di sebelahku sambil terus menatap ke depan.

"Hehe, aku tahu kamu sudah menunggu hampir setengah jam disini Aaron."


Lirikan serta ucapan Alpha Mykael barusan membuatku meringis kecil dan tanpa sadar menggaruk area tengkukku.

"Bagaimana, Aaron? Apakah ada hambatan saat kau bertemu dengan rogue-rogue itu? Terutama dengan pemimpin mereka," tanya Alpha Mykael kemudian.

Aku menggeleng seraya tersenyum kecil.

"Tidak ada Alpha, semuanya berjalan lancar, rogue-rogue itu setuju untuk membantu pack kita."

Sebelah alisku terangkat saat Alpha Mykael menatapku intens, membuat aku bisa dengan jelas melihat kerutan di keningnya.

"Mereka tak melakukan perlawanan sama sekali?"

"Tentu saja ada, Alpha. Tapi, hanya Coinour Rogues yang melakukannya, itupun cuma di awal-awal saja, setelah itu mereka langsung menurut dan tak lagi berusaha menyerangku," jelasku santai yang sepertinya malah membuat Alpha Mykael semakin bingung.

"Kau tenang saja, Alpha Mykael, aku sudah mengurus semuanya, ah ya dan satu lagi, aku akan menemui Profesor Albert hari ini."

Melihat Alpha Mykael yang tiba-tiba saja memegang area keningnya sambil melakukan gerakan seperti memijat, aku pun langsung menegakkan posisi tubuhku secara spontan.

"Kau tak apa-apa, Alpha Mykael. Apa kau sakit?"

"Tidak, aku tidak apa-apa, mungkin ini hanya efek kurang tidur saja."

"Lihatlah, Sky. Gara-gara kau aku jadi mengganggu waktu istirahat Alpha. Seandainya kau memberitahuku lebih awal, aku tak mungkin mengajak Alpha Mykael untuk ketemuan sepagi ini, hanya karena ingin menceritakan kejadian aneh yang aku alami saat itu," ucapku sedikit emosi kepada Sky.

"Maafkan aku, Aaron," sahut Sky dengan nada pelan, yang membuat aku malah merasa bersalah dengannya.

Aku pun memandang ke arah Alpha Mykael lagi dengan tatapan ragu.

"Aku benar-benar minta maaf, Alpha. Seharusnya aku tidak memintamu untuk bertemu denganku sepagi ini."

"Sudahlah, Aaron. Kau tak perlu berlebihan seperti itu. Baiklah, aku masuk ke dalam dulu. Terimakasih banyak atas kerja kerasmu dan semoga perjalananmu lancar."

Alpha Mykael berdiri dari posisi duduknya kemudian menepuk-nepuk pelan bahuku.

"Terima kasih kembali, Alpha Mykael."

•••••

Aku mengendarai flyboard ku menuju ke ruangan transportasi waktu dengan kecepatan tinggi. Aku tak peduli lagi kalau memang harus menabrak dinding untuk yang kedua kalinya. Sebuah tas multifungsi sudah terpatri indah di punggungku.

Beberapa maid tampak kaget melihat aku melesat bak kilatan di langit dengan meninggalkan secercah cahaya kebiruan di sepanjang koridor.

Setelah melewati beberapa koridor dan juga hampir terpental kala ada tikungan tajam, akhirnya aku sampai di depan sebuah ruangan dengan dilapisi kaca transparan berisi mesin-mesin dan juga monitor besar di setiap sisi dindingnya. Lampu di sekitar monitor tersebut tampak berkelap-kelip, memperlihatkan warna yang setiap detiknya berubah-ubah.

Aku pun melompat dari atas flyboard, membiarkannya mengapung di udara kemudian memberi kode ke arah robot yang berdiri tak jauh dari scanner suara. Ya, robot tersebut sedang menunggu kedatanganku.

"Ini, Beta Aaron," ucap Fed sambil menyerahkan sebuah tanda pengenal yang berisikan biodata singkat diriku, dan juga sudah sedikit dipalsukan.

Tanda pengenal berbentuk card dengan ukuran sedang ini bisa aku gunakan ketika tanpa sengaja bertemu polisi patroli yang biasanya berkeliling di hari-hari tertentu, memastikan bahwa tidak ada penyusup yang datang dari masa lalu, maupun masa depan.

"Terimakasih, Fed," ucapku sambil menatap robot putih yang tengah berdiri di depanku itu.

"Sama-sama, Beta Aaron."

Aku pun melangkah masuk ke dalam ruangan transparan tersebut setelah memindai suaraku di voicescanner, tak lupa pula untuk menitipkan flyboard-ku kepada Fed.

"Sudah siap untuk melakukan perjalanan waktu lagi, Beta Aaron?" tanya salah satu ilmuwan yang tengah mengotak-atik keyboard transparan-nya sambil sesekali menatap ke arah monitor.

"Tentu saja, Profesor Elena."

"Baiklah, kami sudah menyiapkan transportasi waktumu."

Aku menganggukkan kepalaku kemudian duduk di sebuah kursi putih dengan meja di depannya yang menampilkan monitor berisi gambaran tempat yang akan aku tuju.

Sesuai dengan prosedur, aku pun menyandarkan tubuhku dengan kedua tangan yang menempel di 'lengan' kursi. Mengosongkan sebagian pikiranku agar tenaga yang aku punya tidak terlalu terkuras ketika sedang berada di jalur waktu yang akan aku lewati nanti.

"Davian Aaron, March 20, 2179 is ready to go to Professor Albert's building on March 20, 2279."

Setelah Elina mengucapkan kalimat tersebut, ia pun menekan tab berukuran sedang di tangannya. Beberapa ilmuwan tampak melihat ke arahku, sementara ilmuwan lainnya mengawasi monitor dengan posisi siaga.

Perlahan-lahan aku memejamkan mata, bersamaan dengan bobot tubuhku yang terasa lebih ringan dan seperti tidak sedang menduduki apa-apa.

Meskipun dengan mata tertutup, aku masih bisa merasakan cahaya terang yang sedang menerpa wajahku, yang itu artinya sekarang aku tengah berada di ruang waktu untuk melewati proses pertukaran posisi tubuh dari abad 22 menuju ke abad 23.

Tobecontinued ....

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cuma mau bilang, semoga kalian terhibur :')

Oke, sekian,

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro