No Idea

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: William_Most (HTM) & Sky_1125 (Romance)

Di suatu pagi, ada Burung dan Alien yang tengah berbincang-bincang.

"Pengen ikut event nulis," celetuk Burung.

"Oke. Sekarang lihat jurinya dulu."

Burung menundukkan kepala, tampak berpikir. "Hm, hm. Bapack-bapack dan ibuc-ibuc."

"Sekarang tau 'kan harus nulis tema apa?"

"Yoi. Tema adult, kan?" Alien mengangguk. "Sip, lah!"

Alien membentuk pose jari OK.

Setelah Burung jadi mengetik, dia menunjukkannya tulisannya kepada Alien.

Tulisan tema remaja.

Alien memasang ekspresi patung batu raksasa Moai.

Penulis memecah tembok keempat. Mengapa? Ada apa? Tidak, kok. Jangan curiga dahulu begitu.

Penulis memasang penyuara jemala.

"Oke, silakan curiga."

Pada suatu malam, Burung sendirian mengejar garis mati.

Akan tetapi, dia baru ingat, garis mati sejatinya tidak dikejar, melainkan dilumat habis sampai jadi bubur. Akan berupa apa cerita minimal dua ratus kata ketika diketik dalam masa yang singkat, kehabisan tenaga, mengantuk, tidak ada ide, ingin mati?

Adalah cerita bukan apa-apa.

Maka, Burung meninggalkan meja dan laptopnya, beralih ke ruangan lain, lalu selepas balik, dia membawa kursi serta seutas tali tambang, berjalan ke tengah kamar. Kursi diletakkan, Burung naik, tali dililit ke kayu kerangka langit-langit. Tali dibentuk ujung mati. Lingkaran terbuat. Kepala masuk. Kursi ditendang. Kaki bebas. Badan meronta, tangan menggapai-gapai, teriakan tertahan, mata memelotot, jerit-jerit. Cairan menetes-netes.

Lalu tubuh itu berhenti bergerak.

Alien masuk, membereskan kekacauan yang ditinggalkan. Dia melihat bekas tulisan di tembok yang terbuat dari darah.

'DL sedang mengejarku!'

"Holy shit! Kenapa pakai ngingetin segela, woi!" Berkacak pinggang, Alien nampak frustasi.

Tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Alien menarik-narik kaki Burung yang tergantung kaku.

"Masih hidup nggak sih ini makhluk!" Memasang wajah datar, lantaran telah terbiasa dengan ulah unggas tak bersayap itu. "Huft ... lari dari tanggung jawab nggak ngajak-ngajak, kebiasaan."

Matanya meneliti ke penjuru ruang, mencari sesuatu yang sebenarnya penting tidak penting, tetapi penting karena tidak penting. Selama mengumpulkan hal tersebut maka savage lah kehidupan bermasyarakat virtualnya.

Lelah, letih, lesu, ada satu kalimat lagi, tapi tidak patut untuk di ditiru.

Lupakan!

Mungkin kenalannya itu tertekan dengan semua beban kehidupan unggasnya yang sampai-sampai membengkokkan akalnya. Belum lagi ditambah dengan kewajibannya sebagai burung yang sopan dan taat berperikemiminan.

"Ah ... akhirnya, yang dicari memang tak kan pergi!"

Netranya berbinar-binar menemukan kotak kaca pipih bercahaya dihadapannya itu. Sambil sibuk mengusap benda tersebut ia sesekali mengalihkan pandangan ke kawannya yang tetap mematung kaku. "Kasihan, padahal masih muda." Tetap dengan ekspresi datar setelan bawaan pabriknya.

Namun, sungguh sangat tidak terduga. Ekpresi datar bak papan gilesan itu dengan cepat berganti begitu suram kala melihat apa yang dilihatnya pada kotak cermin pipih tersebut.

"Saaat ... overmollen! Watittis?"

Dengan reflek sigap, dibantingnya benda tersebut yang menyasar kepala unggas tak bersayap yang berdiri kaku tersebut. Dimana sialnya, justru benda tersebut malah memantul balik, mengarah dan mengenai hidung alien legend-nya.

Cedera parah tak terobati, meski mengakunya terlatih tuk patah hati. Namun nyatanya luka ini sungguh sangat membagongkan diri.

Dengan sisa tenaganya, Alien mencoba mentransmisikan sinyal SOS pada rekan sejawat sepergesrekannya, Boss Semut.

"Tolong a-ku ... Akh-" Nafas telah sampai di penghujung akhir awalan naskah. "Aku su-dah ... tak sanggup l-lagi. Deadline itu ... kumohon ... selesai k-an lah!"

Belum pernah ia merasakan ketakutan yang seperti ini dalam hidupnya. Dengan benda berukuran 6.44 inches, 100.1 cm² yang menyangkut di pintu masuk pernafasannya, tak khayal jika dirinya begitu gemetar pasrah akan akhir riwayatnya ditelan sang garis mati.

Kehabisan oksigen, padahal dia tidak membutuhkannya, sama sekali tak menghentikan kejang yang dialaminya. Hingga perlahan tubuh itu mulai menenang, terbujur lemas tak jauh dari sang unggas. Meninggalkan sebuah pesan darurat bertajuk ....

'NO IDEA.'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro