The Data

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: PatriciaAnggi (Science Fiction) & tibs_rhm (Romance)

“Kurasa, sesuatu sedang mengejarku.”

Aku melebarkan mata mendengar kata-kata Thomas.

“Sesuatu? Bukan seseorang?” tanyaku. Dia masih saja menoleh ke kanan kiri, takut jika seseorang melihatnya mungkin?

“Entahlah, aku tak yakin.”

“Lah? Kok tak yakin?” tanyaku lagi.

“Peter, jika terjadi sesuatu padaku, bolehkah aku meminta tolong?”

Aku tertawa, meskipun aku bisa menangkap wajah ketakutannya, aku masih menanggapinya dengan santai. Aku tidak mau Thomas tambah khawatir dan menutupi rasa khawatirku juga. “Hei, kayak mau mati saja perkataanmu. Ayo cepat pergi dari sini, bar semakin ramai “

Kami pergi dari bar dan tidak bertemu beberapa hari.

***

“Thom! Thomas?”

Aku masuk ke rumah Thomas yang tidak dikunci. Sudah beberapa hari dia tidak masuk kerja. Kami sama-sama bekerja di laboratorium Biological and Genologi, cabang ilmu baru tahun ini.

Rumah Thomas gelap, ketika kunyalakan senter dari gawai, kulihat banyak darah di lantai. Aku semakin khawatir. Hatiku seperti tersayat ketika melewati dapur dan kulihat Thomas tersungkur bersimbah darah. Aku bernapas lega ketika tahu Thomas masih sadar, dia melepas jam pintarnya dan memberikannya kepadaku.

“Mereka sedang mengembangkan virus terlarang,” ujarnya sambil tersengal. “Simpan ini dan kabur!”

"Tapi bagaimana denganmu?"

Thomas menggenggam erat tanganku, "Aku tidak apa-apa. Pergilah. Ah.. tolong sampaikan surat ini untuk Jessica."

Thomas mengeluarkan sebuah amplop dari dalam jas dengan tangan gemetar. "Waktuku tidak banyak. Bersembunyilah. Aku titip Jessica dan kedua anakku."

Sungguh, aku tidak ingin beranjak dari tempat itu. Namun, Thomas terus memaksaku untuk lekas pergi setelah mendengar suara mobil berhenti.

"Kumohon... jangan pedulikan aku. Selamatkan dirimu. Aku tidak bisa percaya pada siapapun selain kamu Peter."

Begitulah kalimat terakhir yang bisa ku dengar darinya. Dengan berat hati, aku berdiri dan membawa jam tangan pintar serta amplop titipan Thomas. Aku keluar dari rumah Thomas lewat pintu belakang dan memanjat tembok dan tembus di sebuah lorong sepi. Aku terus berjalan sampai tiba di jalan besar.

"Aku janji, akan membalas mereka semua!" ucapku bertekad.

Sebelum menjalankan rencana, aku  harua menyampaikan surat Thomas untuk istrinya Jessica. Berbulan-bulan lamanya mencari mereka, syukurlah aku berhasil menemukan sebuah rumah yang sangat jauh dari kota. Rumah sederhana dengan dinding terbuat dari kayu. Aku tidak menyangka, Jessica dan kedua anaknya akan tinggal di rumah sekecil ini. Mereka hidup dengan keadaan yang sangat sulit.

Dengan berat hati, mau tidak mau harus ku sampaikan tentang keadaan Thomas. Jessica menangis sejadi-jadinya. Melihat hal itu, semakin membesarkan tekadku untuk menghancurkan orang yang sudah menghancurkan kehidupan sahabatku.

"Aku harus pergi. Thomas berpesan, untuk menjaga kalian. Untuk sementara, tinggallah di sini. Jangan ke mana-mana sampai aku kembali."

Begitu pesanku sebelum meninggalkan Jessica dan kembali ke kota. Berbekal kemampuan mengoperasikan sistem jaringan yang ku pelajari saat bekerja di salah satu perusahaan IT, aku meretas situs pusat penelitian. Mungkin saja, dalam waktu beberapa jam semuanya akan terbongkar. Aku tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan.

Menyamarkan suara, memakai topeng, dan menggunakan jubah hitam, ku beranikan diri tampil di balik kanera yang langsung terhubung dengan LCD di jalanan kota.

"Melalui video ini, aku akan memberikan fakta tentang penyakit yang sedang menyerang kota."

Aku menghubungkan komputer dengan jam pintar yang diberikan Thomas. Memutar bukti CCTV serta rekaman suara dari salah seorang petinggi pusat penelitian, yang memerintahkan bawahannya untuk membuat sebuah virus yang dikembangkan dari virus influenca. Virus berbahaya yang bisa menyerang saluran pernapasan dan memiliki resiko tinggi berupa kematian.

Saat video terakhir hendak ku putar, sebuah tembakan terdengar. Mereka datang. Aku terjebak dalam lingkaran puluhan laki-laki dewaa berseragam yang mengarahkan pistol mereka ke arahku. Tidak apa-apa, jika akhirnya seperti ini.

Thomas, maaf tidak bisa menjaga keluargamu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro