Last Special Part

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Our Little Happiness"

Drabbles

Akashi x Reader

[Note: Ini Reader yang utama, k?]

***

*** (Name)'s pov ***

"Mama?"

Aku mengangkat kepalaku dari buku yang sedang kubaca saat mendengar suara yang sangat kukenal.

"Ya? Ada apa Seira?" tanyaku pada anak perempuanku yang berumur 4 tahun tersebut.

Akashi Seira, anak perempuan berumur 4 tahun yang memiliki rambut berwarna merah dan iris mata berwarna (e/c).

"Aku menggambar pemandangan! Lihatlah!" ucap Seira menunjukkan selembar kertas bergambarkan taman bunga.

Layaknya anak umur 4 tahun lainnya, gambarannya tidaklah sempurna.

"Bagus sekali, Seira." ucapku tersenyum, "Bagaimana kalau kita tempel di dinding kamarmu?"

"Bolehkah??" tanya Seira antusias.

"Tentu saja boleh," ucapku lalu menggendong Seira, "Ayo ke kamar~"

"Yaay~"

Lalu kami berdua berjalan ke lantai 2. Sesampainya di depan kamar...

"Oh, Seira sudah selesai menggambar?"

Seira langsung menoleh ke sumber suara, suara yang sangat ia kenal dari dulu,

"Papa!"

"Seijuuro." sapaku tersenyum pada Akashi.

Akashi tersenyum padaku lalu saat dia hendak membuka mulutnya...

"Papa! Aku tidak mau kalah dengan Seira!!"

Aku dan Seira menolehke belakang Akashi dan melihat anak laki-laki yang seumuran dengan Seira.

"Eeh?" kaget Seira, "Apa yang akan kau tempel, Seiji?"

Akashi Seiji, laki-laki berumur 4 tahun yang berpenampilan mirip dengan Seira.

Intinya, mereka kembar, dengan Seira lahir sebagai kakak dan Seiji sebagai adik.

"Tentu saja ini!" sahut Seiji menunjukkan selembar kertas soal penjumlahan sederhana dengan angka 100 disana, "Aku bahkan mengerjakannya lebih cepat darimu dan mendapat nilai sempurna oleh Papa!"

Seira hanya memasang tambang ngambek lalu menunjukkan gambarannya.

"Setidaknya gambaranku lebih bagus darimu dan Mama bilang ini bagus!"

Aku tertawa lalu mengelus kepala Seira dengan tanganku yang bebas (karena aku sedang menggendong Seira).

"Sudahlah, bagaimana kalau kita tempel bersama."

"Ooh, ayo!!" ucap si kembar bersamaan, memasang eksprsi bahagia nan polos layaknya anak berumur 4 tahun.

Kami pun memasuki kamar si kembar, dan melihat ruangan yang penuh dengan gambar yang ditempel serta kertas soal matematika yang sederhana dengan angka 100 disana.

"Mau di tempel dimana?" tanya Akashi ikut mengangkat Seiji.

"Mama, sepertinya disini sudah penuh." gumam Seira mengembungkan pipinya, kecewa dengan situasi sekarang.

Seiji yang melihat sekitar hanya mengangguk setuju lalu ikut mengembungkan pipinya.

Aku dan Akashi melakukan kontak mata, lalu mengangguk singkat.

"Bagaimana kalau hasil usaha kalian di tempel di kamar Mama dan Papa?" tanya Akashi membuat si kembar menoleh padanya.

"Eh, bolehkah??" tanya Seira.

"Tentu saja boleh." jawabku.

Si kembar saling tatap lalu mengangguk.

"Papa, tolong turunkan aku!" pinta Seiji.

"Aku juga!!" sahut Seira.

Aku dan Akashi hanya menuruti permintaan mereka. Setelah menurunkan mereka, si kembar berlari menuju meja mereka dengan antusias. Mereka mengambil pensil mereka lalu menulis sesuatu pada kertas mereka sebelum akhirnya mengambil lem kertas (yang aman untuk anak-anak pastinya).

"Yang duluan sampai, bebas memilih untuk menempel~" teriak Seiji langsung berlari keluar kamar, tak lupa tertawa lepas di koridor mansion (ups, lupa bilang kalau kami tinggal di mansion lol).

"Seiji, itu curang!!" sahut Seira mengejar adiknya yang sudah mendahuluinya itu.

Aku hanya tertawa lalu Akashi memelukku dari belakang.

"Syukurlah mereka bisa tumbuh jadi anak yang ceria." komentar Akashi lalu mencium puncak kepalaku.

Aku hanya tersenyum lalu bersandar pada dada bidang Akashi.

"Iya," sahutku, "Seira suka sekali mengambar."

"Begitu juga dengan Seiji yang suka berhitung."

Aku menghela napas lega, "Mereka adalah kebahagianku."

Akashi tertawa kecil lalu mengeratkan pelukannya.

"Kebahagiaan kita berdua."

Lalu suasana menjadi tenang.

"Oh, iya. Akhir minggu nanti ada pernikahan Shuuzo."

Aku mengangkat kepalaku untuk menoleh ke wajah Akashi, "Oh? Akhirnya." ucapku tersenyum, "CEO yang menikah dengan asistennya, terdengar klise tapi keren."

"Apa kita bawa anak-anak juga?"

"Tentu saja, sejak lahir mereka sudah dekat dengan Shuuzo dan asistennya."

"Baguslah kalau begitu."

"MAMA! PAPA!"

Mendengar suara si kembar yang memanggil kami, kami berdua pun langsung menuju ke kamar kami. Disana kami melihat mereka sudah berada di atas kasur dan hasil usaha mereka di tempel di dinding dekat kasur.

Aku dan Akashi mendekati mereka, dan menyadari ada sedikit perubahan di kertas mereka.

"KAMI SAYANG MAMA DAN PAPA!!"

Aku tersenyum lalu memeluk mereka berdua.

"Kami juga sayang dengan kalian, Seira, Seiji."

Tak lama kemudian Akashi ikut berpelukan.

"Benar."

***

Yosh, ini yang terakhir dariku.

Maaf pendek, soalnya ku baru buat tadi siang :v Maaf kalau namanya aneh :'v

Ciee yang punya anak kembar :v

Dengan begini (Un)spoken Word telah resmi tamat. Terima kasih buat para reader yang setia menunggu tamatnya buku ini (walaupun diriku sempat 1 bulan full gak update).

Sekali lagi terima kasih :'v

Btw, ada kejutan buat kalian para reader yang menunggu buku Ansakyou ku update :3 Silahkan cek~

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro