(1) Tugas cermin tema kematian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Assalamualaikum, Kak!" seru seorang pemuda.

"Waalaikumussalam Put, ada apa kok kamu keliatannya cemas gini?" tanya seorang wanita berjilbab lebar tersebut.

Dia adalah Elhawa sering di panggil El, dan pemuda yang datang tadi adalah Putra.

"Kak aku ada berita buat Kakak tapi Kakak yang kuat ya Kak!"

El semakin bingung dengan tingkah Putra, sungguh dia sangat penasaran.

Sementara Putra masih bingung ingin memberitahu informasi ini.

"Kak."

"Iya Put, cepet bicara ada hal penting apa sampe kamu panik gini?"

"Kak itu Kak...kak Ilham itu Kak...."

"Kak Ilham kenapa Put ada apa sama kak Ilham?" potong El.

El sudah mulai khawatir tentang kak Ilham.

"Kak Ilham meninggal dunia di tempat kecelakaan tadi Kak," ucap Putra sambil menahan tangisnya.

Seketika sekujur tubuh El lemas mendengar berita mengejutkan itu.

"Innalillahiwainnailahirojiun Kak Ilham...hiks kenapa Kakak tinggalin aku Kak hiks...aku juga belum kasih tau kan Kak hiks...kejutan yang mau aku kasih tau hiks...kenapa Kakak malah ngasih hiks...aku kejutan duluan...."

El masih dalam tangisannya, Putra pun sudah kalut dalam kesedihannya tapi dia juga tidak mau melihat kakak iparnya menangis.

"Kak, kak El tenang dulu Kak."

"Gimana aku bisa tenang Put, kak Ilham bahkan belum tau kalo aku lagi hamil anaknya," lirih El.

Deg!

Seketika tubuh Putra menegang mendengar kata-kata El, sungguh semua keluarga belum ada yang diberitahu hal kehamilan El ini.

------------------------------------

Enam belas tahun kemudian

Aku masih gak nyangka Kak, kakak udah tinggalin kita semua dan menghadap panggilan Allah, Kak gimana kabar Kakak di sana Kak, disini aku dan anak-anak kita baik-baik aja Kak, Kakak tau gak anak kita udah  remaja tau Kak, batin El sambil memikirkan Ilham.

El masih sangat menyayangi Almarhum suaminya itu, tidak pernah sedikitpun ada niatan untuk menikah lagi, walau banyak yang ingin meminang El kembali, namun El tidak ingin sedikitpun, bagi El pernikahan cukup satu kali dalam hidupnya, dan jika memang maut memisahkan dia dan suaminya di dunia, dia berharap Allah masih menyatukan nya di akhirat kelak.

"Mi, umi lagi mikirin apa Mi?" tanya gadis berwajah mungil berparas mirip Ilham tersebut.

"Eh Alwa, Umi gak lagi mikirin apa-apa kok, kamu ngapain mukanya cemberut gitu?"

Ya dia adalah anak El, yaitu Halwah dan ada satu lagi bernama Hanafi, kurang lebih lima belas  tahun lalu El melahirkan kembar putra putri, mereka memiliki paras yang lebih mirip dengan Almarhum ayahnya yaitu Ilham, hanya mata dan alis El tidak lepas dari diri mereka, dan sifat halwah yang lebih aktif dari Hanafi, Hanafi lebih dominan diam tetapi dia cukup berhasil menjadi sosok kakak yang baik untuk adiknya yang pecicilan, ralat lebih aktif darinya.

"Mi kak Anaf mi, kak Anaf masa nggak ngedengerin aku ngomong dari tadi Mi!" seru Alwa sambil mengerucutkan bibirnya.

Seketika Anaf membelalakkan mata mendengar keluhan adiknya, dia langsung berjalan cepat menuju tempat Umi dan adiknya.

"Heh apasih kamu Al, gak Mi gak aku tadi cuma lagi fokus nonton doraemon sama Nobita kok," elak Hanafi.

El terkekeh mendengar penuturan anak laki-lakinya itu.

"Doraemon apanya Naf, itu dari tadi acara TV nya berita, doraemon nya masuk berita gitu," El masih terkekeh melihat tingkah anaknya itu.

Hanafi merutuki kebodohannya sendiri, dia menggaruk tengkuk kepalanya padahal tidak merasa gatal.

"Huuuuu makanya kalo aku lagi bicara tuh di dengerin!" seru Halwah.

"Hey! Sudah-sudah, Anaf, Alwa gih sana kalian belajar saja dan persiapkan peralatan untuk ajaran baru nanti!"

"Yaudah deh Mi Alwa ke kamar ya Mi."

"Anaf juga ya Mi."

"Iya gih sana kalian ke kamar, jangan tidur terlalu malem ya!" perintah El.

"Siap bos," ucap Anaf dan Alwa bersamaan.

El kembali terkekeh melihat tingkah anak-anaknya.

Setelah itu Alwa dan Anaf menuju kamarnya masing-masing.

El mengulum senyum, seandainya kamu masih disini kak, kamu pasti bahagia melihat anak-anakmu ini Batin El.

"Semoga kelak kita di persatukan kembali di Akhirat kak," ucap El yang  tak di sadari menitihkan air mata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro