Bab 4 { Triangle Love }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kraaakkk ....

Suara retakan yang begitu keras di iringi dengan cahaya yang cukup menyilaukan di ujung lorong itu sontak membuat kedua manik mata hijau itu serempak menoleh ke sebuah dinding yang tiba-tiba terbuka. Gaara yang menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan kesempatan emas itu pun langsung memegang tangan Sakura lalu menariknya berlari menghampiri retakan dinding itu.

"Gaara chott ..."

Braakk!

Ucapan gadis musim semi itu seketika terhenti saat ia melirik ke belakang, dimana lantai yang mereka pijak satu persatu amblas. Ia yang takut jatuh lebih dalam pun semakin mempercepat langkahnya hingga sejajar dengan sang kazekage.

Entah perasaannya saja atau memang nyata adanya, lorong itu terlihat semakin menjauh hingga membuat mereka mulai kelelahan. Sakura yang benar-benar sudah tidak sanggup berlari pun langsung jatub terduduk di sana membuat sang pria merah juga hampir ikut jatuh karena masih terus menggenggan tangannya.

"Sakura ayo!"

"Kau duluan saja, tidak apa kalau aku jatuh lebih da .... Kyaa! Gaara apa yang kau lakukan shannro!" Teriaknya begitu pria itu tiba-tiba menggendongnya dengan kedua tangan.

"Kita tidak boleh menyerah dalam keadaan ini Sakura. Jadi pegangan saja," Titahnya membuat gadis itu langsung terdiam beberapa saat untuk berfikir lalu mengeratkan genggamannya pada bahu pria itu.

Walau tengah menggendong gadis itu, Gaara nampak masih berlari dengan stabil seperti biasa. Begitu akan sampai di titik cahaya itu lantai di sana tiba-tiba bergeser miring hingga ia hampir kehilangan keseimbangan. Sakura yang tak ingin merepotkannya pun segera turun dari gendongannya lalu menggenggam erat-erat tangannya agar ia tak jatuh.

"Ayo Gaara!" Teriaknya membuat pria merah itu langsung kembali berlari mengikutinya.

Melihat adanya dinding yang akan turun menutup ruangan bercahaya itu, Gaara pun langsung menarik tangan sang gadis musim semi lalu menggendongnya hingga ia melongo bingung, tak mengerti dengan apa yang tengah di fikirkan pria itu dalam situasi yang begitu genting ini.

"Sakura bersiaplah, jangan kehilangan fokusmu!" Titahnya membuat gadis itu tersentak kaget dan langsung mengangguk.

Tanpa mengatakan apapun atau memberi aba-aba terlebih dahulu Gaara tiba-tiba melemparkan gadis itu ke pintu bercahaya itu dengan sekuat tenaga. Untung saja Sakura bisa mendarat dengan sempurna di sana walau jantungnya sekarang terasa seperti akan lepas karena begitu terkejut dengan tindakan mendadak itu.

Drrkkk ....

Mendengar pintu di atasnya sudah turun setengah Sakura pun buru-buru melirik pada sang pria merah yang masih berjuang berlari ke arahnya, "Gaara ayo cepaaatt,"

Braaakk!

Sebuah patung kepala yang begitu besar tiba-tiba jatuh menghantam lantai di dekat sang kazekage hingga pria itu hampir saja terseret jika ia tak buru-buru melompat ke arahnya dan menggenggam ujung lantai itu. Tanpa berfikir panjang Sakura pun segera mendekatinya lalu menarik tangannya agar ia bisa naik.

Namun, karena beban tubuhnya yang cukup berat dan ia juga tak memiliki kekuatan apapun saat ini, Sakura pun beberapakali terseret ke arahnya. Gaara yang melihat dinding pintu di atas Sakura sudah hampir mengenai kepalanya pun seketika tersenyum simpul lalu melepaskan genggamannya, "Sakura pergilah," Ucapnya membuat manik emerald itu langsung terbelalak lebar.

"Apa yang kau katakan shannaro! Kita akan pergi bersama-sama jadi ayo kembali eratkan genggamanmu, aku pasti bisa menarikmu ke atas,"

"Tidak, pergilah Sakura. Aku yakin bisa mencari jalan lain di bawah sana," Ucapnya sembari menarik tangannya namun gadis itu malah semakin mengeratkan genggamannya dan langsung menariknya lagi.

"Tidak, kau harus pergi bersamaku. Di bawah sana pasti ada ular sialan itu jadi ku mohon ... hiks ... Ku mohon aku tidak ingin sendiri lagi,"

Isakan tertahan itu sontak membuat Gaara terdiam beberapa saat karena merasakan ucapannya itu penuh dengan ketulusan dan kekhawatiran sama seperti saat itu. Dengan ragu ia pun kembali mengeratkan genggamannya hingga gadis itu mendongak, menatap ke arahnya dengan berkaca-kaca.

"Pintu dinding itu sudah hampir mengenai kepalamu, ayo tarik aku," Ucapnya membuat Sakura kembali tersenyum lalu mengangguk senang sembari menariknya dengan sekuat tenaga.

Saat ia tengah berfokus untuk naik, sebuah tangan lain tiba-tiba terulur hingga membuat Sakura langsung terbelalak lebar, "Sasuke-kun?"

"Tidak hanya dia, tapi aku juga ada," Ucap Guy yang baru tiba dan langsung menahan pintu dinding itu, "Cepatlah naik kazekage aku tidak yakin bisa menahan ini cukup lama,"

"Dalam hitungan ketiga, pijak kuat-kuat dinding di hadapan kakimu kazekage. Aku akan menarikmu," Titah sang bungsu Uchiha membuatnya langsung mengangguk mengerti, "1 ... 2 ... 3 ... Lompat!"

Braakk!

Dengan satu kali hentakan pria merah itu mengangkat dirinya semaksimal mungkin hingga Sasuke bisa dengan mudah menariknya naik. Dengan napas terengah Guy yang sudah sangat kelelahan pun langsung melepaskan dinding pintu itu hingga jatuh dengan begitu keras, membuat sekitar ruangan itu bergetar.

"Haa ya ampun, piramida ini benar-benar menantang hingga napas dan jiwaku terkuras banyak," Guma Guy yang langung berbaring di sana.

Gaara yang baru saja berdiri pun langsung menghampiri Sakura yang tengah memutar-mutar bahunya, "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya membuat gadis itu langsung mendongak lalu tersenyum.

"Nee, sudah lama aku tidak olahraga berat jadi hanya sedikit pegal,"

Melihat mereka yang cukup akrab, Sasuke pun hanya bisa menghela pelan dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Gaara yang menyadari pria itu tak nyaman dengan apa yang di lakukannya pun segera pergi ke sisi Guy lalu duduk di sisinya.

"Aku tidak menyangka akan di selamatkan oleh kalian. Terimakasih," Ucapnya membuat mereka langsung melirik pada sang kazekage.

"Hnn tadinya aku tidak akan pergi ke ruangan ini karena menemukan ruangan yang lebih menarik. Tapi karena mendengar teriakan Sakura aku jadi berbelok ke sini,"

"Ruangan menarik?" Tanya sang gadis musim semi membuat pria itu langsung mengangguk lalu menunjukan beberapa kelopak bunga yang sangat harum di telapak tangannya.

Guy yang merasa tertarik dengan penjelasannya pun nampak menggeser tubuhnya dengan malas seperti cacing ke arah mereka lalu mengambil satu bunga itu, "Ini ... Kazekage ..."

"Itu bunga yang menyambutku saat pertamakali memasuki gerbang piramida ini. Menurutku kau  tadi telah menemukan ruangan dasar dari piramida ini Sasuke. Ruangan dimana pohon kehidupan berasal,"

Walau tak ada angin yang berhembus di sana, perasaan mereka tiba-tiba menjadi merinding mendengar penjelasan pria merah itu. Perlahan ia pun mengeluarkan sebuah buku yang terlihat cukup kuno dari tasnya lalu menunjukan salah satu halaman bergambar pohon yang sangat besar.

"Di dalam buku ini di jelaskan kalau piramida yang kita masuki ini di jalankan oleh sebuah pohon kehidupan bernama Hirath. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendekat atau melihatnya,"

"Kalau tidak salah, aku juga pernah mendengar ruangan dimana Hirath berada merupakan satu-satunya akses keluar dari piramida ini. Benarkan?" Tanya sang gadis musim semi membuat pria merah itu langsung menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu setelah kita menemukan Tsunade-sama, fokus kita adalah menemukan ruangan dimana Hirath itu berada. Jadi ayo kita bergerak sekarang,"

Saat bungsu Uchiha itu akan pergi, Sakura tiba-tiba menahan tangannya lalu menggeleng pelan, "Tidak sekarang Sasuke-kun,"

"Kenapa? Apa kau ingin menetap di sini?" Sinisnya membuat manik emerald itu langsung terbelalak lebar.

"Apa maksudmu? Sebelum kita bergerak kita harus membuat rencana dulu seperti biasa Sasuke-kun," Jelasnya namun bungsu Uchiha itu malah memalingkan wajahnya ke arah lain sembari mendecak membuat Sakura semakin merasa tidak enak.

"Baiklah, katakan apa rencana yang akan kita buat?" Tanyanya sembari langsung duduk bersila di sana, membuat mereka melirik satu sama lain, tak mengerti dengan perubahan sikapnya itu.

Guy yang tak ingin membuang lebih banyak waktu pun segera mendekatinya, di susul sang kazekage. Melihat pria merah itu duduk akan duduk di sisi kekasihnya, Sasuke pun tiba-tiba menarik pinggang gadis itu agar lebih dekat dengannya. Ia yang masih tak mengerti dengan sikapnya itu pun hanya melirik beberapa saat lalu kembali memperhatikan kedua pria di hadapannya.

Sementara Gaara hanya bisa menghela melihat pemandangan itu lalu menggelar sebuh kertas di hadapan mereka, "Sebelum datang kemari aku sudah membuat skema denah piramida ini. Dan dari hasil penuturan Sakura tadi, ia bilang menemukan seekor ular besar saat jatuh jadi ku asumsikan dia berada di lantai paling dasar dari piramida ini,"

"Jadi maksud anda kita berada di lantai 2 dan harus menaiki 15 lantai lagi untuk sampai ke tengah?" Tanya sang bungsu Uchiha sembari memperhatikan denah itu dengan seksama.

"Tidak, lantai yang aku dan Gaara lewati tadi kemungkinan adalah lantai dua jadi kita sekarang berada di lantai tiga,"

Mendengar penuturannya itu Sasuke tiba-tiba terlihat mendelik lalu memperhatikan pakaian Sakura yang baru kali ini ia sadari berbeda dari beberapa saat lalu, "Lantai dua itu ... Seperti apa? Apa ada ruangan khusus?"

Braak!

Gaara yang mengerti dengan maksud perkatannya itu pun segera meletakan sebuah gulungan kertas tepat di hadapannya dengan keras hingga membuat Guy dan Sakura menjengit kaget, "Lantai dua itu berbentuk labirin, jika kau tidak percaya lihat saja sendiri,"

"Mattaku, jangan dulu bertengkar sekarang. Kita harus segera mengatur rencana, sebelum ruangan ini berputar lagi shannaro!" Teriak gadis itu membuat mereka serempak memalingkan wajah ke arah yang berbeda, "Guy-sensei, kau tadi jatuh dimana? Atau lebih tepatnya di ruangan seperti apa?"

"Aku tidak terjatuh, aku tadi menemukan sebuah pintu yang mengarah ke sini," Ucapnya membuat mereka kembali serempak menatap ke arahnya.

"Apa!"

"Dimana pintu itu Guy-san?"

"Di belakang anda, tapi sekarang sudah berganti menjadi dinding," Ucapnya sembari menunjuk ke belakang punggung sang kazekage.

Seperti teringat akan sesuatu, Gaara tiba-tiba menyingsingkan lengan pakaiannya lalu mengetuk-ngetuk jam tangannya. Sakura yang kebetulan memakai jam tangan juga ikut memperhatikannya dan langsung terbeliak kaget saat melihat jarum jamnya bergerak mundur, "Sasuke-kun," Panggilnya sembari menunjukan jam itu pada sang bungsu Uchiha.

"Chik ..."

"Shh ... Kau tidak boleh berbicara kasar di sini," Sela gadis itu sembari menutup mulutnya dengan tangan, "Guy-sensei, kita sepertinya memang benar ada di alam lain dan satu-satunya cara agar kita bisa keluar, hanya dengan mengikuti alur permainan yang ada di sini,"

"Ini benar-benar merepotkan," Gumam Sasuke sembari memijat pelipisnya sembari berdiri dan memperhatikan ruangan persegi yang melingkupi mereka itu, "Apa dari kalian ada yang tahu, kapan ruangan ini berputar?"

"Hitung saja sampai 519, aku sudah mencobanya tadi," Ucap Guy membuat bungsu Uchiha itu melirik pada dinding di hadapannya.

"519 hnn? Itu berarti 45 menit, lalu berapa lama waktu tundanya?"

"Sepertinya hanya 15-20 menit Sasuke-kun, aku sudah menghitungnya saat menyelamatkan diri tadi," Jawab Sakura yang juga terlihat ikut berdiri di sisinya.

"Souka, kalau begitu kita harus berdiri di 4 sisi ini karena kita tidak tahu ada dimana pintu yang akan membawa kita keluar,"

Mendengar itu mereka pun langsung mengangguk setuju lalu berdiri saling memunggungi di 4 sisi yang berbeda. Sasuke yang tak ingin kehilangan kekasihnya lagi pun nampak diam-diam menggenggam tangannya dengan erat hingga ia menoleh lalu tersenyum simpul.

Guy yang tak sengaja melihatnya karena tengah menyingkirkan pasir di alas kakinya pun langsung menghela pelan. Dengan begitu pelan ia mengulurkan tangannya, mengambil dengan begitu berhati-hati secarik kain yang tersemat pada pinggang sang kazekage lalu mengikatkannya pada tali tas Sakura sembari tersenyum dan kembali bersedekap memunggungi mereka.

Drrrkkk ....

Setelah cukup lama menunggu, lantai di sekitar terasa mulai bergetar. Suara gesekan seperti besi yang cukup keras membuat kuping terasa linu. Debu-debu mulai bertebaran mengaburkan pandangan, namun mereka yang sudah terbiasa dengan hal itu nampak tak terpengaruh sedikitpun.

Setitik cahaya yang lagi-lagi muncul, membuat manik emerald itu terbelalak lebar. Ia pun mengguncang tangan Sasuke agar menoleh padanya, "Di sana, ayo bergerak!" Teriaknya sembari berlari dari sana.

Gaara yang baru saja menoleh, mendengar perintah itu pun langsung di buat terkejut karena tiba-tiba tertarik dengan keras ke arah Sakura. Jika saja gadis itu tengah tidak berlari mungkin ia akan langsung menabraknya hingga jatuh.

Ia yang belum menyadari kain pakaiannya terikat pada barang gadis itu pun nampak mempercepat langkahnya hingga Sakura kini tertarik ke arahnya. Guy yang melihatnya dari belakang pun hanya bisa terkekeh pelan, karena tak ingin merusak momen lucu sekaligus menegangkan itu.

Sasuke yang melihat laju lari gadis itu tak seperti biasanya pun nampak tak terlalu memperdulikannya, karena berfikir kalau semua  itu hanyalah ilusi yang di buat piramida ini. Begitu akan tiba di titik cahaya itu Gaara tiba-tiba melepas jubahnya lalu melemparkannya tepat pada kepala sang gadis musim semi, "Awas ada api!" Teriaknya membuat Sasuke langsung menggendongnya lalu menutupinya dengan jubah miliknya juga.

Blaarr!

Bola-bola api tiba-tiba berterbangan keluar dari tempat itu. Dengan begitu gesit Sasuke nampak menebasnya dengan satu tangan sementara Gaara dan Guy terus menghindar karena tak membawa senjata apapun.

"Kazekage, tukar posisi!" Teriak bungsu Uchiha itu yang terlihat berlari begitu cepat ke sisinya lalu menyerahkan Sakura padanya, "Tolong jaga baik-baik Sakura, aku akan membuka jalan,"

Ketiga pria itu nampak bekerjasama dengan baik melewati tantangan ruangan itu. Begitu tiba di dekat pintu ruangan selanjutnya, Gaara pun langsung melompat, melewati kobaran api yang mengelilingi pintu itu.

Dengan napas terengah Sasuke dan Gaara yang baru mendarat ke lantai pun langsung melirik satu sama lain lalu tersenyum tipis, "Kita berhasil," Ucap mereka berbarengan sembari mengadu tos.

Perlahan Gaara pun berdiri lalu menurunkan sang gadis musim semi yang langsung melepaskan jubah itu sembari mengibas-ngibaskan tangannya karena merasa begitu gerah, "Haish kalian ini sebenarnya menganggapku orang atau barang sih! Seenaknya saja mengover dan membawaku tanpa meminta izin dulu,"

"Pfft yang penting kan kau selamat," Ucap Guy sembari mengacak rambutnya.

"Hnn kau tidak terlukan kan?"

"Gomen-nee Sakura,"

Melihat raut wajah mereka yang terlihat seperti orang yang tengah bersalah, Sakura pun menjadi tidak tega untuk mengomelinya. Dengan begitu lembut ia menyentuh pipi kedua pria itu sembari tersenyum dengan begitu manis hingga membuat semburat kemerahan muncul pada pipi mereka.

"Arigatou-nee, aku tadi hanya khawatir pada kalian," Ucapnya membuat kedua pria itu kembali tersenyum tipis.

Gaara yang tak ingin kembali terhanyut pada kenangan masa lalunya pun buru-buru mundur sembari memalingkan wajahnya ke arah lain. Saat ia akan pergi, langkahnya tiba-tiba tertahan karena kain bagian dari pakaiannya masih terikat pada gadis itu.

Sakura yang merasa ada yang menarik tasnya pun langsung menoleh dan begitu terkejut saat melihat ada kain yang terikat di sana. Saat ia melepasnya, kain itu tiba-tiba menghilang karena di tarik pemiliknya.

Ketika ia mengangkat pandangannya, tatapannya seketika terpatri pada sang kazekage yang juga tengah menatapnya sembari memegangi secarik kain itu. Walau pria itu tak mengatakan apapun, sorot matanya tetap saja menggambarkan dengan jelas semua pertanyaan yang ada di dalam hatinya yang membuat Sakura semakin sulit bergerak.

*******

Beberapa saat kemudian.

Mereka yang sudah sangat kelelahan melewati semua rintangan itu, nampak beristirahat di sudut ruangan. Guy yang masih penasaran dengan sistem piramida itu nampak terus mengkaji catatan milik Gaara yang tengah bermeditasi, sementara sang bungsu Uchiha malah tidur di pangkuan Sakura.

Kraakk ...

Suara retakan juga getaran kecil yang telah beberapakali mereka rasakan, nampak tak begitu di pedulikan karena mereka sudah sangat lelah. Selama ruangan itu tidak amblas atau membahayakan seperti tadi, mereka tidak akan bergerak sampai rasa lelahnya hilang.

Tringg ...

Suara lonceng yang tiba-tiba berdenting keras, menggema di sana sontak membuat mereka mengangkat pandangannya terkecuali Gaara yang masih berfokus pada meditasinya. Saat Sasuke akan bangun, gadis musim semi itu buru-buru menahan bahunya, "Shh ..." Bisiknya.

Guy yang mengerti dengan isyarat kernyitan alis sang kazekage pun, buru-buru mematikan senter juga api unggun di sana. Tak lama angin yang mengalun lembut dan dingin berhembus, mengantarkan aroma yang begitu harum dan manis di sana.

Suara ketukan alas kaki pun terdengar semakin nyaring, mendekati mereka. Manik emerald itu seketika terbelalak lebar begitu melihat sosok seorang wanita berpakaian serba keemasan dengan mahkota besar yang begitu indah berjalan ke sudut ruangan yang mereka tempati.

Jantungnya seketika berdegup kencang begitu wanita itu berdiri di ambang pintu. Ia hampir saja berteriak kaget saat wanita itu menoleh, menampakan separuh wajahnya yang hancur.

"Hiyakshaaa ..." Gumam wanita itu sebelum pergi dari sana.

Tring ...

Dencing lonceng yang kali ini terdengar membuat ruangan di hadapan mereka berubah, seperti sebuah aula kastil. Sasuke yang tertarik dengan keindahan ruangan itu pun buru-buru bangkit. Namun, saat ia akan pergi Gaara tiba-tiba menjulurkan sebelah kakinya hingga bungsu Uchiha itu tersandung dan hampir terjatuh.

"Hei, kau ini apa-ap ..."

"Semua yang kau lihat hanya ilusi, duduk atau tidur lagi saja sembari menunggu waktu yang tepat,"

Mendengar itu Sasuke pun langsung menghela pelan lalu duduk di hadapannya dengan sorot penuh tanya, "Siapa Hiyak ..."

"Shh selama ruangan itu tidak berubah, jangan menyebut nama itu," Sela Guy yang langsung menutup mulutnya, "Sosok yang di cari siluman itu adalah suaminya, jika kau menyebut namanya maka siluman itu akan menganggapmu sebagai sosok yang ia cari,"

"Dari mana kau tahu itu, Guy-sensei?"

"Aku sedang membaca buku catatan milik kazekage," Jawabnya dengan cepat sembari mengulurkan buku itu padanya.

"Kau dapat semua catatan ini darimana Kazekage? Atau kau perbah ke sini sebelumnya?" Tanyanya membuat pria itu langsung membuka matanya.

"Dari mana lagi, kalau bukan dari prasasti, dokumen kuno dan buku sejarah. Aku bahkan baru menemukan piramida ini sekarang,"

"Hanya itu? Lalu apa ada informasi bagaimana ruangan yang akan kita hadapi nanti?"

"Catatanku hanya berisi jenis mahluk yang ada di dalam sini dan tingkatan piramida ini saja,"

Mendengar itu Sasuke pun kembali menghela pelan lalu ikut membaca buku itu. Saat Gaara akan kembali bermeditasi, gadis musim semi itu tiba-tiba bergeser lalu memberikannya air minum, "Kau tidak ikut makan atau minum apapun barusan jadi ..."

"Terimakasih, tapi aku tidak membutuhkannya sekarang, Sakura. Aku harus menenangkan fikiranku untuk mencari jalan mana yang tepat untuk kita lewati," Tolaknya dengan begitu halus lalu kembali bersiap untuk bermeditasi.

Ia yang merasa tak punya hak untuk memaksa pun langsung terdiam dan kembali duduk di tempatnya sembari memperhatikan pria merah itu. Perlahan rasa bosan pun mulai melingkupinya, ia benar-benar bingung harus apa karena tidak ada yang bisa dia lakukan di sini selain tidur.

Setelah cukup lama berdiam diri, Gaara tiba-tiba membuka matanya begitu mendengar suara retakan dinding. Manik matanya kini menatap lekat pada ruangan di hadapannya yang sudah berubah menjadi lautan lava seperti di dasar gunung berapi, "Ada seseorang di sana, salah satu dari kalian pergilah cari aku akan menahan pintunya,"

"Nee aku akan pergi dengan Guy-sensei," Ucap Sakura sembari bangkit berdiri.

"Sakura ... " Tahan pria merah itu saat ia akan pergi.

"Nee?"

"Cepatlah kembali, ada yang harus ku bicarakan," Ucapnya membuat gadis itu terbeliak kaget, Sasuke yang mendengarnya pun hanya bisa melirik sebentar pada mereka karena percaya keduanya tidak akan membicarakan sesuatu di luar batas pertemanan.

Tanpa ingin mengulur waktu lebih banyak, Sakura pun segera mengangguk lalu pergi memasuki tempat yang begitu panas itu bersama dengan Guy.

**********

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro