Husband's Praises

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🍁Husband's Praises🍁
⚜Crown Lelya⚜
🦋 Choi Dae Zi  X  Min Yoon Gi 🦋

📖📖📖📖📖

Choi Dae Zi tidak pernah tahu kenapa suaminya selalu menghubunginya di sela-sela kesibukan di kantor, menyempatkan waktu untuk memujinya. Sudah jutaan kali ia mendengar pujian itu dari suaminya. Terhitung sejak mereka menikah. Saat mengawali hari, sarapan, di kantor, baru pulang kantor, setelah menyiapkan air hangat untuk mandi, bahkan di penutup hari pun ia selalu mendengar beberapa patah kata pujian dari suaminya.

Terkadang ia bertanya-tanya sendiri, apa gerangan yang membuat suaminya tanpa bosan memujinya. "Cinta? Apa dia sedang melakukan penyelewengan?"

Oh ayolah, jawaban pertama tampaknya akan lebih tepat. Daezi tidak membiarkan ketidakpercayaan menghantuinya. Saat pertama ia menikah, ia telah mengajukan persayaratan. "Aku bukan wanita yang sempurna. Kecerobonku keteledoranku masih saja sering aku lakukan meskipun tak separah dulu."

Lelaki tampan itu tersenyum, bagi Min Yoon Gi perempuan yang ingin dipinangnya itu adalah sosok yang sempurna dalam segala hal.

"Aku berharap kau punya rumah." Sungguh kedua orang tua perempuan itu terkejut, ia tidak pernah diajarkan menjadi perempuan yang memandang materi. "Rumah yang kau dirikan atas dasar keinginanmu, rumah yang kau bangun dengan keringatmu." Tidak ada yang mengerti mengenai ucapan Daezi.

Menurut Daezi sosok lelaki yang telah memikirkan membangun rumah tanpa bantuan orang tua, adalah sosok lelaki yang bertanggung jawab. Dan, memang kebetulan saja, lelaki nan tampan itu sudah memikirkannya beberapa tahun lalu, ia telah bekerja keras selama ini untuk membangun rumahnya sendiri. 'Tanpa bantua orang tua?' Iya, tanpa bantuan orang tua.

Alasannya karena, ia ingin memiliki rumah sendiri saat menikah nanti. Bukan berarti Yoongi tidak ingin tinggal bersama kedua orang tuanya, hanya saja ia ingin seperti ayahnya. Membangun sebuah keluarga di rumah penuh keringat, dengan begitu Daezi akan selalu menghormatinya sebagai lelaki yang bertanggung jawab.

"Aku sadar berani berkeluarga berarti berani menghadapi masalah serta tantangan. Aku bisa menoleransi sebuah kesalahan, seperti saat suamiku menjatuhkan piring dan terpaksa aku yang harus membersihkannya, saat suamiku tidak cepat pulang karena tugas dan aku sedang menunggunya, saat pakaian suamiku tergeletak di atas kasur karena lelah bekerja, saat suamiku tiba-tiba membuatku jengkel karena banyak hal lainnya lagi, atau saat suamiku mulai jenuh menghadapiku. Aku bisa memaafkan kesalahan-kesalahan itu, tapi aku sangat tidak bisa memaafkan sebuah perselingkuhan. Aku tidak berharap itu terjadi, tapi jika memang itu terjadi yang aku harap tidak. Lebih baik aku mengakhiri rumah tanggaku yang semula penuh hal-hal manis dan berakhir dengan perselingkuhan. Tidak, aku sama sekali tidak ingin suamiku memiliki wanita lain. Seberat dan sesulit apa pun yang akan dihadapi tetap akan ada jalan keluarnya. Hanya saja berselingkuh?"

"Aku akan mengingatnya, dan selalu ingatkan aku akan bahayanya perselingkuhan. Bahwa aku akan kehilangan istriku untuk selama-lamanya, tanpa mendapat pengampunan, tanpa menemukan jalan untuk kembali." Selama menikah mereka saling percaya bahwa momok terbesar adalah perselingkuhan. Maka mereka menjauhinya.

'Sampai sekarang aku tidak tahu kenapa mulut suamiku itu tercipta untuk memujiku.'

Saat Daezi datang ke kantor, semua mata tertuju padanya. Bukan karena pakaian atau aksesoris yang dikenakan, pun bukan pula karena riasan, tetapi karena tingkah Yoongi yang teramat mengaguminya. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa presdir utama di perusahaan besar itu telah melakukan perselingkuhan, setiap hari lelaki itu memuji Daezi dan hal itu diyakini hanya suatu perkataan manis agar istrinya tidak berkutik atau bisa dikatakan penebusan dosa.

'Aku rasa jika dia berselingkuh, mungkin dia akan berhenti memujiku.' Memuji adalah suatu rutinitas yang hampir tidak pernah terlewatkan, maka jika sampai terlewatkan barulah ia boleh curiga. Semua mata yang memandang itu menundukkan kepala, memiliki keharusan untuk menghormati istri pemilik perusahaan. Ia tersenyum, kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangan suaminya.

Tidak ada siapa-siapa di sana, ruangan dibiarkan  kosong. Ia memanggil sekretaris Yoongi. Seorang lelaki berstelan jas mengetuk pintu, berdiri di hadapan perempuan itu lalu menundukkan kepala.

"Di mana Presdir?"

"Presdir sedang keluar bersama tuan Taehyung?"

"Taehyung? Ke mana?"

"Saya benar-benar minta maaf, Nyonya. Presdir tidak memberitahu ke mana akan pergi, beliau hanya meminta jika jadwalnya dikosongkan hari ini karena ingin keluar bersama Tuan Taehyung."

"Baiklah kau boleh pergi, aku akan menunggunya di sini?"

"Apa Anda membutuhkan minuman?"

"Aku akan memanggilmu lagi jika aku haus." Lelaki itu menunduk sebelum mulai melangkah keluar.

Daezi menduduki kursi kerja Yoongi. Figura berisikan foto pernikahan mereka terpajang di atas meja. Ia tersenyum simpul, sungguh tampak cantik dengan kedua lesung pipit yang hanya akan terlihat jika memang kebetulan sedang memperhatikannya. Ia melihat selipan kertas di dalam buku klasik kesukaan Yoongi. Ditariknya kertas itu lalu mulai membuka lipatan kertas kusut di tangannya. Satu per satu matanya mulai menelusuri tulisan tangan tak jelas itu. Kertasnya tampak sangat kusut seolah telah bertahun-tahun disimpan dan dibaca berkali-kali. Ada beberapa tetesan di dalamnya, sepertinya tetesan air mata.

Daezi membelalakkan mata, lalu mengerjap-ngerjakpkannya berusaha mengusir linangan di kedua kelopak matanya. Tanpa diundang cairan bening itu telah terjatuh di pipi putihnya, membentuk garis air deras di sana. Ia membuka mulut semakin menangis terisak. Matanya hampir selesai menelusuri setiap kata yang ditulis dalam kertas itu dan semakin membuatnya menangis. Ia berpaling pada figura pernikahannya setelah merampungkan membaca surat itu. Lagi-lagi cairan tak diundang itu terjatuh tanpa mampu menghentikannya.

Daezi berdiri, memakai kaca mata hitam yang kebetulan dibawa dalam tas. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian oleh mata bengkaknya. Ia tidak bisa menutupi hidung memerah, jadi mungkin Daezi akan menghindari siapa pun yang ada di luar sana.

Saat Daezi membuka pintu, ia terkejut oleh dua lelaki tampan di depannya. Ia lantas membelakangi suami dan sahabat suaminya itu.

"Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?" Tidak ada jawaban, jika ia menjawab Yoongi akan tahu bahwa Daezi baru saja menangis. "Sayang!"

"Kalau begitu aku pergi dulu Yoon, Jaemi meminta agar aku pulang cepat hari ini. Daezi, aku pulang dulu." Taehyung menelengkan kepala, tidak biasanya perempuan itu bersikap acuh tak acuh seperti ini. Apakah sepasang suami ini sedang bertengkar?

Daezi membalikan tubuh, membuka kaca mata, lalu memeluk Yoongi erat. "Kau baik-baik saja, Sayang?" Daezi mengangguk, ia menarik tubuh lalu memandang wajah Yoongi.

"Apa yang terjadi pada rembulanku ini?" Daezi tersenyum, sungguh ia sangat bahagia memiliki suami setampan, sepengertian dan sebaik lelaki di hadapannya.

"Maaf karena aku telah lancang membaca surat ibumu untuk ayahmu." Yoongi menyeka air mata di pipi Daezi dengan kedua tangan. "Jadi itu alasannya, kenapa kau selalu memujiku?"

"Kau pantas mendapatkannya, Sayang. Kaulah satu-satunya wanita di hatiku."

"Betapa beruntungnya aku." Surat yang dibaca oleh Daezi adalah surat yang ditulis ibu Yoongi. Tatkala sedang berjuang melawan penyakit.

Wanita terbaring di atas ranjang rawat itu meminta pada Yoongi agar memanggilkan suaminya. Namun, suaminya hanya mengatakan jika lelaki itu akan segera datang. Tanpa sengaja saat Yuran tertidur, Yoongi menemukan sebuah surat yang ditulis olehnya dengan sisa-sisa kekuatan.

'Suamiku Sayang, maafkan kondisiku yang semakin memburuk setiap tahunnya. Maafkan aku yang sudah sejak lama tidak lagi bisa membahagiakanmu, melayanimu dan memanjakanmu seperti dulu. Sayang, tampaknya saatku tidak lama lagi. Aku tenang karena telah menitipkanmu pada anak-anak kita yang telah sukses maraih keinginan. Anak-anak yang aku yakini sangat menyayangi kita. Sayang, sudah lama sekali mungkin puluhan tahun lamanya. Sudah sering juga aku ucapkan dalam candaanku. Aku ingin sekali kau puji, pujilah aku seperti dulu Sayang. Tapi kau selalu mengabaikannya dengan alasan, bahwa menyayangi tidak harus selalu memuji. Hanya saja Sayang, waktuku tidak lama lagi. Kau telah mengabulkan  semua permintaanku kecuali satu, "Pujilah aku Sayang meskipun tulangku tinggal terbalut kulit, rambutku habis, kulitku hangus, bauku amis dan aku tidak lagi semenarik dulu saat pertama kali kau jatuh cinta padaku." Berbohonglah padaku untuk kali ini saja, pujilah aku yang mungkin akan menjadi kenangan terakhir sambil meunggumu di surga nanti. Aku menyayangimu, Sayang. Aku bahagia telah mengenalmu.'

"Aku tidak tahu kapan kau akan pergi dan aku akan pergi. Maka sebelum aku menyesal seperti ayahku, aku ingin selalu memujimu." Yoongi mendekap Daezi, tidak membiarkan jarak memisahkan walau hanya sesenti. Diciumnya istrinya dengan mesra, kemudian tersenyum hangat.

"Terima kasih karena telah hadir dan menjadi penutup atas segala kelemahanku."

Dulu ayah Daezi selalu memujinya. Mengatakan, "Betapa cantik, cerdas, harum, dan hebatnya putriku." Lalu lelaki ini datang, membuatnya jatuh cinta dan meninggalkan ayah yang selalu mengaguminya.

"Aku suamimu tapi kini akulah yang akan menggantikan ayahmu untuk selalu memujimu, karena kau layak diperlakukan seperti itu sayang."

~The End~

---> aku membaca sebuah postingan dari mbak cantik di tempat magang SMKku dulu, dan ketemulah inspirasi ini. Aku mengemasnya kembali dengan gaya bahasaku dan menambahkan plot baru sebagai penguat cerita. Terimakasih mbak Fakhita.
#wife #Husband #praise #imagination #MarriedStory

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro