第十二集 Episode 12 [How About Your Heart?]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Now playing: Love Will Remember by Selena Gomez

Liang Lei tidak suka orang yang menyela pembicaraan. Meskipun percakapannya dengan Li Cheng berhenti sejenak beberapa saat lalu, tetapi tetap saja. Wanita yang memakai blazer cokelat di hadapannya ini seharusnya tahu bahwa dua orang, pria dan wanita yang duduk bersama pastilah sedang berkencan. Dan ikut campur dalam interaksi kencan orang lain sama sekali tidak etis.

"Li Cheng, siapa wanita-wanita ini?" tanya Liang Lei bingung.

"Oh ... ini Chen Xin, sekretaris pribadiku. Kemudian, yang ini ...," Li Cheng menoleh ke arah Wang Yi yang melayangkan tatapan bosan kepadanya, "ini Wang Yi, penerjemah pribadiku."

Liang Lei mendorong makanannya, merasa tak senang. "Maaf, tapi kupikir ini kencan. Mengapa ada banyak sekali wanita berlabel 'pribadi' yang terlibat?"

Chen Xin mengerucutkan bibir, lalu menyentuh lengan Wang Yi. Wang Yi menggeleng malas, kemudian mengarahkan pandangannya pada wastafel di hadapan mereka. Chen Xin tahu bahwa Wang Yi menyuruhnya segera mencuci tangan.

"Xiao Lei Lei, mereka ini karyawanku. Kau dengar tadi Chen Xin memanggilku 'Bos Li', kan?"

Liang Lei memandang sebelah mata dengan sinis. Namun, tiba-tiba ekspresinya berubah bersemangat kembali. "Ah, ya. Sepertinya mereka hanya pekerja yang tidak akan berhubungan dengan orang sepertimu."

Chen Xin memutar bola matanya sebal, sementara Wang Yi mengangkat kedua alis tak peduli. Chen Xin mematikan keran, lalu berjalan cepat ke mejanya bersama Wang Yi.

"Nona Liang, jaga ucapanmu!" tegur Li Cheng sambil menatap Liang Lei dengan tajam.

"Ni shuo shen me? Li Cheng, apa menurutmu aku yang salah? Aku sedang duduk baik-baik di sini, dan jalang pengganggu itu mengusik ketenangan kita," bantah Liang Lei tidak terima.

Li Cheng mengangkat kedua tangan, berusaha menenangkan wanita berisik di hadapannya. "Ya, aku tahu Chen Xin yang memulai percakapan. Tapi itu denganku. Sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Dan lagi, kau tidak pantas berbicara seperti itu padanya, apalagi mengatainya 'jalang'. Itu bukan ucapan untuk wanita, kau tahu," tuturnya, berusaha tetap dalam emosi stabil.

Sudut mata Li Cheng menangkap bayangan Wang Yi yang beranjak dari kursi, bersiap-siap meninggalkan café itu. Ini memang sungguh memalukan. Li Cheng belum pernah bertengkar dengan seseorang di café yang tenang.

Wang Yi menarik tangan Chen Xin, lalu berseru cepat kepada salah satu pelayan. "Fu wu yuan, kami membatalkan pesanan."

Li Cheng tetap memperhatikan gerak-gerik Wang Yi hingga wanita itu benar-benar memutuskan untuk keluar dari café.

"Tidak berguna!" geram Li Cheng. Li Cheng menatap Liang Lei jengah. Ia mengeluarkan uang 500 RMB dari dompet, lalu meletakkan uang tersebut tepat di hadapan Liang Lei. "Ini uangnya. Kau bayar sendiri."

"Li Cheng, apa salah satu wanita itu berharga sekali bagimu?" cegat Liang Lei dengan raut wajah yang tertekuk-tekuk.

"Itu tidak ada urusannya denganmu." Li Cheng berjalan cepat keluar dari café, tetapi di dekat pintu seorang pelayan mencegatnya.

"Tuan, makanannya belum dibayar."

Li Cheng memutar bola mata lelah, lalu mengawasi langkah Wang Yi dan Chen Xin yang semakin menjauh. "Wanita di sana yang akan membayarnya." Li Cheng segera melewati pelayan itu dan mengejar Wang Yi yang sudah berbelok.

"Wang Yi!" seru Li Cheng sambil berlari menyusul Wang Yi.

Chen Xin menoleh dan menghentikan langkah. Wang Yi yang menggandeng tangan Chen Xin pun spontan berhenti. Li Cheng berjalan perlahan mendekati Wang Yi, lalu memberi kode supaya Chen Xin meninggalkan mereka berdua.

Li Cheng memperhatikan Chen Xin hingga wanita itu tak terlihat, menunggu waktu untuk memulai pembicaraan yang tenang dengan Wang Yi.

Wang Yi juga memperhatikan langkah Chen Xin. Kaki kanannya bergeser sedikit, mengambil ancang-ancang untuk kabur dari hadapan Li Cheng. Ketika Chen Xin sudah hampir tak terlihat, Wang Yi segera berlari.

Li Cheng mendengar bunyi sepatu stiletto yang beradu dengan aspal. Ia tahu bahwa Wang Yi sedang berusaha kabur darinya. Li Cheng pun mengejar Wang Yi, lalu menarik lengan wanita itu. Wang Yi pun berhenti dan berbalik menatap Li Cheng. Namun, bukan hanya itu yang Li Cheng inginkan. Li Cheng terus menarik lengan Wang Yi hingga punggung wanita itu menempel dinding pinggiran gang. Ia memukul dinding di belakang kepala Wang Yi dengan telapak tangannya, membuat Wang Yi memejamkan mata erat-erat.

Meskipun matanya tertutup, Wang Yi dapat merasakan tubuh Li Cheng berada sangat dekat dengannya. Ia bahkan dapat merasakan napas tak beraturan yang dihasilkan pria itu. Wang Yi memutuskan untuk berdiam dalam posisi itu sebentar. Ia takut jika ia meronta lagi, Li Cheng mungkin akan melakukan sesuatu yang gila terhadapnya.

Setelah napas Li Cheng terdengar teratur kembali, Wang Yi mulai membuka matanya satu persatu. Ia sedikit terkejut-hanya sedikit, karena tadi ia sudah memprediksikan-karena wajah Li Cheng nyaris menyentuh wajahnya.

"Li Cheng! Bisa tidak kau mengurusi pacarmu saja?" seru Wang Yi tiba-tiba.

Li Cheng yang terkejut mendengar seruan itu pun menjauhkan wajahnya sedikit. Kemudian, ia memutuskan untuk kembali fokus pada misinya.

"Kau tahu tadi aku tidak berkencan sungguhan."

"Tidak pasti juga."

"Jika aku ternyata berkencan sungguhan, bagaimana perasaanmu?"

"Biasa saja."

Li Cheng akhirnya melepas tangannya dari dinding. "Baiklah. Kau memang selalu seperti itu." Li Cheng mundur selangkah, memberi ruang untuk Wang Yi supaya dapat berdiri dengan baik.

Li Cheng menghela napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi yang berlomba-lomba muncul ke permukaan hatinya. "Asal kau tahu, kau bukan hanya pekerja, atau penerjemah pribadi di mataku. Kau lebih dari itu. Kau bisa menguasai pikiranku berhari-hari, membuat suasana hatiku berantakan, dan kau ... kau pernah bisa membuatku memercayaimu sepenuhnya."

Wang Yi tidak menangkap maksud tersembunyi di balik perkataan Li Cheng, tetapi sisi logisnya memperingatkan untuk tetap waspada. "Jika masalah itu yang kaupikirkan, sekali lagi kubilang aku tidak pernah melakukannya! Mengapa kau selalu memercayai berita yang itu?"

Ada banyak hal yang ingin dijelaskan Wang Yi mengenai kejadian empat tahun lalu. Sayangnya, sulit sekali menemukan waktu yang baik. Saat situasinya sudah terbawa ke arah sini, giliran keberanian Wang Yi yang hilang. Ia benci dirinya yang seperti ini. Di luar kendali Wang Yi, air mata mulai menumpuk di pelupuk matanya. Li Cheng yang menatapnya secara intens pun membuat Wang Yi semakin tak dapat menahan air mata.

Yang perlu diingat, Wang Yi tidak pernah ingin menangis di hadapan Li Cheng. Selamanya tidak akan pernah. Maka, Wang Yi cepat-cepat membuang muka lalu mengambil langkah menjauhi Li Cheng.

"Wang Yi, aku bukan membicarakan masalah itu. Aku sudah banyak melupakannya, bahkan hanya mengingat inti masalahnya saja."

"Mulutmu berbicara seperti itu, tapi aku tahu hatimu masih merasa bahwa aku adalah orang yang menghancurkan sejarah awal kariermu, kan?"

"Ya, Tuhan. Itu sudah masa lalu, Wang Yi! Aku bahkan sudah hidup baik-baik sekarang." Li Cheng menghela napas. Berbicara tentang perkara lama dengan Wang Yi bukan hal mudah.

"Kau tahu mengapa statusmu sebagai penerjemah tersumpah tidak luntur setelah kejadian dulu?" tanya Li Cheng berhati-hati. Wang Yi terdiam di tempatnya, lalu menggeleng pelan. "Baiklah. Kucoba jelaskan. Dengar baik-baik. Empat tahun lalu, kuakui aku adalah pria muda gegabah yang memecatmu tanpa bukti. Maaf, aku menyadari hal itu sedikit terlambat. Jadi, ya. Aku tidak pernah menyebutkan namamu di depan pers, bahkan di depan rekan-rekan sekantor."

Li Cheng mengembuskan napas lega, seolah berhasil mengeluarkan duri ikan dari kerongkongannya. "Jadi, Wang Yi, aku tidak pernah benar-benar yakin bahwa kau yang melakukan pembocoran data itu. Aku tidak pernah benar-benar membencimu." Li Cheng mengakhiri kalimat dengan memberi penegasan pada setiap suku katanya.

Wang Yi menggigit bibir bawahnya, masih berusaha menahan air mata. Ia baru mengetahui hal ini. Namun, ia masih tak mau menunjukkan reaksi apa pun sekarang. "Jadi ...," Wang Yi memberi jeda sejenak, "aku boleh pergi sekarang?"

Li Cheng yang sudah menahan napas langsung menurunkan bahunya pasrah. "Tentu. Hati-hati."

***

Li Cheng kembali ke kantornya sekitar pukul 03.00 siang itu. Ia berjalan cepat melewati ruang sekretaris, sembari berbicara sekilas kepada Chen Xin.

"Chen Xin, aku titip Wang Yi padamu. Jangan sampai ia menangis lagi."

Chen Xin bergeming di tempatnya. "Tapi kau yang membuatnya menangis, Bos." Namun, Li Cheng tak menanggapi hal tersebut dan langsung berjalan masuk ke ruangannya.

Wanita itu mengerucutkan bibir sambil menggaruk belakang telinganya bingung. "Aish."

Footnote:

Ni shuo shen me= [Bahasa Mandarin] Kau bilang apa?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro