48 - Hypno Testing

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa kau yakin akan mengikuti pria asing ini?" tanyaku kemudian menoleh sedikit ke arah Fera.

"Tentu, mungkin ini adalah takdir bertemu denganmu."

Nadanya yang terdengar gembira semakin membuatku khawatir. Pasalnya Elen kini menjadi lebih agresif dan mulai mengalungkan tangannya di lengan kananku. Sementara itu Fera di lengan kiriku.

"Apa kalian tidak terlalu lengket? Ini membuatku tidak nyaman"

"Hmmm, jadi kau tidak ingin kusayang, Archie?" tanya Elen sambil mencubit pipiku.

"Aku tidak tahu, tapi ini rasanya menyenangkan"

"Aww. Elen hentikan, kau bukan lagi anak-anak!"

Kehidupanku benar-benar berubah. Hmm, benar. Berubah ke arah yang lebih menyusahkan. Berjalan saja membutuhkan tenaga ekstra.

Setelah melewati jembatan ini aku yakin akan sampai di perbatasan Benua Feragard dan Benua Ternia. Benua yang di huni oleh Ras Marhn. Ras berpostur kecil dan memiliki keahlian di bidang penciptaan senjata serta perubahan efek pada barang-barang.

Jika di pikir-pikir lagi, aku belum pernah bertemu dengan pemain dengan Ras Marhn. Apakah mungkin kelompok yang bersama Elen waktu itu adalah Marhn?

Ya mungkin ini tidak akan menjadi sulit jika saja mereka tidak bertengkar sambil menarik-narik lenganku.

"Sebelumnya ada yang membuatku penasaran," gumamku." Bisakah kalian akrab?!"

"Tapi!—"

"Archie?!—"

"Hahhh ... bersikaplah selayaknya umur kalian!"

Ketika mereka meributkan siapa yang lebih baik menjadi partnerku. Di saat itu juga aku melepaskan mereka dan menyentil kening mereka bersamaan. Rasa yang benar-benar beda, sentilan ganda yang berujung pada keheningan.

Memegangi keningnya masing-masing—Elen dan Fera mulai melihatku dengan tatapan berair.

"Lagi?! Kenapa aku kena serangan mematikan itu lagi?"

"Aww, aku juga?!"

"Dasar ...."

Sebenarnya aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Tetapi ketika aku sedang berpikir hal itu menggangguku sekali. Hmm, ya ... apa yang kumaksud adalah dada mereka. Empuk.

Dan karena itu juga aku tak bisa berkonsentrasi.

"Ada yang ingin kupastikan terlebih dahulu. Elen, bisakah kau mendekat?"

Ketika mendengar itu, wajah yang sebelumnya terenyuh kesakitan kini berbinar.

"Baiklah."

Sebelumnya ketika berada di dalam karnaval itu aku bisa membuka topeng ini dengan sentuhan tangannya. Mungkinkah satu-satunya cara membuka topeng ini hanya dengan sentuhan Elen?

"Bisakah kau menyentuhku di daerah sini?"

Ia pun mengangguk, kemudian menyentuh bagian topengku. Hanya dengan sentuhan kecil itu berhasil membukanya dengan cepat. Seperti melebur menjadi beberapa keping kaca, topeng itu pun hancur lalu masuk ke dalam status tambahanku.

"Hmmm ... sekarang aku mengerti. Fera, bisakah kau melakukan hal yang sama seperti Elen?"

Setelah topengku kembali kupakai. Kini giliran Fera lah yang mencobanya dan hasilnya sama. Berarti kesimpulanku benar. Topeng ini tidak bisa kulepas sendiri.

Terdiam dalam senyuman tipis, aku pun mendongakkan wajahku sedikit.

"Mungkin ini akan menarik. Kita lanjutkan perjalanannya ... aku ingin segera makan," ucapku.

"Kenapa tidak berkemah saja di dekat sini?" tanya Elen.

"Jika tidak salah jalan ini akan mengarah ke perbatasan Benua Feragard dan Ternia, 'kan?"

"Jadi kau mengetahuinya, Fera?"

"Setidaknya aku masih ingat. Sayangnya aku kehilangan petaku"

"Tenang, aku memilikinya kok."

Lalu tidak lama kemudian kami sampai di sebuah lereng yang menjorok ke bawah. Tidak ada jalan lain selain gua bawah tanah. Bagian sisi kanan maupun kiri kami jalan buntu yang mengarah pada jurang.

Selain itu seingatku kota tempat mereka tinggal memang berada di bawah tanah, kan?

Setidaknya itu dapat memudahkan mereka untuk menambang mineral dan beberapa biji besi murni. Jadi gua ini pasti akan mengarah tepat menuju kota mereka.

Tidak seperti saat berada di danau dalam gua, bertarung mati-matian dengan Naga Dreadnought. Gua yang satu ini tampaknya aman. Bicara tentang mereka berdua, aku penasaran dengan serikat, dan tim mereka sebelumnya.

"Apa kalian baik-baik saja bersamaku?"

"Archie! Sudah kubilang bersamamu adalah prioritas pertamaku!" tegas Elen.

"Sebenarnya aku tak keberatan jika terus bersamamu. Mungkin ini yang di katakan mereka sebagai kebahagiaan?"

"Kenapa kau bertanya balik? Seharusnya aku mendapatkan jawaban, 'kan?"

"Tidak peduli di mana pun, aku akan selalu bersamamu! Titik!"

"Sepertinya calon istrimu cukup keras kepala sekali, ya, Archie"

"Huhh, sifatnya memang tak pernah berubah jika itu berurusan dengan sesuatu yang ia sukai."

Aku pun menggaruk belakang kepalaku. Berjalan di antara kegelapan dalamnya gua, Fera mengeluarkan kupu-kupu api dengan kekuatan sihirnya. Berkatnya sekarang aku bisa melihat lebih jelas.

Ya, walaupun tanpa penerangan pun aku bisa melihatnya cukup jelas karena itu salah satu kemampuan dari rasku.

"Aku memang mengenalnya sejak lama, tapi aku tak tahu di mana tempat tinggal, dan asalnya"

"Jadi seperti itu ya."

Aku pun mengangguk dan sadar bahwa Elen kini menggenggam tanganku. Ia pun tersenyum dari balik pantulan mata violetnya yang indah. Bayanganku terlihat ikut tersenyum tipis.

Bisa-bisanya di saat seperti ini seperti itu. Lalu bukannya hanya dia, bahkan Fera pun ikut menggenggam lenganku.

"Ehmm, anggap saja aku membutuhkan suplai CP untuk mengaktifkan kemampuan ini."

Itu terlihat sangat mencurigakan. Tetapi aku membiarkannya. Selama mereka berdua bisa tenang berada di sisiku, kenapa tidak?

Akhirnya kami pun tiba di kota itu. Tempat yang sangat indah. Terlebih pemandangan ini tidak jauh beda dengan danau bawah tanah yang pernah kutemui.

Hanya saja tepat di tengah-tengahnya terdapat sebuah kota raksasa mengapung dengan empat buah jembatan yang tersambung ke berbagai arah.

"Kota Lenigard, kota para Ras Marhn. Akhirnya kita sampai juga"

"Aku ingin mandi dengan taburan Bunga Cynadine. Ahhh! Membayangkannya saja membuatku ingin segera mencobanya"

"Jika kau ingin mandi mengapa tidak mengajaknya saja?"

"Benar juga, ide bagus Fera."

Setelah itu aku mendapatkan tatapan genit dari mereka berdua. Tapi kuhiraukan itu untuk sementara karena di depan sana segerombolan pemain lain sedang menuju ke arah kami.

Setidaknya mereka bukan berasal dari Serikat Vesuvia. Mungkin hanya sekumpulan NPC. Tapi perasaan aneh apa yang kurasakan saat ini?

Tidak, semoga jangan yang aneh-aneh. Aku ingin beristirahat. Karena kau baru tersadar kalau tubuh ini benar-benar kelelahan dan membutuhkan istirahat.

Biarkan aku istirahat untuk hari ini. Game? Mungkin? Tapi sensasi yang kurasakan sama dengan sensitifitas pada dunia nyata. Jika kelelahan ya kelelahan dan lagi CP-ku juga hampir terkuras habis berkat masuk ke dalam Mode Azure.

"Hehehehe, ada apa nona-nona cantik datang ke kota ini?"

Aku mengerti, ya aku sangat mengerti kalian benar-benar benar sudah lelah dengan semua ini. Tetapi ini hanyalah sebuah game dan tidak lebih. Jangan melampiaskan nafsu kalian pada avatar yang entah sama atau beda dengan penggunanya.

"Bagaimana jika bermain dengan kami sebentar? Tidak buruk, 'kan?"

"Kalian juga akan mendapatkan beberapa informasi penting dan barang-barang legenda."

Kulihat raut wajah Elen dan Fera menjadi gelap. Ini bukanlah kabar yang baik. Sebaiknya aku harus memperingati mereka, walaupun terkesan tidak sopan. Menghajar pemain yang tidak ada sangkut pautnya denganku bukanlah sesuatu yang harus patut kubanggakan.

Apalagi ketika pemain itu menggoda perempuan dengan perkataan yang tidak selayaknya. Tetapi menurutku mereka masih berada di atas batas kewajaran. Ya, itu menurutku ... tetapi jika menurut dua partnerku ini ....

Ahh, tamat sudah nasib kalian, batinku.

Namun aku kembali berpikir ... ini ada sangkut pautnya dengan apa yang mereka katakan sebelumnya. Dan lagi aku sama sekali tidak mendengar bagaimana kabar pemain lain yang mengikuti misi Pipo.

Jika informasi aku dengan senang hati akan mencurinya tanpa perlu menghajar mereka.

"Maaf, tapi mereka adalah wanitaku!"

Setelah itu aku pun merangkul pinggang keduanya.

"Apa ada masalah?"

Sial, semoga mereka tidak salah paham. Setidaknya untuk saat ini ... kumohon kalian segera pergi dari sini. Aku tidak bisa menahan mereka berdua lebih lama lagi.

"Huh?! Apa maksudmu bocah gelap!"

"Lihat wajah mereka saja tidak sudi kau rangkul!"

Ketika aku memastikannya dengan kedua bola mataku sendiri. Perkataan mereka sangat berlawanan dengan fakta saat ini. Pasalnya ekspresi mereka berdua saat ini tampak senang sekali.

Ahh, sial. Kenapa aku harus mengatakannya? Tidak ... tunggu. Informasi, ya itu adalah tujuanku. Seingatku ras Fera memiliki kemampuan untuk menjadikan sesuatu sebagai bonekanya.

"Fera, apakah kau bisa membuat mereka patuh kepadamu?" bisikku pelan.

Ia pun mengangguk pelan. Hanya berselang beberapa detik mereka semua terdiam mengikuti arahan Fera. Setelah itu aku memintanya untuk membocorkan informasi apa yang mereka punya.

Mereka adalah sekumpulan pemain dari berbagai ras dan aku sama sekali tidak keberatan dengan itu. Karena semakin beragam, informasi yang kudapatkan juga akan semakin banyak.

Namun takdir sepertinya berpihak kepadaku. Sebuah pengumuman tiba-tiba saja muncul dan itu adalah misi pengejaran artefak manusia yang baru saja kuselesaikan.

[Selama kepada pemain yang berhasil menyelesaikan misi ini, hehehe]

[Aku Pipo sang pendongeng telah mengirimkan hadiah tersebut ke dalam rekeningmu]

[Semoga kau senang dengan hadiahnya, wahai pendekar hitam]

Setelah mendengarnya aku pun bisa bernapas lega, dengan begini tidak ada lagi yang akan mengejar Elen.

"Pendekar hitam? Fufufu ... aku penasaran siapa ya orang itu"

"Ohh, mungkin kah itu pangeran kita?"

"Hentikan itu bukan lah lelucon. Lalu bagaimana? Apakah kau bisa melakukannya Fera?"

"Ya, itu hal mudah bagiku."

Lalu mereka yang telah di hipnotis oleh kemampuan Fera mulai memberitahu kami mengenai informasi sebelumnya. Semoga ada informasi yang bisa menuntunku kepada pembunuh itu.

"Hahhh, baiklah dengan kata lain informasi yang mereka ceritakan tidak jauh dari misi-misi unik, dan juga beberapa labirin rahasia," ucapku sambil membuang napas.

"Kenapa? Apakah kau belum puas Archie?"

"Tidak, hanya saja informasi yang mereka bertahukan bisa kita beli dengan mudah di Deux"

"Deux? Seorang pemain kah?"

"Bukan, lebih tepatnya NPC yang berada di Reruntuhan Vanitas dekat dengan Kuil Agrador"

"Hmmm. Aku baru pertama kali mendengarnya," sahut Fera sambil menempelkan telunjuk di bibir merah mudahnya.

"Itulah Archie-ku ... ia tahu semuanya"

"Tidak semuanya. Hanya beberapa ...."

Informasi ini cukup rahasia karena Deux adalah salah satu NPC penjual informasi yang hanya bisa di temukan setelah menyelesaikan misi berantai dari penjaga terakhir Harl dan Hera.

Mereka berdua penjaga gerbang menuju dungeon tersembunyi dengan tingkat kesulitan wicked di Jalur Kematian Reginaz tepat di atas sebuah pohon raksasa menuju Benua Eldia.

Untungnya mereka sama sekali tidak peduli dengan itu. Dan saat ini aku bisa mempercayai Fera karena sesuatu yang sederhana.

"Baiklah, misi unik ini adalah mendapatkan beberapa senjata dan perlengkapan spesial. Tidak lain dan tidak jauh, juga beberapa lembaran sihir legenda. Aku sama sekali tidak tertarik dengan itu."

Bicara tentang Benua Eldia. Benua itu adalah tempat berkumpulnya rasku. Bisa di sebut sebagai kampung halaman.

"Bagaimana dengan kalian berdua?"

"Aku sama sekali tak tertarik dengan sesuatu yang membuatmu bosan, Archie"

"Sebenarnya aku sedikit tertarik. Tapi ... "

"Kau ingin melakukannya, Fera?"

"Hmm, mungkin akan lebih menyenangkan jika bisa bersamamu. Tapi sepertinya tidak, aku lebih memilih bersamamu"

"Baiklah. Kalau begitu bisa kembali mereka seperti semula? Setelah ini kita akan mencari penginapan"

"Serahkan padaku."

Lalu mereka pun kembali seperti semula, tidak ada yang sadar bahwa sebelumnya Fera telah menghipnotis mereka. Ya, tampaknya aku cukup jahat juga.

Ketika aku sadar bahwa ada yang salah. Pinggang mereka berdua masih kurangkul dan karena itulah keringat dingin bisa kurasakan mengalir di leherku.

Sementara mereka terlihat senang dengan apa yang kulakukan. Di sisi yang lain aku tersiksa oleh rasa manis di luar batas ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro