Ke mana Ridho?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: Zia_Faradina (Historical Fiction) & Niiflaaa (Teenfict)

"Kalau nilaimu terus menurun seperti ini, bagaimana punya masa depan cerah?" Aini tak habis pikir dengan anak sulungnya. Pikirannya masih seputar bermain. Gairah untuk belajar tidak ada.

"Ibu tenang saja. Nilai nggak menjamin kesuksesan yang penting kan, hasil akhirnya," protes Ridho sambil bermain gundu.

"Ngawur saja. Nilai bagus bikin kamu bangga. Dikenal banyak guru. Apa nggak kepengen namamu disebut di depan kelas?"

"Ridho nggak suka, Bu. Buat apa? Paling dapat hadiah piala atau piagam. Kurang keren."

Aini makin geram dengan Ridho. Bocah berusia tiga belas tahun itu selalu punya jawaban. Membuat Aini jengkel dan tak mau berdebat.

"Baca ini! Ibu ingin kamu punya prestasi seperti mereka," sahut Aini lalu meninggalkan Ridho dengan buku kisah pemuda berbakat dalam sejarah.

Ridho yang biasanya tidak tertarik membaca buku. Seketika muncul rasa penasaran. Lama dia memperhatikan tulisan itu hingga akhirnya pergi entah ke mana. Saat malam menjelang Aini menunggu kepulangan Ridho, tapi anak itu tak juga kembali

Hari menjelang gelap, tak ada tanda-tanda kemunculan anak itu.

Wanita paruh baya yang tadi habis memarahi anaknya mendadak merasa bersalah saat sang anak tak kunjung pulang.

Resah memikirkan sesuatu hal yang buruk menimpa, wanita itu sekali lagi ingin mengecek kamar Ridho. Berharap anak sulungnya sudah berada di sana.

Masih rapi, tidak ada tanda-tanda manusia masuk di sana bahkan kondisi kamar rapi pun karena dirinyalah yang membersihkan sehingga wanita itu paham betul saat Ridho belum menyentuh kamarnya sama sekali saat barang-barang yang dibersihkan masih setia di posisi.

"Ridho, kamu ke mana, Nak?"

Pikiran-pikiran negatif mulai berkeliaran di kepala. Suara azan Magrib membuat dirinya bertambah resah saat wanita itu sedang menutup jendela kamar, berharap sang anak segera pulang.

Tapi, nihil!

Tidak ada siapa pun di sana.

Tidak seperti biasanya Ridho begini. Biasanya meski dia doyan main. Namun, saat magrib tiba pasti akan pulang ke kandangnya.

Magrib berlalu dan azan Isya berkumandang, tapi Ridho tak kunjung pulang.

Kini wanita itu pun nekad untuk mencari anaknya.

"Apakah Ridho pergi dari rumah karena sudah membaca buku yang kukasih?" kata wanita itu setengah bergumam.

Iya, bisa jadi karena Ridho selesai membaca buku sehingga ia terinspirasi untuk membuat perubahan baru dari hidupnya, bukan?

Tapi, jika itu terjadi ke mana perginya Ridho?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro