Bab 8 ( Cupcake )

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perlahan tapi pasti, gadis mungil itu perlahan mulai membuka matanya. Jantungnya berdetak tak karuan. Matanya menyusuri ruangan yang sedang ia tempati. Ia tahu betul akan tempat itu. Kamar lamanya. Tapi, siapa yang membawanya ketempat itu ? Ia benar-benar bingung akan hal itu. Otaknya kembali berpacu dengan kencang. 

"Ah, aku harus memeriksa luar!" katanya tiba-tiba. Ketika gadis itu hendak bangkit dari ranjang tempat ia bangun. Tiba-tiba saja....

Tokk...Tokk... Seseorang tampak mengetuk pintu ruangan itu, dan perlahan pintu itu terbuka. Menampakkan sesosok wanita muda dengan semangkok bubur di tangannnya. "Caca! Kamu sudah sadar ?" Wanita muda itu mulai bersuara. Gadis itu terkejut, ia tampak tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bibi Hestie. Nama itu terus berkutat di kepalanya. Menghidupkan kembali memori usang yang hampir padam karena termakan usia. 

"Caca... Selamat datang kembali di rumah," kata wanita itu sembari merentangkan tangan dan tersenyum lebar. Wanita itu sebenarnya bukan orang tua gadis kecil itu. Ia hanyalah pengasuh dari gadis itu. Walaupun bukan anak dari wanita itu, caca selalu di perlakukan layaknya anak sendiri. 

"Bibi, Caca kangen," kata Caca dan seketika berhambur memeluk sosok wanita yang begitu dirindukannya. 

"Bibi juga sayang. Sejak kamu dan orang tuamu pergi. Rumah ini selalu sepi, hanya sebatas rumah kosong tanpa kehadiranmu," wanita itu tersenyum penuh arti pada gadis di depannya itu. Senyum dan tawa dari keduanya mengembang indah pada waktu itu, hingga sesuatu menghancurkan kebahagiaan keduanya. 

Domm... suara ledakan terdengar amat jelas di telinga keduanya. Sesaat kedua sosok itu berpandangan. Samar-samar mulai tercium aroma masakan yang gosong.

"Aroma apa ini Bi ?" tanya Caca penuh tanda tanya. 

"Entah, eh, anu, jangan-jangan...eh, cupcake ku!" wanita itu segera berlari keluar dan pergi menuju rumah di samping rumah itu. Ternyata benar dugaannya. Cupcake buatannya telah berubah menjadi arang. 

"AAARRGGHH... CUPCAKE KU...," mendengar teriakan Bibi Hestie yang begitu keras dari samping rumahnya, Caca segera datang dengan tergopoh-gopoh. 

"Bibi! Kenapa Bi ?"

"Cupcake," kata wanita itu dengan sangat pelan dan wanita itu pun seketika pingsan. Gadis itu begitu bingung ketika melihat sosok di depannya pingsan. Ia memutuskan untuk membopong tubuh Bibi Hestie ke kamarnya. 

Aroma masakan yang gosong menyeruak keluar dari dapur membuat gadis itu berlari dengan tergopoh-gopoh menuju dapur. Ia tersentak ketika mendapati asap dan percikan api yang keluar dari dalam tungku pemanggang. Buru-buru ia mengambil seember air dan menyiramkannya di tungku pemanggang. 

Api telah padam. Tetapi, asap masih tetap keluar dari tungku pemanggang. Karena asap terlalu tebal, gadis itu memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. 

Setibanya di luar, gadis itu terdiam. Ia masih memikirkan perkataan Bibi Hestie sebelum wanita itu sempat pingsan. 

"Hmm... Bibi Hestie tadi sebelum pingsan sempet bilang apa ya?" tanya Caca pada diri sendiri.

"Aha! Kalo ga salah tadi Bibi sempet bilang cupcake, " lanjut Caca menjawab pertanyaannya.

"Oh iya, cupcake," kata Caca tiba-tiba. Sebuah ide merasuk ke dalam otak gadis kecil itu.

Tek... Tek... seorang gadis sibuk berkutat di dapur. Di depannya sudah terdapat banyak sekali bahan untuk membuat cupcake. Yaps, Caca akan  menganti cupcake gosong bibi hestie dengan cupcake miliknya. Memasak. Memanglah hal mudah dan biasa bagi setiap perempuan. Tapi berbeda dengan Caca, memasak bukan perkara mudah dan biasa. Bahkan, ini adalah pertama kalinya ia memasak. 

"Hmm..  mari kita lihat. Dua ratus dua puluh lima gram tepung terigu, tiga butir telur, dua ratus lima puluh gram mentega tawar, tiga ratus gram gula pasir, satu sendok teh soda kue, satu sendok teh vanila bubuk, setengah sendok teh garam," Caca mulai membaca list bahan-bahan untuk membuat cupcake. 

Tak perlu membuang-buang waktu lagi, tangan-tangan lincah Caca mulai mengaduk satu persatu bahan yang ada di depannya. Walaupun ia tak yakin bagaimana rasa dari cupcake buatannya, Caca tetap berusaha untuk membuat yang terbaik untuk Bibi Hestie. 

Setelah sekian lama mengaduk. Adonan yang dibuatnya pun mulai mengembang dan siap untuk dipanggang, dan masalahpun tiba-tiba datang...,

"Nah, akhirnya cupcake buatanku jadi. Saatnya memanggang. Eh, tapikan di rumahku nggak ada tungku yang biasa di gunain buat manggang. Haduh, gimana ini ?" Caca baru tersadar bahwa di rumahnya tidak ada tungku yang akan digunakan untuk memanggang. 



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro