Kisah 12.1 ~ Becak

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

 Semangat yang Tidak Pernah Surut

Sekilas kisah yang tidak pernah aku lupa.
Hari itu panasnya cukup menyengat.
Menunggu angkutan, atau berjalan ke terminal?
Kepala ini sudah macam mendidih karena terik, tapi kendaraan tak kunjung datang.

Seorang lelaki melihatku, tapi aku berpaling.
Sesekali aku mencuri pandang kepadanya.
Hingga sadar, ditengah terik ini beliau masih setia menunggu penumpang.
"Terminal, Pak!" panggilku pada beliau yang berdiri di seberang jalan.

Kendaraan sederhana beroda tiga itu mendekat lalu membawaku ke tujuan.
Deru napas serta kayuhan pelan membuat hati ini berdenyut.
Sakit, sedih, bangga, semua bercampur.
Perlahan bulir beningku lolos, beliau yang tak kukenal bisa membuatku luluh.

Beliau, di usia yang tak lagi muda enggan bertopang dagu sambil bertadah pada yang lain.
Lirih ucapan hamdalah tak berhenti diucap hingga sampai tujuanku.
"Terima kasih, Nak! Alhamdulillah, dari tadi belum dapat penumpang," ujarnya.
Beliau menangkupkan kedua tangannya di dada sembari berkata, "Semoga bertambah rejekinya. Saya akan pulang supaya istri bisa memasak untuk anak-anak."

Gusti ....
Teguranmu padaku begitu mengena, melalui beliau yang hidup sederhana
Membuatku tersadar dari terlena di dunia fana.
Membuatku bersyukur tanpa harus mengukur.
Membuatku mengingat tanpa harus menghujat.

Bondowoso, 11 Oktober 2020
Na_LinaKurniawati

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro