40 - Forsaken Legacy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah panel itu muncul dan membuatku kaget. Makhluk bersayap itu mulai menerjangku dengan kibasan sayapnya. Menimbulkan angin ribut yang menghempaskan setiap kristal di sekitarnya.

Aku pun menghindari setiap kristal yang akan menghantamku. Dengan gerakan kaki yang lincah kini aku telah berada di hadapan naga itu. Walau serangannya berhasil kuhindari, kali ini cakar dari salah satu kakinya berusaha untuk mencabik kepalaku.

Dengan cepat aku pun berguling ke depan, berada di bawah tubuh raksasanya yang kini meraung. Kutusuk bagian perutnya kuat sekali. Cipratan darah ungu membuncah di mana sang naga kini terbang mengelilingku.

"Sepertinya ini bukanlah kabar yang baik."

Berpuluh-puluh—tidak, sepertinya ini beratus-ratus jarum api mengelilingi dirinya. Ketika naga itu menukik untuk menerkamku, jarum-jarum api itu pun ikut terjun.

Aku harus berpikir, berpikir, berpikir bagaimana caraku untuk menghindari serangan yang tak bisa kutahan itu. Sedangkan Elen berada di belakang sana dan aku yakin ketika semua serangan itu menghantam tanah, gelombang kejutnya akan menghempaskan Elen.

Dengan CP yang sedikit ini pun tampak tidak terlalu berguna. Pasalnya aku tak bisa mengeluarkan kemampuan aktif yang besar terus-menerus. Bisa-bisa staminaku akan jatuh dan kemungkinan aku akan mendapatkan status drop.

Di waktu sesempit ini aku harus memikirkannya. Tetapi nasi telah menjadi bubur, tanpa berpikir lagi kulepaskan kemampuan eksekusiku yaitu Pedang Vernete.

"Execute the Judgement of Vernete Sword!"

Sebuah pedang cahaya pudar muncul di sekitarku. Dengan memfokuskan kemampuan ini ke tahap lebih rumit. Aku harus memusatkan setiap CP yang kumiliki ke dalam setiap pedangnya.

Lalu dengan sebuah huyungan yang kuat. Semua pedang cahaya itu pun melayang cepat dan menyatu menjadi pedang raksasa yang setidaknya berhasil menangani sepertiga jarum api serta membuat naga itu jatuh menghantam sebuah kristal sekali berkat sayapnya yang robek.

Geramannya yang pilu berhasil memukul mundurku beberapa langkah. Memanfaatkan kesempatan itu, aku pun menghancurkan sisa jarum api yang masih menukik.

Satu hingga beberapa kali tebasan berhasil kulancarkan. Sayangnya efek burn dari jarum itu menggerogoti HP-ku.

"Panas, panas, panas, panas ... "

"Tenang Archie!"

Elen yang berada di belakangku mengeluarkan sebuah sihir penetralisir walau tidak menambah HP. Setidaknya status buruk itu kini menghilang dan HP-ku tidak lagi berkurang secara drastis.

Kini aku tidak yakin akan menggunakan kemampuanku itu lagi. Pasalnya saat ini saja aku kesulitan untuk bernapas dan tanganku menjadi berat. Walau berada dalam bentuk ini, tetapi efek yang di timbulkan dari pemakaian kemampuan itu tidak bisa di minimkan.

Jika terus seperti ini, aku tidak yakin bisa mengalahkannya apalagi bisa melarikan diri dari monster seperti ini adalah suatu keajaiban.

Tubuh besarnya kembali bangun dengan kepakkan sebelah sayap yang menimbulkan angin hitam. Terjangan angin itu setidaknya membuatku kesulitan untuk berdiri dan hampir menerbangkanku.

Ketika kulihat HP-nya, aku pun tercekat ....

"T-t-tidak berkurang?!"

Lalu naga itu pun mengamuk dengan mengeluarkan berbagai semburan api yang menciptakan sekelompok prajurit lava. Monster ini berada di dalam tingkatan yang lebih jauh di bandingkan dengan Abnormal Phenom.

Bukan hanya melahirkan monster baru, ia juga dapat beregenerasi. Setelah mengeluarkan pasukannya, ia pun terbaring dan menutupi dirinya dengan sayap. Sebuah pilar-pilar api muncul dan melindunginya dari luar.

Tetapi tunggu sebentar, bukan kah aku memiliki CP Recharge di dalam penyimpanan?

Akhirnya aku mendapatkan lima CP Recharge dari dalam penyimpanan dan beberapa barang yang dapat menguatkan statusku. Selain itu kondisi senjataku mulai memburuk dan membutuhkan bubuk perbaikan.

Setelah semua selesai dan CP kembali terisi serta pedangku kembali dalam bentuk primanya. Aku pun kembali bersemangat. Tetapi kenapa aku baru sadar bahwa di dalam penyimpanan terdapat barang-barang yang berguna?

Mungkin karena kepanikan yang tiba-tiba muncul tidak membuatku ingat tentang adanya opsi penyimpanan. Di mulai dari tidak adanya ingatan sama sekali dan kini semua rangkaian teka-teki itu kembali tersusun di dalam pikiranku.

Ingatan yang telah lama hilang pun dapat ku-ingat lagi. Serta bagaimana aku akan mengatasi situasi saat ini adalah bertahan hingga waktu yang telah di tanamkan. Ya, misi ini jika tidak salah adalah bertahan selama waktu yang di tentukan.

Jika memang seperti itu aku harus terus menghindari setiap serangannya dan menahannya jika memang itu bisa. Karena jika aku menyerangnya sama saja dengan percuma.

Meregenerasi dan mengeluarkan pasukan monster. Bertahan dengan perlindungan dari pilar api. Monster macam apa yang memiliki kemampuan gila seperti itu selain makhluk yang satu ini?

"Elen! Pastikan kau memiliki sihir perlindungan, sebisa mungkin akan ku-ulur waktunya!"

"Umm, aku mengerti."

Setelah ia mengeluarkan sebuah kain cahaya yang terlihat lembut. Sosoknya yang berada di antara dua buah pilar kristal itu menghilang. Sihir yang praktis.

Jika seperti itu kini adalah giliranku untuk melakukan tugas ekstrem ini.

Berbagai serangan satu-persatu mulai menyergapku, sayangnya semua itu berhasil kuhindari. Mencari tempat yang aman untuk melancarkan serangan. Aku pun berlari dan menekan udara yang menjadi tempatku berpijak.

Layaknya teleportasi kecil yang sangat singkat. Kuhuyungkan pedangku dengan tergesa-gesa, membiarkan kemampuan pasif menyerang mereka satu persatu. Shadow Buster adalah gelombang kejut sekaligus sabit yang muncul secara pasif ketika aku berada dalam bentuk ini.

Setiap serangan yang berhasil kulancarkan, satu persatu prajurit lava itu mulai hancur, dan membuncahkan cairan panasnya. Kini tempat yang kukira akan sejuk dan dingin berkat adanya danau berubah menjadi panas yang cukup menyengat.

Selain prajurit yang menyerangku dengan pedang maupun tangan kosong mereka. Ada juga yang menggunakan panah dan berdampingan dengan seekor monster bertipe astral.

Kenapa monster itu ada di sini?! Batinku.

Ketika sebuah anak panah hampir saja menghancurkan wajahku, aura yang menyelubunginya mulai lepas, dan menyerangku di saat yang bersamaan. Tempat ini lebih mirip seperti dungeon dengan tingkat kesulitan maksimal.

Aku tak tahu apakah hadiah yang kudapatkan akan setara dengan kesulitan ini, atau sebaliknya. Tetapi untuk saat ini yang harus kulakukan adalah bertahan selama mungkin.

Namun harapan itu tampaknya tak akan terjadi. Karena aku mendengar raungan yang sekaligus menghancurkan pilar api itu dalam satu kali tarikan napas. Ini gawat, benar-benar gawat.

Naga itu kembal bangkit dan paranya prajuritnya sama sekali tidak ikut hancur dan tetap berjalan mengincarku dengan serangan mereka.

Apakah ada cara lain yang bisa kulakukan untuk terus bertahan?

Kugelengkan kepalaku dan langsung menerjang makhluk besar itu dengan sebuah huyungan yang kuat. Melepaskan bayang-bayang pedang ke-abuan yang berdebum hebat ketika menyentak sekumpulan prajurit lava itu.

Mereka pun hancur dalam sekejap dan kini meninggalkanku dengan si besar itu.

"Datang lah kemari, bayi besar," ucapku dengan senyuman tipis.

Ketika ia kembali meraung dan bersiap untuk melepaskan semburan api panasnya. Aku pun segera menghindar, tapi perkiraanku salah karena semburan api itu memiliki jangkauan, dan lebar yang bukan main.

Akhirnya aku pun terhempas dengan luka bakar yang kini menyelimutiku. Menggerogoti HP-ku setiap detiknya. Kukeluarkan sebuah penangkal api atau yang biasa di sebut Fire Ressistence.

Hanya membayangkan semburannya saja sudah membuat HP-ku memerah. Sedikitnya rasa keraguan yang berada di dalamku perlahan mulai memudar.

Terus memikirkan sesuatu tidak akan berdampak pada apa-apa. Untuk saat ini setidaknya aku masih selamat, tapi kakiku kesulitan untuk bergerak. Tubuhku pun benar-benar kewalahan dan sepertinya akan roboh tidak lama lagi.

Demi berhasil menyelesaikan misi ini aku harus bertahan, demi menyelamatkan Type A1 aku harus segera sampai di sana. Dan demi diriku sendiri yang ingin menemukan pembunuh orang tuaku harus terus mencari.

Oleh karena itulah aku tak boleh ragu dan harus terus maju. Walau tubuhku babak belur dan penuh luka maupun tak berdaya karena begitu lemah. Maka hanya ada satu yang bisa kulakukan saat ini dan itu adalah ....

" ... T-terus melangkah maju dan jangan menyerah. Dasar sialan! Argggg!!!"

Aku pun berteriak untuk bangkit, melangkah untuk terus sadar, dan bertarung demi mendapatkan sebuah jawaban.

"Maju kau monster sialan!"

Level bukanlah penentu segalanya. Tetapi kemampuan untuk mengambil dan memutuskan suatu keputusan serta bagaimana cara untuk dapat melakukannya dengan sebaik mungkin lah yang dapat menentukan satu langkah kecil.

Dan langkah itu adalah penentu apakah aku sebagai pencipta dunia ini layak dan berhak menghancurkan fenomena ini?

Dengan segala kekuatan yang masih tersisa dalam tubuhku, aku akan terus bertarung hingga darah titik penghabisan. Aku bukanlah lelaki pengecut yang sebelumnya menangisi kepergian Adikku atau lelaki yang sama sekali tidak bisa mengambil keputusan dengan baik.

Aku adalah aku begitu juga dengan takdirku, yang bisa menentukannya hanyalah aku seorang. Kugunakan HP Potion dan beberapa penguat untuk bertahan.

Siklus itu kembali terulang. Aku menyerang dan naga itu bertahan, ketika berhasil mengenainya ia pun meregenerasi, dan mengeluarkan prajurit lava itu lagi. Terus dan terus hingga semua HP Potion dan CP Rechargeku habis.

"Arghh ... aghkss—"

Sial ... kini aku terpojok. HP-ku tinggal sedikit lagi begitu juga dengan CP-nya. Tubuhku tak bisa kugerakkan, punggungku kini tengah bersandar sementara kakiku kuluruskan. Penuh darah dan luka sayatan.

Beberapa di antaranya bahkan mengalami luka bakar. Kepalaku menunduk dengan renungan yang tampaknya membuatku gundah. Apakah ini akhir dariku? Lalu bagaimana dengan waktu tenggatnya?

Mengapa misi ini begitu menyebalkan? Sial ... aku tak ingin memikirkannya lagi.

"Hahhh, pada akhirnya yang kuat menginjak yang lemah. Benar-benar fakta yang menjengkelkan," ucapku sambil mengeluarkan napas.

Tidak lama setelah itu sebuah cahaya biru muncul di atas naga itu, dan langsung menghabisinya dalam sekali serangan. Lalu semua perjuangan yang selama ini kulakukan apakah memang benar sia-sia?

Tidak, kali ini aku harus berpikir positif. Tidak mati dan juga tidak gagal. Tetapi mengapa aku kesal sekali dengan cahaya itu dan ada apa dengan sistem sialan ini.

Seekor monster yang memiliki HP tak terbatas dapat meregenerasi tubuhnya sendiri dan bahkan bisa mengeluarkan kemampuan yang mengerikan. Kalah hanya dengan satu kali serang?

Lelucon macam apa ini? Sial, sepertinya aku ingin menertawakan diriku sendiri karena perjuangan ini.

Kemudian cahaya itu pun berpijak. Kaki? Apakah itu seekor makhluk yang lain. Tetapi dugaanku salah, karena itu adalah seorang kesatria dengan jubah biru. Ia pun perlahan mendekatiku dengan wajah memelas.

Aku tak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini. Tetapi melihatku dengan matanya yang memelas itu seakan mengingatkanku pada seorang anak kecil. Ya, tepatnya seorang bocah ingusan yang selalu bermimpi menjadi seorang kesatria gagah berani.

Lalu aku pun tersadar bahwa sebenarnya sosok itu benar-benar sangat kukenali bahkan ia adalah Prototype pertama yang kuciptakan.

"A-Arthorias?" tanyaku ragu.

Arthorias The Knight of Phantasma. Maka naga yang tadi ia hancurkan merupakan jalan ceritanya?

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Sang Pencipta," ucapnya dengan senyum tipis.

Matanya pun kini tampak hidup dan memiliki cahaya di dalamnya walau tubuhnya sendiri kian terkikis setiap detiknya.

"Aku tak memiliki banyak waktu, tetapi aku senang jika kau terlihat senang saat ini, Sang Pencipta"

"Begitu? Ini memalukan sekali, namun bukan kah kau juga sama?"

"Hmmp. Itu karena misi dan mimpiku telah berakhir, sebagai satu-satunya kesatria yang selamat dari fenomena itu, dan bisa kembali bertemu denganmu. Bukan kah itu sebuah pencapaian yang harus di banggakan?"

"Sayangnya aku tidak terlalu mengerti dengan prinsip kesatria. Tetapi kau bisa mengenaliku? Secepat itu?"

"Bagaimana aku lupa dengan wajah Ayahku sendiri?"

Ia pun tersenyum kemudian memberikanku sesuatu.

"Ini adalah Gear of Fate. Kuharap Ayah menggunakannya dengan bijak dan segeralah bebaskan Ibu dari sangkar itu"

"Jadi selama ini dugaanku benar"

"Sebagai tambahannya ...."

Kemudian tiba-tiba saja kabut muncul dan mengelilingi tubuh Arthorias. Ketika ia membuka telapak tangannya, semua kabut itu menjadi satu, dan menciptakan sebuah masker—aku tidak terlalu yakin apakah itu benar-benar masker atau sebuah topeng.

Karena bentuknya yang hanya menutupi bagian mulut saja.

"Ini adalah kekuatan yang tersisa dari naga itu. Kuharap Ayah bisa memakainya dengan hati-hati karena dengan ini Ayah bisa melepaskan pembatas."

Limit Break alias pelepas batas adalah sebuah kemampuan yang dapat melepaskan kekuatan maksimal dan meningkatkannya ke tahap selanjutnya. Ini cukup berbahaya. Tergantung atribut dan kekuatan elemen apa yang mendasarinya bisa saja kemampuan itu adalah sebuah petaka.

"Apa kau yakin?"

"Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar ketika melihat keluarganya selamat. Dan karena itu sebagai hadiah terakhir dariku setidaknya Ayah bisa menyelamatkan Ibu secepat mungkin"

"Benar-benar anak yang merepotkan."

Ia pun tersenyum kemudian memegangi tanganku.

"Ayah, berjanjilah padaku agar kau bisa terus bahagia bersama Ibu"

"Bukan kah perkataan itu seharusnya untukmu?"

"Tidak. Lagi pula tubuhku tidak akan bertahan lama setelah penantian yang selama ini kutunggu"

"Lagi-lagi aku di tinggal, kah?"

Ia pun menggeleng sambil menguatkan genggaman dan tersenyum lebar kepadaku.

"Tidak, masih ada Ibu di sana. Ini bukanlah perpisahan, tapi akhir dari awal yang baru, Ayah ...."

Setelah itu Arthorias melebur menjadi cahaya yang menyelamatkanku dari takdir kejam ini. Ini menyedihkan dan hatiku benar-benar sakit melihatnya pergi meninggalkanku. Walau ia tidak lah nyata seperti Adi.

Namun bagiku arti keluarga merupakan sesuatu yang akan kulindungi dan aku gagal lagi. Ini memuakan dan membuatku ingin menangis. Ketika kudongakkan kepalaku, sebuah cahaya dari atas sana membuatku sadar.

Ya, tersadar dari semua penyesalan yang telah kuperbuat. Setidaknya aku mendapatkan pesan penting darinya, begitu juga fakta bahwa Type A1 berada di sana.

Tunggu aku di sana ... Elen.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro