Escape

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: ichaaurahmaa (Romance) & @HlriudiumSeagull (Romance)

Lyra beberapa kali mengintip keadaan di luar rumah melalui sela-sela gordyn rumahnya. Tubuhnya dibanjiri keringat dingin. Entah apa yang terjadi, ia melihat banyak orang yang berubah menjadi zombie. Mungkin hanya beberapa manusia yang bertahan di dalam rumah masing-masing. Jika kondisi terus seperti ini, bagaimana ia dan Zayn, suaminya bisa bertahan hidup? Sementara Zayn hanya terbaring seharian ini sejak tangan kanannya terkena cakaran zombie saat berusaha mengambil persediaan makanan di luar rumah tadi pagi.

“Zayn,” panggil Lyra saat memasuki kamar.

Kening Lyra berkerut saat tidak ada jawaban dari sang suami. Ia segera menghampiri Zayn yang bersembunyi di balik selimut tebal. Saat membuka selimut, Lyra terkejut. Kulit sang suami mulai berubah warna, menyerupai zombie yang berkeliaran di luar sana.

“Lyra, keluarkan aku dari rumah ini. Aku tidak ingin membahayakanmu,” lirih Zayn.

Lyra menutup mulutnya lalu menggeleng. Sebulir air mengalir dari sudut matanya. “Tidak, Sayang. Aku akan tetap berada di sini, bersamamu.”

Zayn menggeleng. “Kau harus tetap bertahan hidup.”

Lyra menunduk. Isak tangisnya mulai terdengar. Tidak. Apapun yang terjadi nantinya, ia harus tetap bersama Zayn sampai akhir, sesuai janji pernikahan mereka di altar. Kamudian, ia teringat sesuatu. Ia segera berlari keluar kamar, menghampiri ruang percobaan.

Lyra menatap satu per satu tabung-tabung berisi ramuan milik Zayn. Ia sering menemani Zayn bekerja di ruangan ini dan sedikit tahu tentang ramuan yang berada di sana.

Tangan Lyra terangkat untuk mengambil sebuah tabung berwarna hijau. Setelah itu, matanya menatap sekeliling ruangan, mencari sesuatu.

“Itu dia,” gumam Lyra saat menemukan botol berisi serbuk berwarna merah.

Setelah dua benda itu berada di genggaman, Lyra segera meletakkannya di meja. Ia berusaha fokus mencampur keduanya dan menyiapkan dua buah suntikan yang nantinya akan diisi campuran ramuan tersebut. Untuk Zayn, dan untuk dirinya. Kali ini, biarlah Zayn menjadi kelinci percobaannya. Jika gagal, maka ia akan menyuntikkan obat itu untuk dirinya sendiri.

“Kau harus bertahan hidup dan kembali, Sayang,” kata Lyra saat menyuntikkan ramuan tepat di nadi Zayn. Tubuhnya terasa lemas. Dengan sisa tenaga, ia mencium kening Zayn cukup lama dan mengusap pipinya.

Lyra terduduk lemas. Ia membuka kedua telapak tangannya. Terasa dingin dan berkeringat. Obat itu telah masuk ke dalam tubuh Zayn. Setelah ini, apa yang akan terjadi? Apakah obat itu mampu menyembuhkan Zayn, atau malah mempercepat prosesnya untuk menjadi zombie? Tangan Lyra bergetar saat menggenggam kembali satu suntikan yang tersisa.

Lyra bertekat, jika ini hanya memberi dampak yang tidak baik bagi Zayn, ia akan menyuntikan ramuan itu ketubuhnya tanpa peduli apa yang akan terjadi.

Hidup didunia yang tengah dilanda kehancuran tanpa kehadiran Zayn disampingnya adalah mimpi buruk bagi Lyra. Biarlah ia mati atau menjadi zombie jika itu terjadi.

Beberapa waktu berlalu.

Tak ada reaksi yang memperlihatkan percepatan proses perubahan Zayn menjadi zombie, tetapi warna kulitnya juga tidak kembali seperti sedia kala.

Seolah-olah proses itu hanya terhenti. Tidak menyembuhkan. Tidak pula mempercepat reaksi.

Lyra dapat merasakan tangan didalam genggamannya dingin dan kaku. Wajah Zayn terlihat terlelap damai. Jari-jari Lyra perlahan mendekat kearah leher suaminya, mencari denyut dari vena jugularis disana. Tapi ia tidak merasakan apapun. Zayn juga tidak lagi bernapas.

Wanita itu menangis dalam diam. Kini ia tahu, hasil ramuan racikannya itu ternyata berfungsi.

Berfungsi untuk membunuh. Membunuh suaminya.

"Maafkan aku... maaf sayang... bukan ini hasil yang kuharapkan."

Lyra membuka tutup spuit berisikan ramuan, mengarahkannya ke salah satu vena yang mengalir di tangannya, lalu menyuntikkannya.

"Tunggu aku. Aku akan cepat menyusulmu, Zayn."

Saat ramuan itu masuk kedalam tubuh Lyra. Sensasi yang membakar dan sakit yang tak terduga menyerangnya. Lyra jatuh terkulai tepat disamping suaminya yang ia ketahui telah meninggal.

~~~~

Kedipan pertama, sebuah cahaya lilin disamping tempat tidur memberinya perlihatan samar.

Kedipan kedua, sosok siluet pria tengah menunduk sembari menggenggam tangan Lyra dengan kedua jemarinya yang terasa dingin bagi wanita itu.

Kedipan ketiga, pikirannya mulai berjalan dan sebuah pertanyaan muncul dikepalanya.

_Apa ini dunia setelah kematian? Aku ingin bersama Zayn_

Siluet pria itu tanpak bergerak, mengangakat wajahnya yang berwarna aneh tapi masih dapat dikenali.

"Kau belum mati, begitupun aku. Tenang, aku ada disini, Lyra."

Sepertinya Lyra mengucapkan apa yang ada dipikirannya. Tapi, bukan itu yang membuatnya melebarkan mata.

"Za..Zayn?"

"Ya, sayang. Tenang, aku masih hidup. Aku tidak tahu ramuan apa yang kau suntikan padaku. Tetapi satu hal yang kutahu, walau jantungku tak berdetak dan proses perubahanku berhenti, aku masih hidup dengan pikiranku sebagai manusia."

Dengan lemah Lyra memaksa banhun dari tidurnya, tangannya bergetar menyentuh wajah Zayn.

"Astaga, ak-aku... aku.. benarkah ini ya tuhan..."

Tanpa menunggu lama, Zayn memeluk Lyra. Memeluk istri yang sangat mencintainya hingga rela mati bersama.

"Maaf, maaf membuatmu ketakutan, dan terima kasih telah berjuang menyelamatkanku." Ucap zayn yang membuat isakan Lyra semakin kencang.

Zayn melonggarkan pelukannya. Manik mata mereka saling bertautan menimbulkan harapan untuk kehidupan berat yang akan mereka lalui.

"Sewaktu kau terlelap, aku telah menguji racikan ramuanmu. Kau telah menemukan ramuan pemutus rantai penyakit ini, Lyra! Kita bisa melarikan diri ketempat yang lebih baik. Ayo kita bertahan sampai waktu yang lama bersama."

Lyra tersenyum dan mengangguk. Dalam pikirannya, tidak peduli apakah suaminya manusia atau setengah zombie, Lyra akan selamanya mencintai Zayn. Sampai kapanpun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro