22.-dinner

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah menghabiskan sepanjang hari bermalas-malasan,vannara bersiap-siap untuk pergi kerumah keluarganya.
Ia memutuskan untuk memakai hoodie 'light blue' nya itu dan celana jeans selutut.

Vannara keluar dan mengunci pintunya. Diliriknya jam digital yang bertengger ditangannya. Angka 19.00 tertulis disana. Sekali lagi ia membaca pesan dari mamanya kemarin untuk memastikan.

Mama
Kakak,pulang ya..ayo kita makan bareng besok malam. Vanila dan ayah kamu kangen sama kamu. Selamat ya udah dapet ranking 3. Akhirnya prestasimu mulai keliatan lagi.

Vannara tersenyum. Sudah setahun lebih semenjak ia pindah dan sudah setahun lebih juga ia tak berkomunikasi dengan keluarganya. Walaupun mamanya pernah menyakitinya, namun kasih sayang gadis itu terhadap keluarganya tak bisa di pertanyakan. Tentu saja ia rindu tawa dan kehangatan mereka. Lagian kejadian yang tidak mengenakkan itu terjadi setahun yang lalu.

Ia pun memesan ojek menggunakan aplikasi online untuk pergi kerumah keluarganya. Sesampainya disana,ia perhatikan rumah besar dengan pagar tinggi itu masih sama seperti sebelumnya.

"Permisi pak." Sapa vannara kepada satpam yang tengah berjaga itu.

"Oh iya mbak ada ap— non vannara?" Tanya satpam itu dengan antusias.

"Ih pak Robi,dibilangin dari dulu jangan pakek non kalo manggil saya."
Jawab vannara dengan sopan.

Robi adalah satpam yang telah menjaga rumah vannara sejak gadis itu masih kecil. Sedangkan istrinya bekerja sebagai pembantu dan pengasuh vannara serta adiknya.

"Non kemana aja kok ngilang setahun? belajar di luar negeri non?" Tanya satpam itu.

"Eh maksud saya,vannara." Tambah orang itu.

"Saya pindah kerumah eyang,pak." Jawab gadis itu.

Mendengarnya,robi si pak satpam hanya manggut manggut mengerti dan tak bertanya lebih jauh lagi.

"Kalo gitu saya masuk dulu ya pak." Pamit vannara.

Vannara pun mengetuk pintu masuk yang tertutup. Setelah beberapa kali ketukan,pintunya dibuka oleh seorang wanita seumuran pak Robi. Wanita itu sempat membeku ditempat sebelum senyum sumringahnya mengembang.

"Vannara.." ujar wanita itu dengan lembut.

"Bu Ratih." Sapa vannara.

Wanita yang bernama Ratih itu pun memeluk vannara dengan erat. Vannara dapat merasakan kehangatan dan ke bahagiaan dari pelukan pengasuhnya itu.Wanita itulah yang telah menjaga vannara saat ia masih kecil,menunjukkannya film Barbie,mengajarkannya menulis dan membaca, dan masih banyak lagi.

"Vannara kamu kemana aja hm? Kok ga pernah pulang,kan Ibu jadi kangen. Kamu juga kok udah tambah tinggi aja sekarang. Terakhir kali liat masih setinggi ibu kan." Ujar bu Ratih.

Vannara tersenyum lalu menjawab;

"Vannara pindah kerumah eyang bu."

"Loh disana sama siapa kamu?"

"Sendiri." Jawabnya dibarengi dengan senyum kecutnya.

Bu Ratih pun kembali menariknya ke dalam pelukan dan mengusap-usap punggung vannara dengan lembut.


"Ayo ibu antar keatas." Ujarnya.

Sambil berjalan,vannara memperhatikan sekitarnya. Dari dalam,rumahnya tampak berbeda. Terdapat banyak furnitur baru. Wallpaper dindingnya juga telah diganti. Selain itu,banyak juga orang-orang yang seliweran mengerjakan pekerjaannya. Mereka mengenakan seragam yang sama dengan bu Ratih,menandakan mereka adalah para asisten rumah tangga.

"Kenapa banyak yang diganti,bu?" Tanya vannara.

"Bukan diganti,minggat." Ujar bu Ratih.

"Minggat? Kenapa?"

"Ga tahan sama non vanila."

Mereka pun akhirnya sampai di depan pintu ruang makan.

"Vannara sayang." Sapa mamanya.

Tapi ini sangat aneh. Mengapa mamanya mengenakan gaun? Adik dan ayahnya juga mengenakan pakaian formal.

"Mama." Sapa balik vannara. Gadis itu mendekatkan tubuhnya,berniat memeluk orang yang telah melahirkannya. Namun yang didapat hanya sebatas jabat tangan seperti mitra bisnis.

Ini..tidak terasa seperti keluarga.

Gadis itu membalas jabatan tangan mamanya,setelah itu ia melakukan hal yang sama kepada ayah dan adiknya. Mereka pun duduk. Vannara sempat tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia bertanya-tanya dimana kehangatan keluarga yang diceritakan di film-film? Kapan ia akan merasakannya?

"Kakak mau pinjem dressnya vani? Vani punya banyak loh.." tawar adiknya.

"Engga makasih." Jawabnya sambil menyunggingkan senyum canggung kepada sang adik.

"Ganti baju aja vannara,biar pantes sama kita." Ujar mamanya.

Vannara terdiam sebentar.

'Pantes?'

Gadis itu menarik nafas panjang sebelum mengangguk.Vanila menggandeng vannara ke kamarnya. Sesampainya disana vanila membuka lemarinya.

"Hmm..disini ga ada yang cocok buat kakak. Kita ke lemari yang satunya aja ya." Ujar gadis itu sebelum memuntun vannara ke lemarinya yang lain.

Vannara mengernyit saat mereka tiba di depan pintu kamarnya dulu. Belum sempat bertanya,adiknya membuka pintu itu.

Kamarnya telah berubah menjadi lemari pakaian. Lemari pakaian yang sangat besar. Ia perhatikan dari atas sampai bawah. Ruangan itu didominasi oleh pakaian vanila. Ia tersenyum miring.

Miris.

"Kak,coba pake yang ini ya." Ujar vanila.

Vannara pun mencobanya.Dress biru itu melekat dengan sempurna di tubuhnya. Namun ia tidak melihat sosok dirinya di kaca. Ia melihat..seorang boneka. Boneka sempurna yang ingin semua orang lihat. Boneka yang sesuai dengan ekspektasi mereka. Boneka yang mereka kendalikan. Sementara vannara yang sebenarnya terkubur dalam-dalam dibalik topeng.

Mereka kembali ke ruang makan.

"Nah..gitu dong anak mama. Sekarang udah sesuai sama kita." Ujar mamanya.

Keluarga itu melanjutkan acara makan malamnya dalam diam. Sampai akhirnya,keheningan itu dipecah oleh ayah vannara.

"Oh iya,ayah dengar UTS ini kamu ranking 3. Olimpiade bahasa inggris juga juara 2,selamat ya." Ujar ayahnya.

"Tau dari mana?" Tanya vannara.

"Pak Dono,wali kelasmu."

"Oh.."

Hening.

Vannara pun melanjutkan makan,namun ia terberhenti saat melihat mamanya mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus kertas kado. Wanita itu pun menyodorkannya ke vannara.

"Buat apa?" Tanya gadis itu.

"Ya hadiah dari mamah karena kamu sudah berprestasi."

Vannara tersenyum. Hati gadis itu seketika hangat. Ia senang mengetahui bahwa orang tuanya masih perduli. Emosi haru menyelimuti dirinya. Ia kira orang tuanya telah membuangnya tapi ternyata tidak. Mereka malah mengundang gadis itu makan malam dan memberinya hadiah. Hal ini lebih dari apa yang vannara inginkan,seakan akan semuanya terlalu bagus untuk jadi nyata.

"Makasih ma." Ujar vannara.

"Buka dong kadonya."

Vannara pun menurut dan membuka kado itu. Di dalam kotak tadi,terdapat sebuah tas designer mahal. Yang harganya bisa mencapai ratusan juta.

Vannara ternganga.

"Biasa aja reaksinya. Itu cuman 67 juta kok, mama dapet diskon waktu beli."

Ok,vannara tambah terbelalak. Ia memang tak tau apa-apa tentang tas dan mode.Tapi yang pasti ia tau, uang 67 juta itu sangat besar. Astaga..uang itu dapat memenuhi kebutuhan vannara untuk bertahun-tahun!

"B-bukan gitu.." ujar vannara.

"Kenapa? Kamu ga suka? Kurang mahal? Kurang mewah?" Tanya mamanya,sedikit tersinggung.

"Engga mah bukan gitu, vannara cuman gatau kapan harus..make ini."

"Pake dong kesekolah." Ujar mamanya.

"Ini..kebagusan buat dipake sekolah."

"Pake kalo ada acara. Biar gak malu -maluin keluarga ini." ujar ayahnya.

Tiba-tiba,suara isakkan terdengar.

"Loh,vani kamu kenapa sayang? Jangan nangis..mau juga hadiah?" Tanya mama kepada anak bungsunya.

"B-bukan..vani ga nyiapin apa-apa buat kakak. Maafin vani,kak. Kakak jangan marah ya? Please jangan pukulin vani kayak dulu.." ujar vanila diselingi dengan tangisnya.

Vannara menggertakkan giginya. Gadis itu berusaha menyembunyikan emosinya sebaik mungkin.

Kapan gue pernah mukul lo? Batinnya.

Ya,vannara memang bukan gadis baik. Vannara kejam. Ia juga suka kekerasan.Tapi semarah-marahnya dia,ia tidak akan pernah menyakiti keluarganya sendiri.

                           +    +    +

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro