Perkara Es Buah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Proxima Setund Family Present

Krucuk-krucuk ....

"Bunyi apaan tuh?" tanya Nifla sambil menahan tawa. Pasalnya, saat ini mereka—Helen, Nifla, dan Tiwi— sedang  berkumpul di atas gundukan tanah masing-masing dalam kesunyian.

Helen menunjukkan cengiran bodohnya. "Perut gue laper, Guys."

"Gila sih, bunyinya sampe keras gitu loh." Tiwi terbahak, ujung matanya sampe basah, puas banget ngetawain Helen.

"Cari makan, yuk! Laper gue," ajak Helen.

"Yuk ah! Dah seminggu kagak makan 'kan?" tanya Nifla yang diangguki temannya.

Tiba-tiba saja sang senior yang akan membimbing mereka menjadi setund elitz datang. "Mau kemana, kalian? Gue baru dateng, kalian mau pergi. Gak sopan," cecar sang senior dengan tangan yang bersidekap.

"Cari makan Kak. Laper," cicit mereka kompak mirip penonton alay di TV.

"Ikut gue," suruhnya lalu terbang entah kemana.

"Lah gila, tu senior, datang pergi tiba-tiba kaya setan," umpat Nifla dengan suara pelan. Akhirnya, merekapun menyusul Nurand.

Saat tiba di tempat tujuan, mereka bertiga hampir saja menelan air liur karena melihat banyaknya jajanan, apalagi es buah yang berjejer sepanjang jalan.

Di sana, di antara banyaknya pedangang kali lima. Ada dua remaja perempuan yang sedang membeli es tersebut.

"Kali ini, gue suruh kalian buat godain tuh cewek," suruh Nurand sambil menunjuk dua orang diantara banyaknya manusia.

"Serius, Kak? Gue laper beneran loh, Kak," tanya Helen yang didukung anggukan kepala sama dua setan temannya, mirip pajangan di dashboard mobil.

"Sana kalo berhasil, kalian boleh makan," tutur Nurand mengusir. Lalu mereka bertigapun mendekati dua cewek yang akan digodanya.

"Hai, Kakak," sapa Helen dengan bodohnya.

"Beli yang banyak, siapa tau ntar do'i ngajak bukber, seger tau. Abis puasa seharian terus minum es buah," bisik Helen tepat di telinga manusia itu.

"Al, gue beli banyak, ah," ucap manusia yang dibisikan Helen, dan itu mengundang kekehan Nifla dan Tiwi.

"Emang boleh bukber, Un?"

"Boleh, Kak, apalagi berdua sama do'i," balas Nifla di telinga manusia yang disapa Al tadi.

"Bodo ah, gue beli banyak," kata Alysia sambil mengambil beberapa bungkus es buah.

"Sampe rumah, jangan lupa dibuka Kak. Terus dicicipin deh." Tiwi menambahkan di telinga Uun.

Dan lihatlah sang senior, dia malah sudah tertawa melihat aksi ketiga setan cupu itu dari atas pohon jambu sambil menggigit ranting.

"Iya Kak. Dicicip aja, siapa tau kurang manis, kan?" Nifla ikut mengompori.

"Mbak, sebungkus berapa?" tanya Uun.

"Satu bungkus sepuluh ribu, Mbak," jawab sang penjual.

"Ambil aja kak, haus tau, seger ih apalagi semangkanya," goda Helen.

"Mbak, saya ambil sepuluh yang esnya banyak," kata Alysia.

"Eh gila! Sepuluh buat siapa? Sebungkus aja isinya banyak," tanya Uun.

"Eh, iya juga ya, tiga aja deh, Mbak," ucap Alysia.

"Eeeh, jangan. Mending banyak," larang Nifla.

"Iya kak, pas buka puasa minum es buah, ya ampun segernya nggak ketulungan," tambah Tiwi.

Akhirnya, mereka berdua mengambil lima bungkus es buah dan berlalu pulang.

Lihatlah, tiga setan yang menggoda mereka kini mengikuti hingga di rumah.

Saat Alysia hendak menyiapkan buka puasa, dengan tidak sopannya Tiwi menyuruh untuk mencicipi es buah tersebut.

"Em, enak kok, seger," ucapnya sambil menyecap es buah.

"Al, esnya udah jadi?" tanya Uun. Mereka memang serumah, bahkan sekamar.

"Udah kok, enak tau, Un," ucapnya.

"Lo nggak puasa?" tanya Uun heran.

"Pua ... astagfirullah bodoh," umpatnya pada diri sendiri.

"Kenapa?"

"Gue cicip tadi," jawab Alysia dengan suara pelan yang malah ditertawakan.

"Lah bego! Bentar lagi buka padahal, nggak sabar lo?" tanya Uun sambil tertawa.

Merasa telah berhasil, tiga setan itupun kembali ke pemakaman guna menagih janji dari sang senior.

"Kak, mana?" tanya Helen dengan nggak malunya sambil menengadahkan tangan.

"Noh, bunga kamboja, makan pake itu," balas Nurand lalu pergi yang jelas mengundang pekikan tak terima dari Helen.

"Kuhanya diam," ucap Tiwi lalu masuk ke liang lahat.

"Ngapain, Wi?" tanya Nifla.

"Tidur, kalian kalo laper mending tidur, gih," saran Tiwi yang jelas mengundang tawa Nifla dan umpatan dari Helen.

"Sumpah, gue laper, ya ampun." Helen merengek pada kedua setan di hadapannya.

"Tidur, Len," suruh Nifla dan Tiwi dari dalam liang lahat masing-masing.

To Be Continue ???

Salam elitz dari setund family guys ...
Dari kita pejuang lapar di Academy Setund Elitz.

kimnurand_
Alfindannifla
helennisaa
raniptwi_
UunFadillahPutris
Myrandaa04

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro