Natsume Takashi-3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebenarnya apa penyebab dimulainya rentetan kejadian melinglungkan ini?

Punggungku menabrak nakas dekat pintu dan sepertinya membuat barang-barang berjatuhan. Aku tercengang. Apa-apaan itu semua tadi? Awalnya sosok mirip Reiko-san muncul dengan perkataan yang ganjil. Kemudian, Nyanko-sensei dalam wujud youkai raksasa mengamuk dan menghancurkan rumah. Lebih aneh lagi, rumah kediaman Fujiwara yang entah bagaimana bisa memperbaiki diri secara otomatis.

Dan, saat itulah aku terlambat menyadari satu hal yang penting.

"To-Touko-san! Shigeru-san! Di mana kalian ... ?"

Aku terlalu mementingkan diri sendiri sampai melupakan nasib penghuni yang lain. Segera kuberlari menyusuri seisi rumah, menelusuri lorong demi lorong. Seluruh kamar kumasuki, kamar tidur lantai satu, ruang tengah, kamar mandi, ruang makan, ruang tamu, kamar lantai dua.

Namun, semua nihil. Tidak ada siapa pun di sini.

"Oh, ya, mereka pergi," gumamku setelah terpaku beberapa detik.

Aku pun berjalan gontai, tahu-tahu sampai di depan pintu kamar yang terbuka. Setibanya, aku terbelalak melihat pemandangan di dalam. Nyanko-sensei dengan santai duduk di lantai, menikmati sake. Tangan mungilnya menggenggam botol hijau besar berlabel khusus.

"Yo, Natsume! Apa kau sudah selesai jalan-jalan?" sapanya.

Aku mundur beberapa langkah. Tidak mungkin Nyanko-sensei yang tadi menyerang secara membabi buta, tiba-tiba kembali normal. Aku pun menutup pintu kamar dengan pelan. Kutarik napas, dan mengembuskannya. Mencoba menenangkan diri, kuputuskan menuju tangga ke lantai bawah.

Namun, di tengah jalan, kemunculan Touko-san menghentikanku. Wanita itu mengenakan celemek kesukaannya, mungkin sehabis dari dapur. Dia tersenyum hangat sama seperti ketika menyambut kepulanganku dari sekolah.

"Tidak mungkin! Tidak mungkin! Touko-san sedang pergi dengan Shigeru-san!"

Dia bergerak mendekat.

“Tidak! Jangan mendekat!”

"Takashi-kun ....” Touko-san berkata dengan lembut dan ada sedikit nada getir di dalamnya. “Aku dengar kau dapat melihat youkai …. Kenapa kau tidak bercerita kepada kami? Kenapa kau tidak bercerita kepadaku? Apa kau begitu tidak memercayai kami sehingga kau merahasiakannya dari kami?"

"Aku—Aku .... Maaf," aku membungkukkan badan, "aku minta maaf! Maafkan diriku yang tidak pernah bercerita. Aku tidak ingin kalian terlibat bahaya dengan para youkai. Sekali lagi maafkan diriku!"

Touko-san pun mendekapku. "Tidak apa-apa .... Tidak apa-apa ...."

"Touko-san pasti sangat mengkhawatirkan diriku selama ini. Aku sangat menyayangi Touko-san." Butir-butir air menetes dari sudut mataku.

Namun, tunggu sebentar.

Dari mana Touko-san tahu aku dapat melihat youkai? Bukan karena dia melihat Nyanko-sensei yang mengamuk, ‘kan? Aku mendongakkan kepala.

"Habisnya, aku juga merupakan youkai ...."

Touko-san menyeringai tajam. Tubuhnya melayang hampir menyentuh langit-langit lorong lantai atas. Penampilan wanita itu mendadak berubah menjadi seorang penyihir yang berpakaian jubah serta topi kerucut serbahitam. Gelak melengking pun tercipta, memenuhi seisi rumah.

“Sekarang kau tahu identitasku yang asli, 'kan? Ta-ka-shi-kun!" Penyihir itu tampak mengerikan, terbang cepat ke arahku seraya terbahak-bahak.

Aku lekas berbalik lari menuju tangga, terlibat dalam aksi kejar-kejaran yang berlangsung amat menegangkan. Langkahku kuperlaju, tetapi hampir disusul penyihir aneh itu. Ketika aku menoleh dan mendongak, dia menyatukan kedua tapak tangan di depan perut, mengumpulkan bola energi jahat serta bersiap untuk menembakkannya.

"Ini pasti mimpi .... Ini pasti mimpi .... Ini pasti mimpi ...."

Bola energi itu memelesat, aku berbebar panik. Beruntung serangannya memeleset kena sudut plafon. Bergegas kuperlekas lari hingga berhasil sampai tangga.

"Ah, benar! Jika aku mencubit diriku, aku bisa tahu ini mimpi atau bukan!"

Di kala menuruni anak-anak tangga, kulirik belakang. Aman, penyihir itu masih belum dekat. Aku mengambil ancang-ancang, mengumpulkan kemantapan hati seraya menatap tajam dia yang tertawa lebar.

Aku mencubit pipi. Tak ada rasa sakit sama sekali. "Asyik! Ini hanya mimpi! Oke, bangunlah, Takashi! Bangun!"

Seketika, pandangan menggelap gulita.

***

Teriakan pecah melaung penuh seruangan. Beralih ke posisi selonjor, pemandangan awal lambat laun kian awaburam. Engah-engah keluar dari alat pernapasan kemudian, seiring butir-butir peluh menetes dari dahi dan rambut kepala yang kuyup. Sekujur tubuh gemetar terlebih tangan pula lutut tak henti tremor. Mungkin bagian wajah atasku memucat sekarang. Di tengah kepanikan pascabangun dari lelap, kutengok sesuatu yang bergerak melompat dari jendela terbuka ke lantai kamar.

Ternyata itu makhluk berkaki empat dengan tubuh gempal, Nyanko-sensei. “Ada apa, Natsume? Kau seperti habis melihat hantu,” soalnya sehabis menghampiri.

Kuatur napas terlebih dahulu, berharap badan mau tenang. Setelah dirasa mendingan, aku baru berani cerita. Kuambil helaan sebelum memulai.

“Aku melihat mimpi yang aneh. Aku menjadi seseorang yang sifatnya tidak alami dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya juga tidak masuk akal.”

Nyanko-sensei memiringkan kepala bulatnya. “Apa maksudnya itu?”

“Tidak tahu ….”

Kucing kaliko gembul itu terdiam sejenak, tampak berpikir, lalu dia seakan meremehkan, berkata bahwa mimpi hanyalah mimpi, menyuruhku melupakannya. Aku sempat bingung, tetapi kuputuskan menurut.

“Yang terpenting, ayo beri aku makan! Ini sudah saatnya sarapan!”

Nyanko-sensei meloncat-loncat di udara, berlari hingga menghilang di balik pintu.

Selepas merapikan tempat tidur, aku turun dari kasur, kemudian keluar dari kamarku dan menuju lorong yang mengarah pintu depan rumah. Sesampainya, langkahku tiba-tiba terhenti. Dengan arah tertuju nakas, terlihat sebuah memo yang terjatuh di bawahnya beserta vas bunga.

"Touko-san pasti ceroboh."

Kuambil memo itu dan vas bunga, berikutnya menindih memo di atas nakas.

"Sebentar ...," aku menyipitkan kedua mata, "Ah, memo itu untukku!”

Takashi-kun, masakan telah disiapkan di meja makan,
tinggal makan saja

"Baik!" seruku.

###

Adegan bonus

Nyanko: Yang terpenting, ayo beri aku makan! Ini sudah saatnya sarapan!

Takashi: Main suruh-suruh saja, dasar kucing gendut.

Nyanko: Apa? Natsume, mulutmu tajam sekali! Tunggu, ini benar Natsume, ‘kan?

🔯🔯🔯🔯🔯🔯🔯🔯🔯🔯🔯🔯

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro