Bab 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

::Rumit::
Happy Reading :)
•••

Dengan kesal dan malu Freya meninggalkan Andreas dan Kiana.

"Dasar Andreas ngeselin!"

"Ngomong sama siapa Frey?" tegur seorang siswa yang bersimpangan dengan Freya.

"Eh, bang Dika." Freya merasa kikuk karena ketahuan sedang ngomel sendiri.

"Udah gak waras apa Frey? Komat-kamit kayak dukun santet." Freya hanya mengeluarkan cengirannya saat dikatai seperti itu oleh kakak kelasnya ini.

"Malah nyengir, udah ah. Gue ngantin dulu ya!" Dika mengusap-usap kepala Freya membuat rambut gadis itu berantakan lalu pergi menuju kantin.

Dika dan Freya kenal sejak Freya kelas satu SMP dan Dika yang saat itu menjabat sebagai ketua OSIS di SMP nya yang tentu saja SMP tempat Freya sekolah. Saat itu Freya adalah pengurus OSIS.

Dika selalu memperlakukan Freya lebih dari pengurus OSIS yang lain dan itu membuat mereka terkesan lebih dekat, bahkan pernah tersebar gosip jika mereka berpacaran. Tapi saat SMA Freya tidak lagi berminta untuk jadi anak OSIS padahal sekali lagi Dika berhasil mendapat kursi sebagai ketua OSIS.

"FREYAA." Freya berdecak mendengar suara Kiana yang tak kalah keras dengan toa sekolah.

"Kia, gak usah teriak-teriak ngapa?"

"Abis lo ninggalin gue sih!"

"Freyaaa!" sekali lagi dia mendecak kesal. Freya memang hobi teriak-teriak apalagi jika berhubungan dengan Andreas, tapi dia tidak suka namanya diteriakkan seperti itu.

"Apa lagi sih?" kini giliran Vlorita, teman satu ekstra Freya.

"Lo harus ke lapangan depan sekarang!" ucap Vlorita dengan napas yang masih tersenggal-senggal kayak orang yang nyawanya udah di ujung.

"Ada apa sih? Buang-buang tenaga gue aja!" dan lagi, Freya ngomel-ngomel sendiri sambil jalan.

***

"Terima! Terima!" suara sorakan itu membuat gaduh area lapangan depan SMA GARUDA.

"Ya, aku mau Ndre." kata-kata itu membuat Andreas seketika berteriak.

"YEYY GUE DITERIMA! DI. TE. RI. MA!" Andreas langsung memeluk pacar barunya setelah meneriakkan hal itu. suara sorakan semakin menjadi.

Freya yang tidak tahan dengan kerasnya teriakan itu pun mulai menjauh dari area lapangan dengan menarik Kiana dan Vlorita

"Tadi katanya penting, eh taunya cuman si curut. Gimana sih Vlo?" omel Freya.

"Ya, kan gue kira lo lagi deket sama Andreas."

"Gak sudi!" Freya lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Duduk diatas rumput dan bersandar dibawah pohon di lapangan belakang mungkin akan sedikit menenangkan.

Tidak ada yang tau betapa kesal dirinya hari ini.

Emang ya, terkadang cinta itu serumit ini. Freya menolak banyak cowok demi Andreas tapi nyatanya Andreas tidak pernah menengok kepada Freya.

Selama ini mungkin Freya terlihat kesal dan benci pada Andreas, tapi jangan tertipu dengan hal itu. Karena cinta dan benci itu beda-beda tipis. Karena cinta itu terkesan munafik. Dan ini yang menyebabkan Freya benci jatuh cinta, apa lagi jatuh cintanya sama Andreas.

~∆∆∆~

Coba aja jatuh cinta gak seribet ini, pasti gue bakal dengan senang hati jatuh cinta sama lo. Tapi sayangnya jatuh cinta lebih ribet dari pada ngeladenin emak-emak yang hobi ngomel. Apalagi kalau jatuh cintanya sama elo, makin ribet, makin nyusahin.
~Freya Destiana Anggita Putri~

~ TO BE CONTINUED ~


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro