4. Langkah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tangannya dengan lihai menata rambutnya, tidak membiarkan barang sehelai dua helaipun tak ikut tersisir. Dengan bandana bermotif momiji khas dirinya, [nama] sudah merampungkan penampilan finalnya. Sweater hitam dengan bawahan kulot sewarna dan akhirnya dilengkapi oleh long coat berwarna cokelat hangat. Ah, jangan lupakan syal merah yang cukup tebal sudah melingkar indah di lehernya, hadiah dari Kageyama musim dingin tahun lalu.

Gadis itu memasang senyum manis, dalam hati meyakinkan diri bahwa hari ini ia pasti akan berhasil. Ehem, berhasil meningkatkan status dirinya dan teman berinisal KT-nya itu dari teman menjadi teman seumur hidup.

Sedang asyik memuji kecantikan dirinya, ponsel di atas meja bergetar dan layar hidup seiring sebuah notifikasi pesan muncul. Sudut bibirnya tertarik menjadi lebih sumrigah. Jika hanya dengan konten pesan itu saja dirinya sudah senang, [nama] mulai tak bisa membayangkan dirinya dengan Kageyama di kencan mereka nanti.

Jadi?

Aku sudah di depan pagar apartemen.

Membaca pesan terbaru, dengan segera langkahnya membawa diri ke jendela, memastikan perkataan sang pemuda. Dan benar saja, netranya menangkap pemandangan Kageyama yang sedang berkutat dengan ponselnya. Tertawa pelan, [nama] sudah bisa menebak apa yang kepala ceri itu lakukan sekarang. Sebelum pesan berikutnya menyusul dari Kageyama, [nama] sudah lebih dahulu melontarkan peluru.

Kamu tampan :)

Aku sudah bergerak, Bos!

.

Tangan jahilnya tidak bosan-bosan memainkan ujung coat Kageyama sembari mereka melangkah. Dan ingin pamer sebentar, kini [nama] mulai yakin kalau dirinya dan Kageyama mungkin adalah jodoh. Lihatlah, outfit mereka hari ini serasi sekali. Ah, lupakan hal tak berguna itu, mari pindah ke bagian selanjutnya.

Kaki jenjang Kageyama memaksa [nama] untuk melangkahkan kaki lebih banyak dari biasanya. Setelah beberapa saat, mungkin karena mendengar napas gadis itu yang menderu, Kageyama akhirnya memperkecil langkahnya.

Mukanya menoleh ke [nama]. "Kau masih bisa jalan?" tanyanya setelah menghentikan langkah.

[nama] memutuskan untuk diam sesaat; memikirkan beberapa kemungkinan jawaban. Karena sejatinya, dia adalah gadis yang selalu memperhitungkan langkah mendekat ke target.

Menggeleng pelan, [nama] memasang wajah lelah. "Mungkin hanya aku, tapi karena kecepatan berjalanmu tadi membuatku kepanasan dan sesak napas," katanya, "bagaimana kalau aku digendong?"

Kageyama terperanjat. Sama sekali tidak menyangka usulan yang diucapkan sahabatnya itu. Tapi tentu saja pemuda itu tak menolak. Ini kesempatan baik untuk melakukan pendekatan.

Pemuda itu kemudian berjongkok di depan [nama]. Tangannya sudah siap dijadikan penahan berat badan sang gadis.

"Ya sudah, naik."

Kali ini [nama] yang berhasil dibuat kaget. Temannya ini sudah semakin berani saja, tidak seperti anak kecil yang malu-malu seperti dua tahun yang lalu. Melepaskan tawa kecil, gadis itu langsung naik ke punggung Kageyama. Begini-begini, gadis itu yakin dia tidak terlalu berat. Lagipula stamina dan kekuatan fisik Kageyama tidak perlu dipertanyakan lagi.

"Aku berat?"

"Berat sekali."

"... Omong kosong."

Di sore yang hangat itu, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan momiji yang mulai berubah warna dan beberapa ada yang mulai gugur. Tidak seromantis pasangan lain, namun mereka dua percaya ini mendekatkan mereka satu langkah ke target mereka.

Satu dua langkah lagi, pst!

Target pasti berhasil dilumpuhkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro