Laboratorium

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: hwarien (Teenfict) & leavethequiet (Fantasy)

Andrew tetap diam di kursinya saat pengumuman istirahat terdengar. Teman sekelasnya sudah mematikan layar kaca mereka—yang digunakan untuk belajar—dan bergegas ke kantin di lantai bawah. Ia tak peduli. Lebih sepi lebih baik, pikirnya ketika pengawas kelas telah enyah dan meninggalkannya sendirian. Lelaki itu lekas naik ke kursi dan mengambil buku cokelat usang yang ia simpan di atas proyektor. Setelahnya dengan santai ia berjalan ke laboratorium biologi yang ada di ujung lorong lantai dua.

“Andrew, sedang apa?”

Sang empunya nama itu tersentak dan refleks mengelus dada. “Tara, mengagetkan saja.”

“Kamu mau kelas? Bukannya setiap Rabu siang ruangan ini kosong, ya.”

“Sstt! Jangan banyak omong. Nanti ketahuan guru terus kita diusir.”

“Memang kenapa?”

Geram, Andrew buru-buru menarik tangan Tara lalu masuk dan mengunci pintu. Ia juga menutup gorden yang semula masih menyisakan celah. Lelaki itu sempat merunduk sebelum akhirnya menegakkan tubuh. Gadis yang linglung di sampingnya belum mengeluarkan suara.

“Aku tidak ada kelas dan aku tahu kalau ruangan ini selalu kosong saat Rabu, makanya ke sini.”

“Kamu mau ngapain?”

“Ini,” Andrew menunjukkan buku yang ia bawa, “aku mau melanjutkan eksperimenku di rumah.”

Tara mengernyit. “Kenapa nggak di rumah aja?”

“Peralatan di sini lebih lengkap. Aku lebih leluasa.”
“Tapi guru-guru bisa tau.”

“Selama kamu diam, kita aman.”

Tara agak tidak yakin. Gadis yang rambut panjangnya disanggul itu melirik kover aneh yang ada di buku yang dipegang Andrew. Sejak kapan ada hal semacam itu di sekolah? Itu bukan buku pelajaran, 'kan?

"Buku apa itu?" tanyanya.

Andrew menoleh. "Oh, ini? Ini buku yang kutemukan di sudut perpustakaan. Bukankah terlihat sangat menarik? Di dalamnya ada banyak eksperimen yang menakjubkan. Bukannya aku sudah pernah memberitahumu?"

Tara menggeleng. "Rasanya buku itu berbeda dengan yang sebelumnya."

"Sama, kok. Sudah, jangan berpikir yang macam-macam."

Andrew meletakkan buku itu ke atas meja, kemudian mengambil setoples bubuk putih dari dalam rak. Dia menaburkan bubuk putih ke lantai yang agak lapang, mengikuti pola yang tergambar di dalam buku.

"Percobaan sains biasanya tidak memerlukan pola aneh," gumam Tara. Gadis itu makin takut saja setelah polanya jadi. Dia tahu Andrew tidak pandai menggambar, jadi bagaimana bisa pola itu begitu rapi dan tidak miring sedikit pun.

Temannya itu bahkan hanya perlu melihat pola di buku sekali. Sejak kapan dia punya memori fotografi?

Haruskah dia keluar dan memanggil guru? Mereka pasti akan dihukum, tetapi itu lebih baik daripada hal yang tidak terduga terjadi dan mengancam nyawa.

Di tengah ruangan, Andrew berdiri di atas lingkaran yang baru selesai dibuatnya. Pemuda itu menengadahkan tangan dan buku yang diambilnya dari meja melayang di atas kepalanya.

Tara menjerit kaget. Gadis itu berlari menuju pintu dan membukanya. Untung saja ada Pak Raya yang berdiri di depan sana.

"Pak, tolong Andrew, Pak!"

Wali kelasnya itu tersenyum. "Untuk apa aku menolong kelinci percobaanku?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro