Bertemu Cowok Badboy CEO Termuda Terpintar Kaya Tampan Ketua Geng Mafia Dingin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bertemu Cowok Badboy CEO Termuda Terpintar Kaya Tampan Ketua Geng Mafia Dingin Psikopat Nomor 1 (Transmigrasi Wattpad)

Kolaborasi by: William_Most (HTM) & jhounebam (Teenfict)

"Coba jelaskan."

Intinya kamu bangun terlambat, jam beker berdering, buru-buru berangkat—ini hari perdanamu di SMA—dan saat berlari menuju sekolah, kamu bertemu seorang laki-laki, tetapi baru nanti kenalannya saat MOS, apalagi bangku kalian bersebelahan.

"Apakah aku transmigran?"

Di suatu padang alam baka, orang-orang mengantre, dipermak menjadi sesuatu yang berbeda, masuk pintu dimensi jingga berbentuk W yang agak melencong, menuju dunia baru. Ini giliranmu.

"Tubuh barumu?"

Kamu adalah heroine di dalam cerita sejenis platform oranye. Kamu tidak begitu pintar ataupun berprestasi, cantik pun tidak. Akan tetapi, entah mengapa kamu menarik perhatian sang tokoh hero.

"Siapa itu?"

Laki-laki bertingkah laku bengal, tetapi tampan dan dingin. Banyak perempuan di kelasmu yang ingin diledakkan dua serangkainya. Di kelas baru ini, hari pertama di sekolah atas.

Ketika kelas kosong, hanya ada kalian berdua, kamu dan laki-laki itu. Kamu diajak bicara, ternyata dia ranking satu saat pendaftaran, dia ingin mengajakmu ke suatu tempat sepulang sekolah, dan tentu saja lamborgini yang menjemputmu, dengan dia di kursi utama, menyambutmu.

Kamu diantar ke perusahaan, rupanya milik laki-laki itu. Dia CEO termuda di dunia. Kaya, pintar. Baru saja dikejutkan, lagi-lagi dia menjabat ketua geng paling menyeramkan di kota ini, anggota mafia paling bengis di dunia. Dia juga suka membunuh. Julukannya, si Psikopat Nomor 1.

"Kau datang dari dunia Wattpad?"

Dia bergeleng, angguk secara bersamaan. Bagaimana caranya?

Laki-laki itu memberitahukan manifestasinya. Orang-orang paling terkenal di dunia, mereka diculik dan dibunuh, diambil contohnya, semua itu dijadikan satu tubuh dan dibangkitkan kembali oleh teknologi pengklonaan.

"Kami adalah satu. Satu adalah kami. Kami tidak akan pernah melepaskanmu."

Tugasmu sebagai heroine adalah melenyapkannya.

"Jadi, aku akan kembali ke dunia nyata sekarang?"

Ya, laksanakan tugasmu dengan baik.

***

Kriinngg… Alarm merah itu berbunyi.

Pada saat Veli melihat jam, ia langsung terbelalak dan buru-buru mandi karena ia terlambat bangun di hari pertama masuk SMA.

Veli berlari menuju gerbang sekolahnya. Untungnya bapak satpam belum menutup gerbang. Ia segera berlari menuju kelas dan sedetik setelah ia menginjakkan kaki di kelas, bel masuk berbunyi. Veli menghembuskan napas lega.

Tanpa disadari semua orang menatap Veli yang terengah-engah karena berlari. Terutama seorang laki-laki yang duduk di bangku tengah. Veli tak mengacuhkannya dan memilih untuk duduk di kursi paling belakang.

Setelah penjelasan dan perkenalan singkat dari wali kelas selesai, semua murid berhamburan keluar kelas untuk menghabiskan jam istirahat di kantin. Tersisa dua orang yang merasa canggung di kelas.

"Lo Veli, kan?" cowok yang duduk di kursi tengah tadi bertanya. Tampangnya yang dingin membuat Veli yakin pasti cowok itulah yang harus ia lenyapkan.

"Iya." Veli menjawab singkat.

"Pas pulang mau jalan gak?"

"Eh? Jalan ke…"

"Ke perusahaan gue." Veli semakin yakin, ia adalah targetnya.

"Boleh! Makasih, ya. Ngomong-ngomong gue mau ke UKS dulu, gue pusing soalnya." Veli menjawab cepat lantas pergi.

Ia meninggalkan cowok itu dengan kebingungan. Tapi setidaknya cowok itu berhasil mengajak jalan Veli.

Sebenarnya, Veli sama sekali tidak pusing. Untung saja di UKS tidak ada orang yang berjaga. Nasib baik berpihak padanya. Lemari obat tidak terkunci. Ia langsung mengambil tiga bungkus suatu obat dan cepat-cepat pergi.

Waktu berjalan cepat hingga hari sudah mulai siang. Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Sekarang Veli sedang menunggu cowok itu di koridor sekolah sambil menyeruput minumannya. Ia juga membelikan cowok itu ice coffee.

"Sorry, lama nunggu, ya? Masuk sini." Kedua bola mata Veli membesar saat melihat dirinya dijemput Lamborghini. Veli tersenyum miring. Ia segera masuk dan duduk di sebelahnya.

"Eh nih, gue beliin ice coffee buat lo." Dengan senyum simpul Veli menyerahkan minuman itu.

"Wah, thank you loh."

"Tugas ini terlalu mudah," batin Veli dalam hati.

Tamatlah riwayat cowok itu setelah meminum es kopi yang sudah dituangkan tiga bungkus obat tidur.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro