BJIR: Belajar Jadi Insan Realistis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BJIR
Starred by:
—Alfis & Wander—
[Ambis Kronis!]

"Momen ketika lolos PTN impian: nangis terharu empat minggu, eh, nangis stresnya empat tahun," celetuk Wander. Karbondioksida ia hamburkan ke atmosfer secara brutal. Jangan lupakan kedua manik cokelat buluk Wander yang meniti pijar demi pijar gemintang di angkasa kelam. "Ternyata yang dikatakan para legend itu benar adanya, ya. Capek banget aku! Masa, ya, kuliah padat full dari pagi buta sampai sore merem. Belum lagi ospek jurusan dengan tugasnya yang enggak ngotak itu. Belum lagi rapat kepanitiaan, magang UKM ... ah, kepalaku pusing! Mau meledak!"

"Ledakkin aja. Entar biar aku yang jadi seksi dokumentasinya. Anjay! Kapan lagi, coba, bisa punya kesempatan buat request bikin vide dokumenter di saat-saat terakhir?"

Eh, Bjir! Bocah satu itu kepingin cepat-cepat lihat Wander ke pangkuan Ilahi apa, ya? Wander mengerahkan bombastic side eyes andalannya kepada Alfis. Sumpah serapah siap terlontar bebas dari mulut Wander, tetapi kilasan horor dari tumpukan tugas tiba-tiba berseliweran di benaknya. Wander refleks cemberut dan siap menangis. "Males, deh! Orang lagi demotivasi, stres, capek sampai nangis-nangis segininya pun, kamu masih aja enggak ada simpatinya! Biar apa, sih, kayak gitu? Biarin! Bukannya hibur atau traktir mi ayam, ini malah bikin tambah pressure!"

Gantian, kini giliran Alfis yang merotasikan kedua bola matanya dengan malas. "Dihibur? Pake apa? Pake nanya! Maumu itu kayak gimana, hah? Mau dihibur? Oke! Tenang aja, Wander. Enggak usah panik, enggak usah stres, enggak usah capek-capek ngerjain tugas. Paling cuma dapat IPK jeblok, 'kan?"

Demi mendengar kalimat yang tak kalah ngerinya itu, Wander malah menangis tambah keras. Pipi gembulnya banjir bandang! Sisa jigong dan keringat di sana-sini mesti segera dievakuasi kalau enggan dibasuh air mata biawak. "Kok kamu jahat banget, sih, Fis! PPT-ku baru selesai, nih. Sekarang mau lanjut review jurnal yang bahasa Inggris itu. Tapi aku ngantuk! Kepalaku pusing banget diajak gadang terus tiga hari belakangan."

"Ya suruh siapa kuliah di sini. Mau pindah? Nyari universitas lain yang lebih longgar aja? Hah?"

Diajukan tawaran tidak logis begitu jelas bikin Wander refleks geleng-geleng. Ia mengalihkan tatapannya dari langit menuju Alfis. Pipinya menggembung marah. "Enggaklah! Gila! Enggak inget, apa, perjuangan aku buat masuk sini? Susah banget!"

Alfis memalingkan muka, sejujurnya malas menanggapi. Tuh, 'kan. Jawaban dari segala permasalahan Wander malah dia jawab sendiri. Sekarang apa peran Alfis di sini, kalau bukan untuk me-roasting sepenuh jiwa dan raga? "Itu tahu. Enggak inget, apa, sama orang-orang yang pengin bisa ada di posisi kamu? Ribuan saingan kamu? Doa baik orang tuamu yang bahkan belum pernah merasakan bangku kuliah sama sekali? Usaha mereka buat bayar biaya UKT-mu?"

Skakmat! Udah kena ulti, nih. Kalau udah bahas-bahas orang tua, Wander mana tahan, sih? Nahan air mata aja susah minta ampun, gimana mau membantah dengan berjuta alasan lagi? "Hueee! Maafin aku, Umi-Abi. Aku tahu kuliah itu susah, tapi lebih susah perjuangan kalian buat kuliahin aku. Maaf aku selalu ngeluh ini-itu. Tapi janji, aku mau lulus tepat waktu dan bikin kalian bangga karena anaknya summa cumlaude dengan IPK 4."

Aamiin, sahut Alfis dalam hati. Detik berikutnya, Alfis terpaksa menatap Wander karena anak perempuan itu tiba-tiba menghadapnya dengan muka kusut bekas menangis.

"Makasih, ya, Alfis, buat BJIR-nya."

Spontan kedua alis Alfis mengernyit dalam. "BJIR?"

"Iya, BJIR. Belajar Jadi Insan Realistis. Aku sekarang sadar kalau nangis dan ngeluh-ngeluh gini enggak akan bikin tugasku selesai dengan sendirinya. Jadi buat sekarang, aku bakalan terus nugas walau ngerjainnya sambil 'Ya Allah, Ya Allah' dan nangis banyak."

Tumben enggak ada unsur pelajarannya, yah, WKWKW. Capek! Ini kayaknya beneran Wander yang curhat, dah😂 Semangat teruz untuk kita semuwah!<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro