1 Januari - satu tahun lalu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku nggak tahu bagaimana aku bisa tahan menjadi pacar Andrew semenjak kejadian yang sangat memaksa (ingat, nggak, bagaimana aku "menerima"-nya hanya dengan bernapas?) pada malam Tahun Baru itu. Namun, somehow, aku mampu menjalaninya.

Aku menikmati menjadi pacar Andrew, malahan. Andrew adalah segala hal yang aku nggak pernah tahu aku butuhkan--ia merupakan sosok yang mengajariku kalau hidup nggak harus dibawa serius, kalau sesekali aku harus bersantai dan bertindak konyol sedikit karena hidup itu cuma sekali. 

Minggu lalu, Andrew mengajakku ke jembatan layang kota--iya, layaknya anak-anak alay yang biasa kamu temui tiap malam Minggu--untuk "menikmati pemandangan kota". (Dan iya, kami naik motor dan segalanya.)

"Kok kesannya kayak anak alay banget, sih?" tanyaku, yang waktu itu keberatan. 

"Kebahagiaan itu nggak cuma berasal dari dinner di restoran bintang lima atau liburan ke Bali," Andrew menimpali. "Bagi beberapa orang, duduk-duduk di tanah kosong sambil gelar tikar aja udah menyenangkan banget."

"Anjir."

"Tapi seriusan lho, pemandangan kota itu paling indah kalo dilihat dari jembatan layang."

"Terserah," komentarku, walau pada saat itu aku sama sekali nggak bermaksud untuk ketus padanya.

Malam ini, dalam rangka merayakan malam tahun baru sekaligus anniversary kami yang pertama, Andrew mengajakku untuk ikut bareng keluarganya ke villa mereka ke Puncak. (Yang kurasa agak nggak perlu, sebenarnya, mengingat jarak Bogor yang nggak terlalu jauh dari Puncak.) Meet the parent. Dalam hati, aku bertanya-tanya kenapa Andrew sudah begitu berniat memperkenalkanku ke orang tuanya, walaupun sejatinya kami hanyalah pasangan anak SMP yang nggak serius. 

"Kamu mau ngelamar?" tanyaku begitu aku dan Andrew hanya berdua di balkon villa. Kini sudah beberapa menit setelah tahun baru, dan aku telah memberitahu Andrew kalau aku merasa agak canggung setelah bertemu kedua orang tuanya. "Eh, BTW, orangtua kamu kayaknya formal dan serius banget, ya. Nggak kayak kamu."

"Nggak, sih," Andrew menggeleng sambil menyesap Coca-Colanya. "Aku cuma mau nunjukkin aja ke mereka, siapa cinta pertama aku."

Normalnya, aku sangat ingin gumoh mendengar pernyataan barusan. Instead, aku menghabiskan sepanjang malam memikirkan tentang perasaanku yang sebenarnya terhadap Andrew. Mungkinkah, sama seperti Andrew, aku juga menggangapnya cinta pertamaku? Atau apakah hubungan kami ini cuma sekedar karena aku waktu itu bernapas saja?


A/N: OM TELOLET OM.

btw, bulanan daddrew kagak apdet yha gaes. karena uwe lagi libur, uwe akan namatin vidchats lho. ehe. aaand kok dia sangat sweet dan sangat ooc sih disini menangos.

dan maafkan part yang sangat cringey ini. 

oh, dan usahakan uwe lebih sering apdet yaps. 

*kemudian baru apdet seribu tahun kemudian*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro