22 - Uncomplete Azure Blade

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

—『Defeat The Darkest Past, Replicant』

Sosok hitam yang menyerupai Type 00 itu mulai melangkah dan bersiap untuk menyerang diriku. Kaki ia hentakan dan dalam sekejap ia pun menghilang.

"Apa?!—"

"Tchh ... sial!—Uaghhhh!!!"

Karena refleksku telat, tubuhku terpental jauh hingga menghantam sebuah tembok batu dan meluluh lantahkannya. Terbatuk-batuk dan tubuhku hampir ambruk jika saja aku tidak menahan lutut kaki kananku.

『Kau tidak akan bisa keluar sebelum menemukan jalan yang kau pilih, anak muda』

Suara Lagiaz bergema di sekitar ruangan ini. Aku tahu ini masihlah di dalam ruangannya. Tetapi ... tetapi semua pemandangan yang kulihat dan juga tempat-tempatnya berubah.

Jika seandainya aku masih berada di dalam ruangannya—tidak, mungkin akan lebih tepat di luar ruangannya. Aku akan sekuat tenaga melakukan semua yang kubisa untuk mengalahkannya.

Namun ... selain mengalahkannya, misi lain yang di berikan oleh Lagiaz adalah melindungi sosok bayang-bayang dirinya yang tidak berdaya. Dengan kata lain aku mengulang sesuatu yang seharusnya telah di selesaikan oleh Type 00.

Aku pun bangkit dan langsung menerjang sosok bayangan itu, aku menyebutnya sebagai Replicant. Ia menyeringai kembali dan kami pun saling beradu pedang. Suara desingan dan juga deritan pedang kami terus berbunyi.

Ia tak berbicara hanya dapat tersenyum dan memperlihatkan ekspresi sedih. Ketika mulutnya bergerak dan terbuka, aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang ia katakan.

Ketika pedang kami saling terangkat, Replicant menjatuhkan diri kemudian melesatkan sebuah tendangan cepat. Namun aku bisa menghindarinya. Melompat mundur cepat lalu kembali menerjangnya dengan sebuah huyungan kuat secara vertikal.

Ia pun menyampingkan tubuhnya, sehingga arah dari tebasan pedangku hanya melewati depannya. Setelah itu kami saling melancarkan serangan yang benar-benar kuat.

Suara-suara aduan pedang kembali terdengar lantang. Selagi Lagiaz yang berada di belakangku tak berdaya ... ia seperti sedang meminta bantuan. Aku tahu dan aku pasti akan melakukannya, tetapi melihatnya saja membuatku tidak enak.

Lagi pula jika dia adalah mahluk hitam yang memang di gambarkan oleh Lagiaz dapat menghancurkan dan mencuri tubuh penduduk asli. Maka sudah dapat di pastikan kekuatannya di atas rata-rata.

Begitu aku mengintip panel indikasi status miliknya. Sebuah nama yang benar-benar hitam dan retak terpampang.

—『Unknown Replicant Lv.???』

Lagi-lagi tanda tanya! Aku benar-benar di buat kebingungan olehnya. Saat aku berada di menara Torio pun, Lagiaz yang merupakan menara itu sendiri memiliki level yang sama seperti ini. Dan cara untuk mengalahkannya adalah mencabut sebuah pedang.

Ya ... sebuah pedang yang bersemayam di lantai tertinggi dari Lagiaz sendiri. Namun kali ini aku harus mengalahkan sosok di hadapanku ini. Jika cara mengalahkannya sama seperti apa yang kulakukan pada Lagiaz itu.

Maka hanya ada satu cara untuk mengalahkannya. Dan aku sama sekali belum bisa menebaknya. Mengalahkannya tanpa memikirkan itu semua mungkin akan benar-benar sulit untukku.

Lagi pula kulihat HP miliknya sama sekali belum berkurang dan ada keanehan pada bar HP miliknya itu. Ada sekitar tujuh buah bar HP dan masing-masing dari bar itu memiliki warna yang berbeda.

Dari yang paling atas adalah merah, selanjutnya adalah biru, kemudian kuning, hijau, ungu, putih dan terakhir yang paling terbawah adalah hitam. Benar-benar mirip seperti bos lantai.

Dan aku tidak menyangka bahwa kekuatannya setara dengan seekor bos dungeon. Bahkan HP-ku saja telah berkurang setengahnya karena serangan yang tadi mementalkanku.

Aku menggertakan gigiku kemudian mengeratkan kedua telapak tanganku yang tengah memegang bilah pedang. Kemudian menghuyungkannya dari atas ke bawah. Replicant pun melakukan hal yang sama sepertiku.

Dan lagi-lagi pedang kami saling berbenturan dan mengeluarkan bunyi nyaring yang lantang. Ruangan tempatku sekarang mulai sedikit bergemuruh. Tidak lama kemudian kami berdua saling terhempas satu sama lain akibat gelombang kejut yang di timbulkan dari serangan itu.

Tubuhku benar-benar terlempar. Mengambang cepat namun aku berusaha menancabkan pedangku ke tanah. Tanpa aku sangka, pedangku berhasil menancab dan membuat tubuhku berhenti.

Kakiku turun dan mulai memijak tanah dengan lutut yang di tekuk. Ketika aku mendongakkan wajahku. Tubuh Replicant seolah-olah seperti karya seni yang di pajang pada dinding museum.

Tubuhnya rata menghantam dinding seberang sana. Begitu ia turun, dinding itu hancur dan membuat sinar matahari senja terlihat. Aku tak tahu bahwa waktu yang telah kuhabiskan begitu cepat hingga cuaca telah menjelang sore hari.

Saat kulihat wajah Replicant. Ia—tepat di samping kiri mulutnya darah keluar dan mulai menetes. Sedangkan untukku sendiri, HP-ku telah menjadi kuning dan hampir merah cerah. Jika seandainya aku mati di sini, apakah aku juga akan mati di dunia asliku?

Pasalnya ini adalah ujian dan bukan sebuah misi ataupun pertarunganku dengan monster yang lepas di area berbahaya. Tetapi ... jika ini akan berakhir seperti itu, maka mau tidak mau aku harus hidup dan berhasil menyelesaikan ujian ini.

"Tch ... sial, HP-ku tinggal sedikit lagi,"gumamku pelan.

Begitu aku kembali mengeratkan pegangan pada bilah pedangku. Replicant kembali menghilang. Dalam waktu beberapa detik itu aku harus dapat berpikir keras. Berpikir tentang lokasi Replicant berada, berpikir letak tepat Replicant akan menyerangku.

Kiri? Kanan? Atas? Tiga kemungkinan itu akan menjadi penentu apakah aku akan dapat bertahan hidup atau tidak. Jika aku gagal mungkin aku akan mati dan aku tidak menyukai hal seperti itu.

Jika aku mati, maka janjiku kepada Adi tidak akan bisa kutepati sama sekali.

Sial ... aku harus mencari jalan keluar dari ujian ini. Tetapi bagaimana cara agar aku dapat mengalahkannya. Jika bahwasannya setiap kali aku menyerangnya, dampak yang kuhasilkan sangat sedikit sekali?

Tetapi untuk saat ini ....

"Belakang?!—"

Suara dentangan terdengar nyaring.

"Sepertinya aku tepat sasaran."

Sambil menghela napas aku pun berhasil menahan serangan kejutan milik Replicant dengan belakang mata pedangku. Pedang kami saling bergesekan, ketika aku memalingkan wajahku untuk melihat wajahnya.

Ia menyeringai dan kedua matanya melebar. Aura pembunuhnya benar-benar keluar, bahkan aku dapat merasakannya.

"Tidak semudah itu ... kawan!"

Saat aku menguatkan peganganku dan langsung kembali menebaskan pedanku. Replicant melompat mundur dengan lambat. Sepertinya ini tidak mudah ....

Rasa hangat keluar dari pipi sebelah kiriku. Ketika aku menyentuhnya, cairan merah yang benar-benar sudah sering kulihat keluar. Kini cairan itu menitih jatuh dari pipi kiri menuju daguku.

"Hahaha ... ini benar-benar membuatku menjadi gila."

Tubuhku tak kuasa gemetar karena darah itu. Seolah-olah aku kembali melawan Type 00 di dalam menara Torio, lantai tertinggi tepat di ruangan di mana 【Azure Blade】bersemayam.

Replicant kembali menerjangku dengan cepat. Ia melesatkan beberapa huyungan pedang miliknya beberapa kali dengan sangat cepat. Bahkan untukku dapat mengimbanginya ... itu mustahil sekali.

Walau status Kecepatanku jauh sekali dibandinkan dengan Ketangkasan dan Kecerdasan. Replicant terus saja menyerangku hingga membuatku terdesak dan membuatku juga melangkah mundur sedikit demi sedikit.

Terus dan terus aku disudutkan olehnya, HP-ku pun dibuatnya merah gelap. Aku tak bisa menghindarinya lagi. Apakah aku akan mati ... ?

Ketika sebuah huyungan kembali melesat secara vertikal ke arahku. Aku tak sengaja tersandung dan akhirnya terjatuh. Wajah Replicant begitu gelap bagiku, seringainya yang begitu lebar namun matanya yang berbanding terbalik dengannya itulah yang membuatku merinding.

Mulutnya memanglah sedang senang, namun untuk matanya ... matanya itulah yang memperlihatkan kesedihan. Sehingga aku tak habis pikir mengapa ia menyeringai ketika matanya itu bersedih.

Namun begitu aku menutup mataku ... sosok Type 00 ... ia kembali muncul. Ia sedang mengulurkan tangannya ke arahku. Karena aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya, maka aku pun mencoba meraihnya.

Tiba-tiba saja sebuah panel indikasi muncul di depanku ....

—『Un-Counted Activated』

Dan ... tepat sekali, aku pun menyentuhnya dan mengaktifkannya. Di saat Replicant benar-benar hampir membelahku menjadi dua bagian. Tubuhku tiba-tiba saja berguling ke depan dan kini aku berada di belakangnya.

Pedang yang kugunakan tiba-tiba saja bersinar cukup samar. Seperti kulit yang membungkuks sesuatu, begitu telah dikupas, sesuatu yang muncul merupakan inti dari kekuatannya.

Dan begitulah yang kudapatkan ....

"HUH?!—"

Bahkan ketika aku berguling dan kembali bangkit, gerakan Replicant menjadi sedikit lambat. Pedang yang kugenggam pun berubah menjadi sebuah pedang baru.

—『Uncomplete Azure Blade』

Pedang itu berwarna abu dengan sebuah garis hitam yang terlihat di tengah-tengahnya. Bentuknya itu seperti pedang besar, namun begitu aku memegangnya begitu ringan seperti tidak memiliki bobot sama sekali.

Panjangnya mungkin sekitar satu setengah hingga dua meter. Terlebih ada beberapa bagian yang hilang dari komponen pedangnya.

Lalu tanpa menahannya lagi, aku pun menghuyungkannya beberapa kali dengan cepat. Seperti angin yang berhembus, begitu lembut untuk kuayunkan, dan juga begitu ringan untuk kuangkat.

Beberapa serangan yang kulakukan itu begitu ringan namun setelah berhasil menebas punggung Replicant beberapa kali. Dampak yang ia terima menjadi lebih dalam. Satu-dua-tiga-empat-lima-enam hingga tujuh buah tebasan berhasil mendarat di punggungnya dengan leluasa.

Replicant tersentak dan begitu juga HP-nya yang berkurang dan kini tinggal menyisakan tiga buah bar lagi. Aku terkejut melihatnya. Selain itu juga elemen yang selama ini selalu kugunakan jika menggunakan sebuah Skill terlihat keluar dari pedang ini, seakan-akan elemen yang kumiliki berubah menjadi pasif.

Replicant yang terus terdorong maju dari belakang kini berhasil meloloskan diri. Namun, ia terlihat kelelahan dan ia juga tiba-tiba saja langsung jatuh tertunduk. Bagai kesatria yang telah menyelesaikan sebuah perang, pedang yang ia miliki di gunakan sebagai alat penahan tubuhnya.

Sekali lagi kukibaskan pedang itu secara diagonal. Sebuah gelombang sabit tiba-tiba saja muncul dan melesat ke arah Replicant. Alhasil karena ia tidak menduganya, akhirnya ia terhempas jauh hingga menghantam sebuah dinding.

Reaksiku ketika melihat itu terjadi adalah terpaku ... tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tubuhku pun merinding melihat kekuatannya.

Ketika aku mencoba membuka layar status milikku sendiri. Apa yang kulihat sama sekali tidak bisa kubayangkan. Semua statusku menjadi tanda tanya. Bahkan pedang yang kugunakan, yaitu 【Black Sword】 berubah menjadi 【Uncomplete Azure Blade】.

Selain itu juga, ketika aku melihat panel Skill-ku. Semuanya menghilang. Hanya meninggalkan sebuah sebuah pohon dengan berbagai Skill yang sama sekali tidak kumiliki. Dari atas hingga ke bawah hanya memiliki satu cabang.

Di mana setiap cabangnya memiliki sekitar satu atau dua slot Skill. Dan yang paling teratas adalah 【Shadow Buster】. Skill itu seharusnya aktif namun kali ini pasif. Ketika kulihat keteranganya ....

『—This Skill Turn Into Passive When You Using The Azure Blade. 17% to Cast an Shadow Air Wave. Dealt Damage Base on Attack and 25% From Agility. When You Cast it, 2 Second Automatically Gain 0.75% Attack Speed and Movement Speed From Agility

"B-b-bukan kah ini keterlaluan?!—"

Mulutku menganga melihat perubahan Skill 【Shadow Buster】-ku. Tak menyangka akan menjadi seperti ini, sebenarnya apa yang terjadi padaku. Memang aku pernah mencabut pedang ini dari menara Torio.

Tetapi apakah senjataku bisa berubah tiba-tiba ketika darahku menjadi kritis?

Relicant yang berada di belakangku kini telah bangkit kembali. Walau kulihat tubuhnya sedikit gemetar dan bar HP-nya tersisa satu setengah lagi. Yang harus kulakukan adalah bertahan dan menyerangnya jika aku memiliki kesempatan.

Namun saat aku mencoba untuk memulihkan diriku dengan HP potion. Efeknya hanya bertahan sesaat. Artinya HP potion sama sekali tidak berguna jika melawan mahluk seperti dirinya di sini.

Dengan mulutnya yang terbuka seperti mengucap sesuatu. Replicant mulai berlari ke arahku. Begitu juga dengan diriku. Berlari ke arahnya dengan mempertaruhkan sisa HP-ku yang tinggal sedikit lagi.

Di bunuh atau membunuh, seperti pilihanku ketika berhadapan dengan Type 00 di sebuah tempat yang antah barantah. Di sebuah kota hantu yang sama sekali tidak terurus bahkan dapat kukatakan kota itu sebenarnya telah tiada.

Ketika ia bekata,"Jika kau membunuh maka bersiaplah untuk di bunuh!", saat itulah aku ketakutan. Aku tak ingin mati dan tak ingin membunuh seseorang. Tetapi suatu kondisi memaksaku melakukan demikan.

Aku tidak tahu apa yang kubunuh atau sebenarnya apakah aku memang membunuhnya atau tidak. Jika memang itu terjadi ... mungkin aku hanya bisa menangis lagi. Mengingat bagaimana Adi meninggalkanku dengan sebuah permintaan.

Yang bisa kulakukan hanyalah mengangguk pelan dan berkata "Ya" seperti tidak terjadi sesuatu. Walau lututku lemas dan aku tidak berdaya. Tetapi aku tetap berusaha tegar di depannya, mengetahui saat itulah saat terakhir aku dapat melihat Adi dengan kedua mataku.

"HAAAAAAAA!!!!!!"

Aku melompat ke depan begitu pula dengan Replicant yang sepertinya mulai menjadi agresif dan mulai berusaha menusukku sekuat tenaganya. Ketika aku ingin menghuyungkan pedang milikku, Replicant terlebih dahulu berhasil menggores bagian samping tubuhku.

Tetapi ....

"ARGHHHHH!!!!!!"

Aku meronta dan membiarkan itu terjadi. Karena ... saat ini ... pedangku telah berhasil menebas bagian samping tubuh Replicant kuat sekali hingga membuatnya terpental jauh dan terbang ke langit tinggi sekali.

Sebuah getaran bisa kurasakan di bawah kakiku. Ketika kedua telapak kakiku menguatkan pijakkannya. Aku mengeratkan kedua gigiku seakan-akan sedang kesakitan. Mataku mulai terasa aneh dan berat untuk kubuka.

Namun aku berusaha untuk menahannya hingga menyelesaikan ujian ini. Tubuhku gemetar namun aku namun aku berkata itu hanyalah rasa geli, tubuhku kesakitan namun aku berkata itu sementara dan tanganku sudah tak sanggup lagi namun aku mengingat janjiku.

"Akan kuakhiri di sini!!! 【SHADOW BUSTERR】!!!"

Ketika kaki kiriku menghentak lantai bebatuan ini untuk ke berapa kalinya. Aku pun menguatkan peganganku pada bilah pedang kemudian menghuyungkannya secara vertikal dari bawah ke atas.

Sebuah gelombang sabit langsung saja keluar dan melesat cepat menyambar Replicant. Tanah di sekitarku atau lebih tepatnya tempat berpijak di sekitarku hancur dan beberapa bebatuan mengapung di sekitar tubuhku.

Gelombang itu seperti burung hantu yang ingin menyambar mangsanya. Begitu halus tak terdengar namun begitu mematikan tak bisa di hindari.

"Terima kasih ...—"

"Huh?"

Replicant ... Replicant itu bisa berbicara?

Sebelum akhirnya gelombang itu menghancurkannya. Mulutnya bergerak dan mengucap terima kasih ke arahku. Apa yang bisa kuperbuat setelah semua ini?

Aku bahkan tidak bisa mengulang kembali waktu yang telah kulewati. Begitu gelombang sabit itu menghantam tubuhnya, sebuah ledakan aura hitam yang bertubi-tubi terdengar keras dan membuat tempatku sekarang bergemuruh.

Setelah ledakan itu menghilang ... begitu juga dengan sosok Replicant. Ia juga telah tiada.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro