⚠️FLASHBACK⚠️

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

AYO FLASHBACK BARENG-BARENG SAMA SCENE-SCENE PALING BERKESAN DI UNFAMILIAR TWINS!

-———-

PART O6 : Twins?

"Galileo." Lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Hanina.

Walaupun ragu, Hanina pun membalas uluran tangan tersebut. "Hanina Cava," ucap gadis itu. Saat Hanina hendak menarik tangannya kembali, Galileo justru menggenggam erat tangan Hanina. Hal itu membuat Hanina menatap panik ke arah Galileo.

Galileo tersenyum miring. Kemudian dengan jahil ia menarik tangan Hanina sehingga membuat tubuh gadis itu jatuh ke atasnya. "Nice too meet you, my new twin."

Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di pipi kiri Hanina.

-———-

PART 13 : Hancur Lebur

"Aih gemes gue." Galileo mengacak-acak pelan rambut Hanina.

Senyum Hanina seketika mengembang. "Aku suka digituin rambutnya sama kamu," ucap Hanina dengan pipi yang bersemu merah.

Galileo ikutan tersenyum. "Sama, gue juga suka," ujarnya.

"Kamu aneh ya, kadang baik, kadang jahat. Aku jadi bingung, sebenernya kamu suka ga sih sama kehadiran aku di hidup kamu?" tanya Hanina tiba-tiba.

"Gue juga ngerasa aneh sama diri gue akhir-akhir ini," ucap Galileo. "Ini pertama kalinya gue ngerasa pengen jagain orang lain selain diri gue sendiri."

"Emang siapa yang bakalan kamu jagain?" tanya Hanina.

"Lo, Nin. Mulai besok."

-———-

PART 14 : Interaksi

Galileo menyodorkan tas ransel berwarna ungu yang baru saja ia ambil. "Nih pake, biar tambah mirip kaya dora," ujar lelaki itu.

Dengan senang hati Hanina mengambil tas tersebut dan memakainya. Gadis itu memutar-mutarkan tubuhnya untuk melihat tampilannya secara keseluruhan.

"Udah mirip kan?" tanya Galileo.

"Ih iya, mirip banget! Kurang monyetnya aja," ujar Hanina. Gadis itu kemudian menatap ke arah Galileo dengan mata berbinar. "Gimana kalo kakak aja yang jadi monyetnya?"

Bisa-bisanya pertanyaan itu lolos dari bibir Hanina. Mendengar hal itu tentu membuat Galileo ingin menabok kepala Hanina. Namun lelaki itu masih menahan diri untuk melakukan hal itu.

"Kok diem kak?" tanya Hanina. "Aku salah ngomong ya?"

Galileo menggeleng sembari tersenyum ke arah Hanina. "Nggak. Gapapa kok. Gapapa gue jadi monyet demi nyenengin lo," ujar lelaki itu.

Hanina kembali tersenyum lebar. "Ya udah kalau gitu, coba sekarang kakak bilang 'katakan peta, katakan peta'" ujar Hanina bersemangat.

-———-

PART 18 : Biggest Secret

TING!

Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponsel Lizi. Gadis yang tengah sibuk menyalin catatan pada buku tulisnya pun dengan malas melirik layar ponselnya. Ternyata ada seseorang yang menambahkannya ke dalam kontak. Lizi mengernyitkan dahinya bingung. Bukankah Lizi tak menyebarkan kontaknya kepada sembarang orang?

Namun beberapa detik setelahnya, ada sebuah pesan yang masuk ke dalam ponsel Lizi. Jantung gadis itu seketika berdetak tak beraturan setelah membaca isi pesan tersebut.

rUuZtuoZ : i know your biggest secret.

-———-

PART 21 : Bus Sekolah

Galileo akhirnya membuka matanya dan menatap gadis itu. "Jangan sampe lo jatuh hati sama gue ya, Nin. Ga boleh."

Hanina mengangguk. "Iya kak."

"Nurut banget sih." Galileo mengelus rambut Hanina pelan.

"Tapi kak, kalo diliat-liat muka kakak mirip sule ya."

-———-

PART 22 : Muak

Tamara memutar bola matanya malas. "Di depan gue jangan berlagak lemah lu. Gue benci banget tipe makhluk kayak lo."

Hanina bungkam. Kaget dengan ucapan Tamara yang sangat menusuk.

"Gue gabisa sekamar sama cewek. Lo bisa pake kamarnya, gue yang di sofa," ucap gadis itu.

Dengan cepat Hanina menggeleng. "Aku di sofa gapapa, kamu di kamar aja."

Tamara menghela napsnya. Dia bukan orang yang menawarkan kebaikan lebih dari sekali. "Ya udah serah lo. Ada apa-apa gausah ngadu," ucap Tamara. Gadis itu kemudian menarik kopernya menuju kamar.

"Muak banget gue sama cewek-cewek lemah yang selalu bergantung sama pawangnya," cetus Tamara.

-———-

PART 23 : Coretan Lipstik

"Parah si Lizi, kaga tau kenapa tiba-tiba teriak," ujar Jaden sembari kembali duduk di bangkunya.

Tamara terlihat tak peduli dan masih asik memakan daging yang baru saja matang.

"Kena teror paling," celetuk Galileo. Seketika itu Galileo mendapat tatapan penasaran dari yang lainnya. "Kena teror setan, mungkin setannya merasa tersaingi sama dia."

Syafa tertawa mendengar hal itu.

"Lo paling juga kena ntar. Tingkah lo berdua kan sama-sama kayak setan," ucap Galileo enteng.

"Bangsat, kena ga tu," ujar Jaden sambil tertawa ngakak.

"Lizi gapapa kan?" tanya Hanina.

"Udah ditenangin sama Junar dia," jawab Jaden. "Gue jadi kepo dia kenapa. Oh, iya, tadi gue liat di cermin kamar mandinya ada tulisan gitu. Tapi gue ga baca, kayaknya gara-gara itu."

"Do you miss me?" Georgie membuka suara. "Itu yang gue baca tadi."

"Aku pikir kamu tadi ke dapur, Ge," ucap Syafa yang berada di sebelah Georgie.

Sementara yang lainnya sibuk membahas persoalan Lizi, Nota sejak tadi sibuk dengan pemikirannya sendiri. Bahkan dia sama sekali tidak menyentuh daging ataupun makanan lainnya.

Diam-diam lelaki itu meraba saku celananya. Ada benda yang tersimpan di sana. Tepatnya sebuah lipstik.

Sepertinya Nota harus membuang barang bukti itu secepatnya.

-———-

PART 25 : Cava And Kansa

"Syafa!" Georgie berkata dengan suara yang sedikit membentak.

"Ge, kamu kok kasar sama aku?"

Georgie menghela napasnya. "Gue cuma gamau lo ngelakuin yang aneh-aneh ke orang lain, Syaf. Udah cukup ke gue aja."

Syafa menggeleng kuat. "Nggak Ge, ke kamu aja ga cukup." Gadis itu berjinjit. Bibirnya mendekati telinga Georgie, "Kamu kan tau aku Ge ..." Syafa menggantungkan kalimatnya sejenak. Melirik mata Georgie yang menatap lurus ke depan. "Aku paling ga suka ngeliat orang lain bahagia. Siapapun itu. Ga cuma kamu doang."

-———-

PART 27 : Manipulasi

"Yang kuning itu namanya Wine," celetuk Jaden tiba-tiba. "Yang abu Beer, terus yang ini Vodka." Jaden menggendong seekor kucing lainnya.

"Wine, Beer, Vodka?" ulang Hanina.

Jaden mengangguk. "Lucu kan?"

"Aku baru tau kamu suka sama kucing," ucap Hanina.

"Gue kan suka yang lucu lucu Han, makanya gue suka sama lo," ucap Jaden yang kini telah duduk di atas sofa.

-———-

PART 30 : Overthinking

Tepat ketika Jaden ingin mengangkat gelas kesekiannya, Nota datang dan menarik gelas tersebut dari tangan Jaden. Lelaki itu duduk di kursi sebelah Jaden.

"Tumben lo mau ke sini," ucap Jaden dengan suaranya yang parau.

"Gue ditelponin sama baristanya," jawab Nota. Lelaki itu kemudian mengambil ponsel milik Jaden yang tergeletak di atas meja. "Udah gue duga. Kenapa lo selalu ngeganti nama kontak gue jadi 'istriku' sih?" protes Nota dengan wajah yang terlihat benar-benar kesal.

-———-

LANJUT FLASHBACK PART 2 GA NIH?

SUMPAH AKU JADI KANGEN UNFAMILIAR TWINS🥺👉🏻👈🏻

BTW JANGAN LUPA BUAT FOLLOW AKUN INSTAGRAM @KDK_PINGETANIA DAN @ABOUTPINGE UNTUK INFORMASI MENGENAI PREORDER UNFAMILIAR TWINS YA! DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INSTAGRAM PENERBITNYA JUGA @OFFICIAL.COCONUTBOOKS

SPAM KOMEN FOR NEXT! ASKSJJSKSKSK KANGEN BANGET NGETIK KALIMAT INI.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro