15

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

15

Perkataan dukun itu membuat Dwi dan yang lain saling pandang dengan mata membelalak.

"Hantu perempuan muda, hm..., jiwa Sadewa sedang berusaha untuk melawan jiwa hantu gadis itu. Hanya jiwa Sadewa yang bisa mengatasi masalah ini."

"Apa tidak ada cara lain, Nek?" tanya Kurdi.

Ardi melepeh air yang mengenai bibirnya.

"Ada," balas Nenek Dukun. "Yaitu kalian. Kalian harus memancing kenangan-kenangan lama kebersamaan kalian dengan Sadewa. Kenangan yang membuat Sadewa berusaha untuk mengambil alih tubuhnya sendiri. Hanya orang terdekat Sadewa lah yang bisa melakukannya!" Nenek Dukun menaruh setengah batok kelapa. "Silakan bayar lewat sini. Seikhlasnya. Nenek hanya membantu dengan cara ini."

"Terima kasih, Nek! Jadi, kami hanya perlu memancing ingatan teman kami, ya, Nek?" tanya Kurdi sambil menaruh selembar uang biru diikuti yang lain.

"Benar sekali. Silakan keluar di pintu masuk."

"Kami pamit!" seru Dwi, lalu keluar dengan berjalan cepat. Tiba di pintu, dia mempercepat larinya ke motor.

Ardi menggaruk pelipisnya ketika ada di atas motor Dwi. "Bukannya cara dukun itu sama aja cara balikin ingatan orang yang lupa ingatan?"

"Apa pun itu, kita ikutin aja!" seru Dwi dengan semangat empat lima menarik gas motor menuju sekolah.

***

Nenek mengipas wajahnya dengan empat lembar uang lima puluh. "Mereka mau saja dibohongi. Lagian aneh-aneh saja, malah ke dukun beranak."

***

"Kak Abim akhirnya masuk sekolah lagi! Ya ampun ganteng banget, sih, padahal mukanya nggak kelihatan. Naik motor aja udah ganteng banget."

"Memangnya mereka habis dari mana?"

"Kak Abim dan geng motornya kan habis dari luar kota pada naik motor. Gue lihat di instagramnya. Kayaknya kemarin nggak sempet ke sekolah karena terlambat pulang."

Sadewa mendengarkan percakapan cewek-cewek yang ada di dekatnya. Sama seperti cewek-cewek itu, Sadewa berhenti mendadak hanya karena takjub melihat sekumpulan anak SMA yang melewati gerbang sekolah menuju parkiran dengan mengendarai motor-motor gede.

Sadewa tak bisa mehanan dirinya untuk tidak berlari ke parkiran sekolah untuk melihat motor-motor itu. Terutama motor paling depan! Sadewa langsung jatuh cinta dengan bodi motor yang terlihat paling cantik. Dia belum pernah melihat motor sekeren itu!

Sadewa mengerem mendadak. Ah, dia kan saat ini berada di tubuh cewek bernama Kenanga. Terkadang dia lupa situasi. Padahal baru saja dia akan menghampiri dan ingin berkenalan dengan mereka.

"Terobos aja nggak, sih?" gumamnya, tak peduli saat ini dia berada di tubuh seorang cewek. "Siapa pun bisa berteman dengan siapa aja." Saat baru melangkah satu kali, para siswa itu berlari saling mengejar. "Nanti aja lah kenalannya."

Lalu dia tertawa penuh arti menghampiri motor yang telah membuatnya jatuh hati.

Dia juga ingin menaikinya. "Yang punya nggak bakalan marah, kan, yak? Naik doang, kok."

Sadewa naik ke atas motor itu dan mengelus bodi motor milik siswa tak dikenalnya. Kelakuannya itu sampai membuat siswa-siswi lain jadi melotot atas kelakuan tak tahu malunya.

"Tuh cewek ngapain sih gesek-gesek pantatnya di motor Kak Abim!" seru seorang siswi yang lewat. "Mesum amat!"

"Siapa yang gesek-gesek pantat, bngsat!" seru Sadewa tak terima, membentak dan membuat cewek itu ciut. "Gue takjub aja jok motornya nyaman amat anjay."

***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro