2. Murid Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"KEYLAAA... Sini cepetaaan!!"

Keyla mengangkat sebelah alis merespon Agnes.
"Pagi-pagi udah heboh banget?"

"Ih, Key! Gue punya hot news hari ini." Agnes berbicara sambil menggerak-gerakkan lengan Keyla.

"Hot news? Gosip maksudnya?"

Agnes memutar bola matanya. "Ini bukan gosip, ini fakta tau! Dan. Lo. Harus. Dengerin."

"Oke. Aku bakal dengerin."

Keyla melepas ransel dan menyimpannya di dalam loker meja.

"Lo tau gak, Key? Sekolah kita katanya bakal kedatangan murid baru," bisik Agnes.

"Oh, bagus."

"Katanya murid barunya cowok, ganteng juga. Lo gak liat kerumunan cewek-cewek? Kayanya mereka lagi ngomongin si murid baru."

Keyla mengangguk-angguk. "Oalah, jadi itu. Aku kira apa."

Agnes melongo.

Keyla mengguncang bahu Agnes pelan. "Lah? Kenapa oi?"

"Oh my. Keyla, lo gak lagi sakit, kan?"

"Nggak kok, aku sehat wal afiat. Kenapa?"

Agnes menggeleng prihatin, seharusnya dia sudah dapat menebak reaksi Keyla yang memang diakuinya terlalu polos dan cuek. Bel masuk yang berbunyi langsung menghentikan segala aktifitas yang tak bermanfaat pagi itu. Pintu cokelat di sudut kanan terbuka dan tertutup kembali ketika Bu Nevi masuk dengan seorang murid laki-laki di belakangnya.

Suasana kelas meriuh seketika. Keyla masih melanjutkan menerjemahkan buku novel Bahasa Inggris yang dipinjamnya dari perpustakaan kemarin. Di sampingnya, Agnes terus saja berbisik memanggil namanya tanpa henti.

"Gue doain telinga lo gak bisa fungsi beneran baru tau rasa!"

Keyla mendengkus dan mengalihkan tatapan. "Nggak boleh mendoakan yang jelek-jelek, loh. Nanti karma."

"Ya, abisnya lo ngacangin gue."

Keyla memamerkan gigi-giginya ke arah Agnes, berharap hal itu dapat menghilangkan kekesalan sahabatnya kali ini. Agnes mendengkus dan segera memutar kepala Keyla ke arah Bu Nevi. Gadis itu tertegun. Lensa matanya seolah kehilangan kemampuan kerja hingga hanya dapat terfokus pada satu titik.

"Kaget, kan, lo?" bisik Agnes.

"Nggak, biasa aja wleee."

"Anak-anak, mohon tenang dulu. Kita kedatangan keluarga baru. Jadi, biarkan dia memperkenalkan diri."

Suasana kembali hening, tapi Keyla tahu jika semua teman perempuannya sedang menatap penuh arti.

"Bryan Araga Perdana. Salam kenal."

Suara baritone itu mengalun dengan indah di telinga Keyla. Tak jauh dari bangkunya, gadis itu melihat sebagian besar teman perempuannya mulai menata rambut mereka, ada yang merapikan kuku-kuku yang terpoles kutex, dan ada yang secara terang-terangan memakai parfume.

"Sudah jangan ribut lagi. Nah, Bryan, silahkan duduk di belakang Keyla dan Agnes."

Keyla membatu di posisinya. Bryan? Di belakangnya? Bangku di belakangnya memang hanya diisi oleh Alvin yang sekarang sedang ijin. Haruskah di sana?

Bryan mengangguk dan segera duduk di bangku seperti arahan Bu Nevi. Wajah itu masih sama datarnya seperti saat terakhir kali Keyla melihatnya. Bryan melewati Keyla yang mencuri pandang begitu saja, seolah mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

🦄🦄🦄

Bel istirahat nyaring berbunyi mengiringi kepergian Bu Nevi dari ruangan. Semuanya bernafas lega sebab terbebas dari pelajaran yang membosankan itu. Sayang, hal itu tidak berlaku bagi Keyla.

Keyla kembali menenggelamkan fokus untuk membaca sebuah novel berbahasa asing. Melihat hal itu, Agnes dengan semangatnya menutup novel tebal yang tengah Keyla geluti, membuat Keyla menoleh dengan sebal.

"Key, kenalan, yuk!"

"Kenalan?" tanya Keyla bingung.

Agnes memberi kode lewat matanya ke arah Bryan. Keyla langsung menggeleng cepat.

"Tadi udah kenalan, Nes." Keyla menjawab ogah-ogahan.

"Maksudnya kenalan secara personal, biar kita bisa lebih akrab gitu, loh, Key."

"Nggak mau. Kamu aja."

"Lah, gak bisa, dong. Kalo gue kenalan, lo juga harus kenalan!"

Tanpa menunggu persetujuan Keyla, Agnes memutar tubuh sahabatnya menghadap Bryan yang sedang membaca komik di tangan kiri.

"Hai! Kenalin, nama gue Agnes."

Bryan mengangkat wajah dan mengangguk pelan. Tanpa sengaja tatapannya tertuju pada Keyla yang terduduk di sebelah Agnes. Menyadari hal itu, Agnes segera menyikut lengan Keyla agar memperkenalkan diri.

"Aku Keyla."

Tidak ada anggukan seperti saat Agnes memperkenalkan diri. Bryan hanya menatap netra cokelat Keyla. Gadis itu segera berdiri dari duduknya dan menarik tangan Agnes ke luar kelas.

"Eh, woy, woy! Lo kenapa, sih, Key?"

Agnes tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi setelah mereka berada di koridor menuju kantin.

"Aku lapar."

"Gue baru tau ada lapar tiba-tiba."

Keyla tak menyahut.

"Key, lo gak tertarik sama Bryan? Dia ganteng, tajir, keren, masyaallah."

"Eh, tapi, jangan-jangan dia udah punya pacar? Makanya sikapnya dingin gitu."

Keyla mengerjap sekali. "Mungkin."

"Bentar lagi kelas kita pasti booming."

"Booming? Gara-gara Bryan?" tanya Keyla.

"Iya. Cewek-cewek kalau diliatin yang bening kan pasti bereaksi. Ya, gak?" Agnes menyenggol bahu Keyla beberapa kali, meminta pembenaran.

"Iya sih. Ah, yaudah, Nes, biarin aja."

Keadaan kantin tidak seramai biasanya karena kaum hawa kini sedang berkunjung ke kelas mereka. Keadaan yang justru menguntungkan Keyla dan Agnes sebab mereka jadi tak perlu menunggu lama untuk memesan makanan.

Mereka kembali ke kelas dengan makanan dan minuman masing-masing. Keyla membawa sekotak susu cokelat dan kentang goreng balado, sedangkan Agnes membawa salad dan segelas jus jeruk. Sahabatnya sedang diet katanya. Padahal menurut Keyla, tubuh Agnes sudah proporsional.

Keduanya berdiri di ambang pintu ketika kelas itu penuh dengan siswa yang berkerumun.

"Apa gue bilang?"

Keyla menyetujui ucapan Agnes. Dengan perlahan, mereka mulai memasuki kelas dengan bersusah payah. Mengucapkan permisi pada setiap orang yang menghalangi jalan membuat Agnes mengeluh tanpa henti.

"Aduh. Ini orang pada ngapain, sih? Kek gak pernah liat orang cakep aja. Risih tau, gak!"

"Sstt. Jangan keras-keras ngomongnya, nanti kedengeran," bisik Keyla.

"Biarin aja, biar mereka sadar."

Keyla duduk di bangkunya yang segera diikuti oleh Agnes.

"Bryan, nanti pulangnya bareng gue, yuk? Gue ajak keliling Jakarta, deh "

"Bryan, bagi nomor ponsel lo, ya, atau id Line, deh. Gue takut gak bisa ngerjain soal-soal, kan enak tinggal hubungin elo."

"Bryan, gua Yuli. Salam kenal sekalian salam manis, ya."

"Lo nanti ada acara nggak? Alamat rumah lo di mana? Gue pengen ke sana boleh gak?"

Keyla menghela nafas jengah. Agnes yang peka dan terkenal supel pun segera bangkit berdiri tanpa mempedulikan tatapan bertanya dari Keyla.

"Keluar, yuk, Key!"

Keyla menyeka sudut bibirnya yang terkena susu. "Eh, kemana? Kita baru aja sampe."

"Udah ikut aja."

Agnes menarik tangan Keyla agar berdiri, gadis itu kemudian mengambil salad dan jusnya.

"PERMISI PERMISI!"

Suara toa Agnes memecah kerumunan. Dengan santainya gadis itu menarik Bryan menjauh dari kelas. Mengabaikan berbagai ocehan yang keluar dari orang-orang di belakang mereka dan terus berjalan ke arah rooftop.

Keyla tercengang melihat aksi nekat sahabatnya. Dia bahkan sedang menarik dua orang sekaligus, dirinya dan Bryan. Tarikan itu baru terlepas setelah mereka tiba di rooftop sekolah.

"Hah~ Leganya."

Keyla mengernyitkan dahi. Kenapa pula harus mengikutsertakan Bryan? Ingatkan Keyla untuk mencubit Agnes nanti.

"Ngapain lo ngajak gue ke sini?"

Keyla menoleh ke arah Bryan. Lelaki itu berdiri di bawah pohon yang cukup rindang. Matanya memperhatikan keadaan rooftop yang diselimuti taman hijau buatan. Keyla dapat melihat Agnes tertawa kikuk setelah mendengar suara datar Bryan.

"Gue males di kelas yang sesak kayak gitu. Lo betah emang? Lagian yang punya ide gila ini Keyla, bukan gue."

Keyla melotot horor. Kepalanya menoleh melihat Bryan yang kini menatap dengan satu alis terangkat.

"Lo?"

Keyla kelabakan, belum lagi ketika matanya menangkap ekspresi jahil di wajah Agnes yang kini sedang duduk nyaman di bangku di bawah pohon.

"Aku-"

Belum sempat Keyla menyelesaikan ucapannya, Agnes langsung saja menyela dengan santai.

"Udah ngaku aja, Key. Kan, lo yang tadi maksa gue buat ajak Bryan ke rooftop."

Bryan melangkah maju mendekati Keyla. Membuat gadis itu melangkah mundur tanpa sadar sesuai langkah yang Bryan ambil. Dadanya bergemuruh keras ketika Bryan kembali menatapnya datar. Langkah Keyla terhenti ketika punggungnya menyentuh dinding pembatas rooftop yang hanya menahan sebagian punggungnya.

Dengan perlahan, Keyla menaikkan arah pandangnya ke wajah tanpa cela Bryan. Lelaki itu kembali sibuk menyelami netra cokelat Keyla sebelum berkedip sekali dan mengatakan hal yang membuat telinga gadis itu berdenging.

"Berhenti ganggu gue. Gue harap ini terakhir kalinya gue bicara sama lo."

Deg.

Nada rendah penuh penekanan itu membuat Keyla kebingungan, belum lagi saat perasaan sesak tiba-tiba mengisi dadanya. Setelah mengucapkan kalimat pedas, Bryan segera turun dari rooftop. Agnes segera menghampiri Keyla dengan wajah sumringah.

"Wow, Key! Gue gak nyangka Bryan langsung nyosor lo kaya tadi."

Pekikan heboh itu memaksa Keyla untuk tersenyum.

Maaf, Nes. Aku masih belum bisa cerita sama kamu. Kamu salah paham.

Bersambung~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro