Untitle

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi by: Sky_1125 (Romance) & PatriciaAnggi (Science Fiction)

Aku ingin cerita tentang semua hal random di hidupku. Oke, jangan berharap tulisan ini keren. Ini tulisan tak berjudul yang kamu baca dari buku agendaku.

"Salah satu kitab sihir Eragle di Weanloc menghilang. Ini adalah kejadian terburuk di sepanjang sejarah." Pak Eugene menatapku tajam. Sementara aku yang merasa terintimidasi hanya menunduk seolah sedang ditodong dan dicurigai sebagai tersangka.

"Kamu yang terakhir kali kedapatan berada di ruangan kitab sihir. Jadi di mana kamu menyembunyikannya, Reana?"

"Bukan aku pelakunya. Aku tidak tahu-menahu." Aku bersikeras. Memang bukan aku pelakunya. Aku hanya sedang berniat menyembunyikan tongkat sihir Alexa, Yoana, Serglif dan Montana. Mereka sering sekali menjahiliku. Lalu aku menyembunyikan tongkat sihir mereka dengan menyelinap ke ruang kitab dan menaruhnya di lemari khusus. Dan pasca  kejadian itu, kitab Eragle di Weanloc hilang lalu aku yang dijadikan terdakwa.

"Akui saja Reana!"

Aku memutar bola mata malas. Untung Eugene ganteng. Kalau tidak, pasti aku sudah menyihirnya agar mengecil lalu menjadi sapi. Akan kumasukkan dia ke dalam botol. Sihir hanya bertahan selama empat atau lima jam, itu yang mampu dilakukan oleh murid sekolah sihir di sini sebagai pemula. Tentu saja Eugene bisa mematahkan mantra sihirnya. Mantra guru sihir killer ini pasti sudah jauh di atasku.

"Kau dengar aku, Rea?"

Panggilan ke tiga Eugene mendistraksi lamunanku. Padahal lamunan tentang pria menjengkelkan ini jadi sapi sangat seru. Akan tetapi, tunggu sebentar! Eugene tak pantas jadi sapi. Dia kelewat tampan. Mana ada sapi tampan?

Kutatapi raut wajahnya yang selalu serius itu dengan senyum o'onku. Lalu ia melambaikan tangan di depan wajah ini. Di mataku, tadi ia tersenyum, sambil mengatakan I love you. Benar. Dia bilang i love you.

"I love you too, Pak."

"Apa?"

"Apanya yang apa, Pak?" tanyaku saat nyawaku kembali terkumpul sepenuhnya. Ternyata senyum itu hanya semu, imajiner. Sial, sepertinya aku jatuh cinta pada pemuda yang mengajar teori sekolah sihir di Weanlock ini.

Brak ... !

Ia menggedor meja. Aku terkesiap dengan mata terbeliak. Kaget kuusap dadaku naik turun. Dia marah? Karena apa?

"Kau tidak tau, jika kitab itu jatuh ditangan kekuatan kelam, maka kekuatan suci akan lemah." Eugene tampak sangat marah melihat aku yang begitu santai.

"Kitab itu terlarang, di dalamnya ada seratus delapan puluh iblis terkurung, jika mereka lepas karena ada salah satu halaman terbuka, maka mereka akan menginvasi Weanlock. Dan kamu tahu, tidak ada yang bisa menidurkan para iblis kecuali Dewi Rasyiu. Sayangnya, Dewi Rasyiu sedang dalam hukuman menjaga Dewa Bumi. Kalau sampai Weanlock berantakan, aku akan membunuhmu!" Bentak Eugene.

Aku kegirangan. Otakku yang hanya sebesar upil semut itu membisiki telinga, bahwa yang Eugene katakan tadi, adalah ia akan menciumku. Apa aku salah dengar? Tidak aku yakin dia bilang begitu.

"Boleh, cium saja," jawabku antusias. Membuat Eugene mengetatkan rahang. Kenapa dia  tampak semakin marah? Dia semakin tampan saat marah. Jika kau juga melihatnya, kau pasti setuju dengan pendapatku.

“Jangan berkata tidak-tidak! Aku bisa dengan mudah merekomendasikanmu keluar dari sekolah. Mr. Gerald, kepala sekolah akademi belum tahu soal ini.”

Aku mendesah keras, “Sudah berapa kali kubilang aku tidak mencurinya!” ujarku tak kalah keras. Sekarang, coba pikir, ruangan kitab terlarang itu dilapisi dengan keamanan tinggi. Selain menggunakan sihir, juga menggunakan teknologi keamanan yang canggih. Tak ada yang bisa membuka pintunya jika tidak diretas.

Dan, di situ bukan hanya ada kitab saja, tapi ada ramuan kimia yang dipadukan dengan sihir. Ramuan itu digunakan untuk penelitian para guru dan kepala sekolah yang bekerjasama dengan ilmuwan pemerintah.

Aku datang ke ruangan itu dengan pintu terbuka dan menyembunyikan tongkat sihir temanku di almari. Itu saja, tapi kenapa di CCTV hanya menangkap sosokku? Siapa sebelumnya yang datang dan mencurinya?

“Rea, kalau kau tidak mengaku, aku akan membawa kasus ini ke Mr. Gerald besok.”

Ya… sudahlah, saat ini aku menurut saja. Eugene memberiku waktu sampai besok. Yah… kita lihat saja besok, mungkin malah monster-monster itu keburu keluar dan menghancurkan sekolah.

Yang jelas, bukan salahku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro