Praya dan 2 Pria Misterius

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kolaborasi: Shin No Hikari shinnohikari01 (Sci-fi) - Naro Narosasake (Teenfiction)

* * *

Hai, namaku Praya. Mungkin sebagian orang sudah mengenalku sebagai murid aktif dan juga mencolok dengan warna pink. Tapi, ada satu hal yang tidak diketahui oleh siapapun, tentang kejadian yang terjadi dan hanya menjadi rahasiaku kecilku.

Jika aku mengatakan kalau aku mengetahui masa depan dan berasal dari mana depan, apakah ada yang percaya?

Tentu saja, tidak. Karena hal tersebut adalah fiksi belaka di zaman modern ini. Tapi, jika kalian melihat sesuatu yang aneh, mungkin aku bisa membantu kalian percaya akan sesuatu hal, yaitu : Dunia ini tak seringkas yang terlihat, manusia itu tak senyata logika.

Pagi ini, aku menusuri koridor sekolah dengan santai tanpa tenaga, cukup dengan duduk manis dan aku sampai tujuan. Tak ada yang istimewa, karena aku datang sangat cepat dari yang lain. Pagi buta, aku sudah di sekolah. Sepertinya penghargaan murid terajin harus dinobatkan padaku. Sayangnya, predikat itu sudah ada pemiliknya dan tentu saja semua tahu siapa dia.

Ya, dia adalah Arkan, siswa yang pendiam tapi sering beredar di sekitar guru. Dia bukan siswa ambis seperti Janu, tapi dia selalu menjadi pahlawan bagi guru. Datang paling pagi, rajin membuat tugas, rajin mengingatkan guru, tetap saja tak bisa mengalahkan posisi Janu.

Pasti semua bingungkan, bagaimana caraku bisa menelusuri lorong sekolah sedangkan aku posisinya duduk. Bingungkan? Bingungkan?

Bingunglah! Harus bingung! Tak boleh bilang tidak! Atau aku akan merajuk!

Coba bilang, "Iya! Kami bingung."

Kalau begitu, aku akan menjelaskannya karena kalian udah mengatakan sandinya. Aku duduk dalam kabsul terbang. Tahu tak, kabsul terbang itu seperti apa? Tahu tak? Tahu tak?

Jika tidak, ayo menggeleng bersama dan ikuti Dora! Ayo!

Haha, becanda! Tunggu sebentar ya! Soalnya kita udah mau sampai di depan kelasku. Jadi aku harus melihat sekeliling dulu sebelum keluar dari kapsul ini.

__________________

Bermonolog sendiri adalah caraku untuk mengungkapkan isi pikiranku. Banyak orang yang menganggap hal tersebut gila, tapi bagiku, itu efektif untuk mengatur banyaknya bisikan di kepalaku. Tentu saja, semua tahu tak akan ada yang hadir di sekolah ini sekitar jam 6 pagi, tapi entah kenapa, ada rasa was-was hari ini.

Dan benar saja, aku melihat siluet tubuh menyelinap masuk ke kelas yang kosong. "Itu siapa?"

Gagal menonaktifkan mode menghilang, mataku tertuju pada laki-laki itu yang berjalan santai menuju ke meja Janu. "Tapi, kalau dilihat dari postur tubuhnya itu bukan Janu. Tumben Janu datang cepat? Biasanya datang setelah yang lain pada muncul."

Mataku melirik, sesuatu yang dikeluarkan dari tas itu. Tas berwarna hitam, tapi apa benar hitam? Atau ini efek dari kaca kapsulku yang gelap, ya?

Setelah itu, dia segera pergi dengan langkah cepat menjauh dari meja Janu. "Mengapa Janu bertingkah aneh? Tapi apa benar itu Janu?"

Aku menggelengkan kepala kuat. Segera kukeluarkan ponselku, sebenarnya itu bukan ponsel tapi alat pembidai yang dirancang seperti ponsel agar orang tak curiga. Kupindai laki-laki itu yang berjalan mendekati pintu di sebelah sana.

Klik...

"Ampun dah, aku lupa mematikan suara pengambilan gambarnya!"

Kulihat laki-laki itu menoleh ke segala arah dan untungnya, aku segera bersembunyi di bawah jendela dan menutup wajah. Harap cemas dan takut akan ketahuan oleh dia.

"Oh tidak! Betapa bodohnya aku! Kan sekarang aku sedang mode menghilang!" Aku memukul pelan kening ini, akibat sering bergaul dengan manusia sekarang, aku sampai lupa kalau aku punya alat yang canggih.

"Bodoh!" Aku meruntuki diri sendiri dan kembali berdiri menatap jendela kelas, melihat laki-laki itu. Sayangnya, dia sudah pergi menghilang. "Dia ke mana? Dia ke mana? Kan dasar!"

Kutatap ponsel canggihku, kemudian menatap foto yang kuambil, meski tidak jernih karena pencahayaan pagi dan juga tergesa-gesa. Sulit bagiku melihatnya sendiri. Kuklik mode mencari dan terlihat di layar ponselku dipenuhi oleh warna biru putih berpadu indah. Tak berselang lama, dari layar ponsel itu mulai muncul hologram yang menandakan pencarian hampir selesai, menampilkan sosok dari foto yang kuambil

"Apa! Tidak mungkin! Mau ngapain dia?"

Aku membekap mulutku tak percaya dengan mataku dan alatku sendiri. Rasa ketidakpercayaan ini sangat besar. Meski bersaing, rasanya dia bukan orang seperti itu, meski selalu beredar di sekitar guru. Tak mungkin dia sampai seperti ini.

Satu nama yang tertera di layarku itu sungguh membuatku kaget. Orang yang kukagumi dan menjadi motivasi bagiku untuk datang lebih awal. Dia.... Dia adalah—

Brugh.....

Aku kaget, kabsulku agak sedikit oleng seperti ditabrak seseorang dan orang itu cukup membuatku menahan napas.

"Aww," ringisku menatap seseorang di hadapanku dengan hati berkecamuk. Terperanjat dengan kejadian yang menimpa diriku di pagi buta ini.

Lebih terkejutnya lagi, dia adalah siswa yang yang diceritakan tadi di awal. Siswa pendiam yang sering beredar di sekitar guru atau biasa kita panggil si paling rajin. Tapi, bagaimana ia bisa menabrak kapsulku? Lihat, wajahnya sama terkejutnya denganku. Bedanya, dia lebih bingung menatap benda di hadapannya.

Aku segera menatap tombol berwarna kuning keemasan. Belum, aku belum mengaktifkan mode belum menghilang. Tapi, bagaimana dia bisa menabrak kapsulku?

Lihat, pria itu siap membuka pintu kapsulku. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana dengan Janu? Eh, di situasi seperti ini seharusnya aku tak memikirkan hal itu. Bagaimana ini? Rasa panikku mulai tinggi, saat pria itu menekan knop pintu kapsulku.

"JANGAN ARKAN!!!" Refleks aku berteriak, kupejamkan mata tak siap dengan apa yang terjadi.

Setelah beberapa menit, dengan mata yang masih terpejam situasi ini amat membingungkan, saat aku membuka netra, lihat! Ia malah dengan polosnya memainkan alat-alat canggihku.

"Heh, kamu sedang ngapain di sini?" Aku mengerutkan kening.

"Kelihatannya? Bukankah kapsul ini menarik? Apa lagi orang yang ada di dalamnya jauh lebih menarik," ucap Arkan sembari tersenyum puas.

Aku tidak salah dengar? Siswa paling rajin dengan sikap pendiamnya, bilang seperti itu? Kalian percaya? Apa ini mimpi?

"Aku gak mimpi kan?"

"Jelas-jelas ini bukan mimpi, kamu nyata Praya, tak usah berlagak terkejut, aku memang orangnya seperti ini!" katanya dengan menatapku lembut.

Apa-apaan ini? Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu?

"Oh iya Praya, omong-omong, ini tombol apa ya," tanya Arkan dengan tangan yang siap menekan.

Aku terdiam sejenak, sebelum melihat apa yang ia ingin tekan. Beberapa detik, aku terperanjat, "Jangan!!!"

Sayangnya, siswa si paling rajin dengan sikap pendiamnya telah menekan sesuatu yang tak kuinginkan. Tombol darurat yang berfungsi mengeluarkan orang yang berada di dalam kapsul untuk keluar.

Brukk!!

"ARKANNNNNN!!!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro