Janji Pertama dan Terakhir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: jhounebam (Teenfict) & SilverJayz_ (HTM)

Kata “merdeka” sudah berkobar di hati masyarakat. Berkibarnya bendera merah putih saat itu memberi harapan baru, sebuah awalan yang baru. Tapi justru setelah berkibarnya bendera itu, suasana tiba-tiba menjadi lebih mencekam. Seperti akan datang badai pasir dari jauh.

Mereka yang ingin menguasai kembali daerah jajahannya kembali. Perang terjadi dimana-mana. Tak sedikit korban berjatuhan. Kerusakan menggerogoti separuh kota. Orang-orang seperti melihat kiamat yang semakin dekat.

Tapi dibalik segala kekacauan itu, ada sesuatu yang tidak bisa tidak terlihat. Apalagi kalau bukan cinta. Meskipun terasa indah, tapi cinta juga menyakitkan. Karena cinta, banyak orang yang sengsara lebih sengsara. Tak sedikit orang yang menangisi keluarga mereka akibat perang. Karena cinta itu pula, ada orang yang rela mengorbankan segalanya untuk yang mereka cintai.

Namanya Bentley, laki-laki keturunan Belanda murni yang sedang menjalin hubungan dengan Ani, perempuan pribumi. Umurnya masih belasan tahun, tapi berlagak seperti yang sudah sangat mengerti apa itu cinta. Tapi siapa yang bisa menyangkal perasaan sayang yang benar-benar tulus?

“Ani, perang terjadi dimana-mana. Sebaiknya kau berlindung,” ucap laki-laki berkulit putih itu. Ia sudah lancar berbicara layaknya orang pribumi.

“Tidak! Aku akan tetap bersamamu.” Ani merengek. Ia menatap mata biru itu lekat-lekat.

“Semua orang tinggalkan Bandung Utara! Segera kosongkan Bandung Utara!” terdengar teriakan para tentara sekutu yang menggunakan pengeras suara. Suara perintah dari tentara sekutu diiringi dengan suara jalannya roda tank yang bergerigi. Suara tembakan kembali terdengar.

“Dengar itu? Kau harus pergi dari sini! Mereka akan menguasai daerah ini!” Bentley semakin panik.

“Lalu bagaimana dengan kau?” seru Ani yang ketakutan hampir meneteskan air mata.

“Sekarang kau pergi ke rumah dan ajak keluargamu mengungsi ke Bandung Selatan. Setelah menemui ayahku, aku akan menyusulmu ke sana. Aku akan kembali secepatnya.” Hubungan mereka memang mereka rahasiakan dari kedua orang tuanya. Jika tidak, cinta mereka sudah kandas.

“Kau berjanji?” tanya Ani dengan suara pelan. Bentley terdiam.

“Aku janji.” Setelah berkata seperti itu, Bentley membantu Ani berdiri. Ia langsung berlari menemui ayahnya setelah memeluk Ani.

Ani pun sama, ia berlari sambil berderai air mata menuju rumahnya. Rumahnya tidak terlalu jauh, terletak di desa pinggiran kota. Selama ia berlari, beberapa kali Ani mendengar suara tembakan di udara.

Setelah sampai di depan rumahnya, Ani langsung disambut dengan ibunya yang membawa adik kecilnya, Nisa, sedang mengemas baju dan barang-barang penting lainnya.

“Nak! Kau kemana saja? Cepat bereskan barang-barangmu, bawa yang penting saja. Kita harus pergi dari sini!” perintah ibunya tegas. Ani yang langsung mengerti menurut saja dan tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya membawa beberapa helai bajunya dan sisa makanan di dapur.

Beberapa menit kemudian, mereka selesai berkemas. Tapi Ani dibuat sangat kaget oleh ibunya yang melempar obor ke dalam rumah mereka satu-satunya. Ani berteriak dan menangis kencang, begitu pula ibunya yang tidak punya pilihan lain. Keputusan untuk membumihanguskan wilayah mereka ditetapkan oleh MP3, tujuannya agar sekutu tidak bisa menguasai wilayah mereka.

“Kita tidak punya waktu lagi, kita harus mengungsi ke Bandung Selatan!” Ibunya memerintah. Ani dan ibunya meninggalkan rumah mereka yang sedang dilahap oleh si jago merah dengan derai air mata.

Di tengah-tengah langkahnya yang susah payah, Ani menoleh ke belakang, menatap api yang kian menyebar. Menjadikan Bandung bak lautan api.

Perang, kapan semua ini akan usai? Begitu pikir Ani. Andai saja semua orang merasakan cinta yang sama seperti cintanya pada Bentley, dunia pasti akan menjadi tempat yang damai.

"Ingat janjimu, Bentley." Ani bergumam penuh harap. Semoga setelah semuanya usai, Bentley menetapi janjinya.

Kehidupan pasca kemerdekaan masih sesulit saat dijajah. Ani dan keluarganya harus bertahan hidup dari gempuran-gempuran para penjajah.

Setelah sampai di Bandung Selatan dengan berbagai rintangan, Ani hanya tinggal melakulan tugasnya, menunggu Bentley menepati janjinya.

Hari pertama, kedua, ketiga, Bentley tak kunjung menampakkan dirinya. Ani sudah merindukan tatapan netra permata Bentley yang penuh cinta itu.

Seminggu, dua minggu, tiga minggu. Ani terus menunggu Bentley menepati janjinya. Hatinya tak ingin menyerah begitu saja.

Hingga, suatu saat, lingkungan tempat tinggalnya dihebohkan oleh sesuatu. Salah seorang prajurit Belanda ditangkap oleh orang-orang pribumi.

Ani tak dapat memercayai penglihatannya. Bentley-lah yang mereka tangkap.

Ani ingin langsung menyerbunya, sayangnya sudah terlambat.

Bentley digantung sampai mati.

Ani tak dapat mendeskripsikan apa isi pikiran dan hatinya sekarang. Jiwanya terasa ditusuk dan dicabik karena belahan jiwanya mati mengenaskan di hadapan Ani sendiri.

Bentley telah menepati janji pertamanya dan juga janji terakhirnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro