12. Terima Kasih

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dengan penuh rasa antusias, kesembilan remaja itu memasuki sebuah rumah yang cukup besar dan megah. Disambut dengan puluhan jenis hidangan pembuka, mereka harus menahan rasa yang bergejolak dalam perut mereka. Mengingat, masih sekitar dua puluh menit lagi puasa baru bisa dibatalkan.

"Gue gak nyangka kalau hubungan kita bisa jadi sedeket ini."

Sontak, para remaja yang semula sibuk dengan urusannya masing-masing, kini mengalihkan perhatian pada Nautica. "Apalagi sampai ada yang jadian. Huwaa, Nautica juga mau." Nautica merengek dengan suara yang tak bisa dibilang pelan. Namun meski begitu, teman-temannya nampak tidak terganggu.

"Sabar, Nau. Kalau udah waktunya juga bakalan datang dengan sendirinya."

"Tapi kapan, Fen?"

"Ya mana gue tahu. Dikira gue paranormal apa, ya," sahut Fendi yang diakhiri kekehan tidak jelasnya. 

"Lo kenapa, sih, Nau? Tumben banget mikirin cowok."

Nautica menoleh ke arah Tom. "Ya gue sedih aja. Giliran ketiga sahabat gue ada yang ngejar, guenya kagak ada."

Valen menggeleng sembari mengamati tingkah Nautica yang sangat mendramatisir. "Emang tiga sahabat lo siapa?"

"Siapa, siapa, jelas Tiffany, Prada sama Zara, lah. Pertanyaan lo bener-bener, ya! Lo pada kan tahu kalau sahabat gue cuma mereka."

Tom dan Valen terkekeh mendengar perkataan Nautica yang sangat perlu dikasihani itu. Awalnya mereka berniat menggoda, tetapi urung saat Nautica kembali membuka suara.

"Di saat Tiffany dideketin dua cowok sekaligus, di saat Dior kalah merebutkan Tiffany dan di saat Chloe memenangkan hati Tiffany, gue tetep aja sendiri."

Seketika, Tifanny menunduk. Ia baru paham akan kebaikan Dior padanya. Bahkan bukan hanya Dior, melainkan Chloe. Tiffany memang tipe anak yang kurang peka apabila menyangkut cinta.

Jika saja Chloe tak memperjelas hubungan mereka kala itu, mungkin nasibnya juga sama seperti Dior saat ini. Sungguh, Tiffany menjadi tak enak hati. Mengetahui Tiffany murung, Chloe diam-diam menggenggam tangan gadis cantik itu. 

Tanpa Tiffany dan Chloe sadari, sepasang mata sedang memperhatikan mereka dengan hati rapuhnya. Kenapa jatuh cinta sesakit ini? Dia yang mulai berjuang, dia yang kena tikung dan dia yang merasa  bersalah. 

Terlepas dari kisah cinta segitiga, Nautica masih asik bercerita tentang pengamatannya selama ini. Walaupun Nautica selalu terlihat sibuk dengan make up-nya, tetapi gadis itu adalah pengamat yang baik. Selama ini, diam-diam Nautica mengetahui semua yang terjadi dalam pertemanannya. 

"Ternyata hebat juga lo, Nau. Bisa tahu semuanya gitu."

"Jelas, dong! Nautica gitu," ujarnya sembari mengibaskan surai hitamnya hingga mengenai wajah Tom dam Valen yang duduk di kanan dan kiri Nautica. 

"Terus apa yang lo ketahui lagi, Nau?"

"Astagfirullah. Udah, dong, udah. Jangan gibah. Gak takut apa pahalanya kepotong?"

"Eh, Pak Ustad. Gini, ya, kalau gibah itu ngomongin orangnya di belakang, kan si Nau ngomongnya di depan. Berarti namanya cerita bukan gibah," sanggah Tom. Lelaki itu paling antusias dalam sesi ini. Sebab, di antara sekian banyak kisah percintaan di antara mereka, hanya ia dan Nautica saja yang tak terlibat.

Tak ada tanggapan dari yang lain,  Tom pun bertitah, "Lanjut aja, Nau!"

Nautica menatap satu persatu wajah temannya yang tegang. Nautica tahu mereka takut, tetapi meski begitu Nautica tak akan membuat sesi ceritanya ini berhenti di ujung jalan.  "Terus Tom, ada yang merasa kehilangan sahabatnya.  Eh, bukan sahabata  tapi cinta pertamanya."

"Sahabat? Ah, gue tahu siapa ini."

"Siapa, Tom, siapa?" Nautica bertanya, seolah tak tahu. Padahal gadis itu sengaja agar Tom memperjelas apa yang diucapkannya.

"Gak, deh, gue gak enak, Nau. Lagian tanpa gue ngomong semua orang pasti paham, kecuali si cewek. Kan si cewek gak pernah tahu kalau sahabat ini punya rasa lebih ke dia. Ya gimana mau ngerti, sekarang aja si cewek lagi kesenengan bisa dekat sama yang lain."

"Yaampun Tom, lo ternyata nyinyir juga. Andai aja  kita deketnya udah lama, pasti merdeka hidup gue."

"Merdeka, merdeka, yang ada dosa lo makin banyak gara-gara suka ngegibah sama Tom," sungut Calvin yang membuat Nautica berbicara, "Lo diem, deh. Gue kasih tahu ke semua orang tentang kisah percintaan setengah jalan lo, mampus, dah."

Calvin membelakakan. Ia terkejut setelah mendengarkan perkataan Nautica. Ia kira pendekatan diam-diamnya selama ini tak ada yang mengetahui tapi ternyata salah. 

"Ha? Calvin lagi ngedeketin siapa?" Kali ini bukan Tom yang bertanya melainkan Dior. Sebenarnya bukan hanya Dior yang penasaran, tetapi juga semua temannya. Sebab, selama mereka bertaman, Calvin tak pernah memperjuangkan seseorang. 

Nautica menatap Calvin dengan senyum kemenangan, sedangkan Calvin menggeleng. Matanya seolah memberi penawaran untuk Nautica.

Ekhem

Perhatian semua orang beralih ke arah sumber deheman, yaitu Zara. Nautica pun seketika terkekeh. "Lo, sih, Vin.  Cemburu, kan?"

"Enggak, ya. Aku gak cemburu."

Mengetahui kesalahannya,  Zara pun segera menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Gadis itu malu, tapi tidak Calvin yang justru tiba-tiba terserang kesenangan bukan mau. Sekarang, ia tahu apa yang harus dilakukannya. 

Di sela-sela reaksi yang berlebih dari Tom, suara adzan pun berkumandang. Lantas, membuat Tom dan Nautica yang sedari tadi berisik menjadi diam. Kini, mereka mulai membatalkan puasa dan menikmati buka puasa di minggu terakhir bulan ramadhan tahun ini.

🐣🐣🐣

Beta Orionis Squad

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro