11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

11

"Apa maksud lo ngasih kotoran hidung ke Sheila?" Keenan langsung menjemputnya dan membawanya ke koridor sepi untuk bicara. "Gue nggak sempat minta maaf secara langsung ke dia karena dia tiba-tiba pulang sekolah...."

Sadewa menampar kepala Keenan, membuat cowok itu membatu. Kenanga mungkin tak pernah melakukan hal barusan sampai Keenan menatapnya dengan pandangan tak percaya begitu.

"Lo ini sebenarnya ada di sisi gue atau tuh cewek, sih? Karena gue hilang ingatan dan belakangan ini bertindak sembrono, lo jadi anggap gue cuma iseng nyodorin Sheila kotoran hidung? Ya nggak lah!"

"Terus, apa alasan lo?"

Sadewa menyandarkan punggungnya di pembatas balkon. "Gue punya teori kalau gue mencoba bunuh diri karena Sheila."

Keenan terdiam di hadapannya.

"Tadi dia bisikin gue, ngatain gue sebelumnya mayat hidup." Sadewa punya dugaan bahwa Keenan tak tahu apa pun tentang hal buruk di sekolah yang Kenanga alami. Cowok itu bahkan masih menitipkan Kenanga pada Sheila. "Dia nggak suka gue jadi lebih hidup. Dan nanya apa gue mau dibalikin kayak sebelumnya? Dia nggak suka lihat lo deket sama gue. Dia nggak suka lo jagain gue di rumah sakit. Sinting kali ya tuh cewek?"

Sadewa melirik Keenan yang tak merespons. Cowok itu terlihat merenung.

"Baru nyadar? Ada yang salah dari cewek yang namanya Sheila itu? Ke mana aja lo selama ini?" Sadewa berbalik, menyandarkan kedua lengannya di pembatas balkon. "Kayaknya gue dulu di-bully habis-habisan sama dia sampai mutusin buat bunuh diri."

Ada ingatan samar yang sulit Sadewa ingat. Mengapa dia merasa pernah bertemu dengan Kenanga dan cewek itu menitipkan padanya untuk membuat Sheila mendapatkan karmanya?

***

Ucapan Kenanga ada benarnya. Keenan terus memikirkan perkataan Kenanga sampai membuatnya tak bisa fokus belajar di kelas.

Ternyata ada alasan yang paling kuat mengapa Kenanga memilih untuk bunuh diri.

Keenan pikir, selama ini Kenanga baik-baik saja bersama Sheila. Terlihat tak ada yang mencurigakan dari pertemanan mereka. Walau Keenan beberapa kali menyadari bahwa senyuman Kenanga sudah lama hilang. Keenan pikir, tekanan di rumah membuat Kenanga jadi seperti itu. Keenan pikir, Sheila yang terlihat ramah itu tak sepenuhnya bisa membantu Kenanga teralihkan dari trauma di rumah.

Keenan teringat pertemuan terakhir mereka sebelum Kenanga mencoba bunuh diri. Kenanga terlihat tak baik-baik saja saat melihat Sheila bersama Keenan. Keenan juga tak menyangka mengapa Sheila tiba-tiba saja memeluknya. Tingkah cewek itu terlihat ingin memperlihatkan kedekatan mereka pada Kenanga.

Apakah tujuan Sheila ingin membuat Kenanga jadi semakin merasa sendirian...?

Keenan menghela napas. Setidaknya dia lega, mental Kenanga seolah tereset dan membuat cewek itu menjadi lebih kuat.

Keenan berhenti di ambang pintu kelas Kenanga. Dia mengernyit. Bangku Kenanga kosong. "Padahal gue suruh duduk anteng aja di sana." Keenan menatap seorang siswa yang lewat. "Lihat Kenanga nggak?"

"Oh, kayaknya tadi pulang bareng Ria dan Safira."

Keenan menaikkan alis. Dua cewek itu bukankah teman Sheila? Keenan ingat-ingat lagi..., keduanya terlihat lebih akrab dengan Sheila dibanding Kenanga.

Trauma Kenanga tak mungkin hanya berasal dari satu teman yang merundungnya. Sheila tak mungkin sendirian. Kenanga tak mungkin mendapatkan trauma mendalam jika tidak dirundung oleh lebih dari satu orang.

Keenan langsung berlari, berharap bisa mengejar Kenanga.

Semoga saja Kenanga baik-baik saja.

Keenan tak bisa mengelak lagi bahwa Kenanga dirundung oleh ketiga orang yang selama ini Keenan pikir teman baik Kenanga. Semua jelas dari perkataan Sheila pada Kenanga pagi tadi. Tak mungkin Kenanga berbohong padanya. Sejak siuman, Kenanga jadi lebih mudah menyeruakkan isi pikirannya dan bertingkah tanpa pikir panjang.

Sekolah adalah tempat pelarian Kenanga, tetapi jika di sekolah dia menderita juga, maka Kenanga harus lari ke mana selain memutus semua masalahnya dengan mencoba bunuh diri?

***



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro