Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Layaknya anak-anak pada umumnya, dongeng adalah pengantar yang menyenangkan untuk menuju alam mimpi. Sebelum tidur, Ibu sering menceritakan dongeng-dongeng luar biasa kepadaku. Kisah orang-orang hebat, pemilik kekuatan super, bintang yang berkelap-kelip dengan para penghuninya. Ya, bintang yang berpenghuni.

Kata Ibu, ada bintang kembar yang seperti bumi. Di dalamnya banyak makhluk yang hidup dengan tentram. Manusia-manusia taat aturan, hewan-hewan purba, benda-benda pusaka, tumbuhan dengan buah yang lezat, semua ada di sana. Itu hanyalah sebuah dongeng, tapi aku sangat suka jika Ibu bercerita tentang bintang itu. Bintang Trang dan Srang. Bintang yang tak kasat mata tapi ada keberadaannya.

Aku Dev, yang dulu punya cita-cita mengunjungi dunia yang biasa Ibu dongengkan. Hanya dongeng, tapi semakin aku tumbuh besar, semakin yakin aku atas keberadaannya. Walau teman-temanku sering mengolokku karena hal itu, aku tetap tak peduli. Walau karena keinginanku itu banyak pasang mata yang menganggapku aneh, tidak melunturkan rasa ingin tahuku pada dunia itu. Aku memang aneh. Tidak, bukan aneh. Aku berbeda ....

***

Sejak kecil, aku tidak mengenal arti teman, karena memang aku tidak memilikinya. Lebih tepatnya, tak ada yang mau berteman denganku. Lagi pula siapa juga yang ingin berteman dengan orang yang aneh?

Ketika anak-anak lain asyik berbicara dengan dongeng yang mereka dapat seakan mereka sama-sama berada dalam cerita tersebut, atau saling membantah atas versi cerita yang mereka dengar ketika yang temannya katakan tidak sesuai dengan yang mereka ingat, aku tidak bisa melakukan itu. Aku tak kenal dengan tokoh-tokoh dalam dongeng mereka. Sebaliknya, mereka juga tak mengenal tokoh-tokoh dalam dongeng yang kudapat dari Ibu. Saat aku menceritakan tokoh-tokoh hebat dari dongeng Ibu, mereka malah memandangku dengan tatapan yang aku tidak suka.

Itu mungkin hanya salah satu alasan aku dianggap aneh sehingga tak memiliki teman, masih banyak alasan lainnya yang membuatku memang pantas untuk dijauhi.

***

Aku sadar, aku tak pantas dekat dengan seseorang. Teman apalagi kekasih. Aku tak pernah berharap memilikinya ... hingga dia datang.

Gadis dengan rambut lurus sepanjang dada, kulit putih dan senyuman manis yang terlihat bersinar di mataku. Dia datang sendiri, menawarkan pertemanan.

Aku tidak bisa ragu, wajahnya terlihat sangat tulus. Itu kali pertamaku dipandang dengan mata berbinar oleh orang lain. Setelah lama merasa sendiri, kesepian, seramai apa pun tempat yang kupijak, dia datang memberi warna baru dalam hidupku.

Namanya Ananta. Gadis pindahan dari luar kota saat aku duduk di bangku kelas sebelas.

Aku memang berbeda ..., tapi Ananta juga berbeda. Dia orang yang tidak pernah memandangku dengan tatapan yang aku tidak suka. Dia normal layaknya orang-orang lain, dongeng masa kecilnya pun sama dengan dongeng masa kecil anak-anak lain. Namun, dia tidak keberatan--bahkan antusias--mendengarkan dongeng-dongeng aneh dariku.

"Menurutku itu tidak aneh. Malah seru. Aku jadi membayangkan kalau aku juga punya kekuatan super. Pasti keren sekali. Aku akan menyelamatkan dunia, seperti super hero di film-film!" ucap Ananta sambil memandang mataku.

Tidak, dia tidak terlihat berbohong. Dia benar-benar antusias mendengar dongeng aneh milikku.

"Kalau aku bisa mengunjungi Bintang tak kasat mata itu, aku akan coba mencari kekuatan paling sakti dan memberikannya kepadamu. Biar kamu bisa menjadi super Hero yang menyelamatkan dunia."

Ananta tertawa mendengar jawabanku. Tawanya sangat indah di telingaku, tidak terlihat seperti tawa mengejek seperti yang biasa aku dengar dari orang lain.

"Janji?"

Aku mengangguk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro